Anda di halaman 1dari 7

KELENJAR ADRENAL (SUPRARENAL)

Kelenjar adrenal berjumlah sepasang yang masing-masing terletak di atas tiap


ginjal di rongga retroperitoneal dan memiliki bentuk piramid. Pada orang
dewasa, kelenjar adrenal memiliki tinggi 3-5 cm, lebar 2-3 cm, dan tebal kurang
dari 2 cm, serta berat 33,5 – 5 g. Kelenjar adrenal berdiferensiasi menjadi dua
daerah berbeda secara struktur dan fungsional; bagian yang besar, terletak di
pinggir yaitu adrenal cortex, meliputi 80-90% dari kelenjar, dan bagian kecil, di
tengah yaitu adrenal medulla.Kelenjar ini dilindungi oleh kapsul jaringan ikat.
Kelenjar adrenal memiliki vaskularisasi yang tinggi. Warna kuning dari kelenjar
ini karena lemak yang disimpan, khususnya koleterol dan berbagai asam lemak.

1. Adrenal Cortex
Korteks adrenal terbagi menjadi 3 zona yang masing-masing menyekresi
hormon berbeda.
a. Zona Glomerulosa
Zona ini terletak di bagian bawah jaringan ikat kapsul. Zona ini
menyumbang sekitar 15 % volume dari korteks adrenal. Sel-sel nya
tersusun membentuk kelompok ovoid (seperti egg-shaped) dan
menyekresi hormon mineralocorticoids yang menmengaruhi
homeostasis mineral.
b. Zona Fasciculata
Zona ini merupakan yang paling lebar dan sel-sel nya tersusun dalam
kolom-kolom vertikal. Sel di zona ini menyekresi glucocorticoids,
primary cortisol, hormon ini memengaruhi homeostasis glukosa.
c. Zona Reticularis
Sel-sel di zona ini tersusun atas branching cords, korda anastomotik
(di difiore). Sel nya menyintesis androgen lemah dalam jumlah sedikit,
hormon steroid yang memiliki efek maskulinasi.

Histologi Kelenjar Adrenal

Mineralocorticoids
Aldosterone merupakan mineralcorticoid terbesar. Hormon ini mengatur
homeostasis dari dua ion mineral yaitu ion sodium (Na+) dan ion potasium (K+)
dan membantu mengatur tekanan darah serta volume darah. Aldosterone
membantu mendorong ekskresi H+ di urin; pengeluaran asam ini dari tubuh akan
membantu mencegah acidosis (pH darah di bawah 7,35).

Kontrol dari Sekresi Aldosterone


Renin-angiotensin-aldosterone (RAA) pathway mengontrol sekresi dari
aldosterone :
1. Stimulasi yang memulai renin-angiotensin-aldosterone pathway yaitu
dehidrasi, defisiensi Na+, atau pendarahan (hemorrhage).
2. Kondisi-kondisi itu menyebabkan penurunan volume darah.
3. Penurunan volume darah menyebabkan penurunan tekanan darah.
4. Penurunan tekanan darah menstimulasi sel-sel tertentu di ginjal, yang
disebut sel juxtaglomerular menyekresi enzim renin.
5. Kadar enzim renin di darah meningkat.
6. Renin mengubah angiotensinoge, protein plasma yang diproduksi oleh
hati, menjadi angiotensin I.
7. Darah yang mengandung kadar angiotensin I tinggi beredar di dalam
tubuh.
8. Saat darah mengalir melalui kapiler-kapiler, khususnya yang di paru-
paru, enzim angiotensin-converting enzyme (ACE) mengubah angiotensin
I menjadi hormon angiotensin II.
9. Darah yang mengandung angiotensin II meningkat.
10. Angiotensin II menstimulasi korteks adrenal untuk menyekresi
aldosterone.
11. Darah yang mengandung aldosterone beredar ke ginjal.
12. Di ginjal, aldosterone meningkatkan reabsorpsi dari Na+, yang
mengakibatkan reabsorpsi air dengan osmosis. Hasilnya, lebih sedikit air
yang hilang dalam urin. Aldosterone juga menstimulasi ginjal
meningkatkan sekresi dari K+ dan H+ ke dalam urin.
13. Dengan meningkatnya reabsorpsi air oleh ginjal maka volume darah pun
meningkat.
14. Dengan meningkatnya volume darah, tekanan darah meningkat menjadi
normal.
15. Angiotensin II juga menstimulasi kontraksi otot polos di dindin arteriol-
arteriol sehingga terjadi vasokontriksi yang mengakibatkan naiknya
tekanan darah dan membantu tekanan darah menjadi kembali normal.
16. Selain angiotensin II, stimulator aldosterone lain adalah peningkatan
konsentrasi K+ di darah (atau cairan intersisial). Penurunan kadar K+ di
darah memiliki efek yang berlawanan.
Glucocorticoids
Glucocorticoids mengatur metabolisme dan resistensi terhadap stress, terdiri
dari cortisol/hydrocortisone, corticosterone dan cortisone. Diantara ketiganya,
cortisol paling berlimpah, sekitar 95% dari aktivita glucocorticoid.
Glucocorticoid memiliki beberapa efek :
1. Pemecahan protein.
Glucocorticoids meningkatkan tingkat pemecahan protein, terutama
dalam serat otot dan dengan demikian meningkatkan pembebasan asam
amino ke dalam aliran darah. Asam amino dapat digunakan oleh sel-sel
tubuh untuk sintesis protein baru atau produksi ATP.
2. Pembentukan glukosa.
Dengan stimulasi oleh glucocorticoids, sel-sel di hati dapat mengubah
beberapa asam amino atau asam laktat menjadi glukosa, yang digunakan
neuron dan sel-sel lain untuk produksi ATP.
3. Lipolysis.
Glucocorticoids menstimulasi lipolysis, pemecahan trigliserida dan
pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam darah.
4. Pertahanan terhadap stress.
Glukosa tambahan yang dipasok oleh sel-sel hati menyediakan jaringan
dengan sumber ATP siap untuk memerangi berbagai tekanan, termasuk
olahraga, puasa, ketakutan, suhu ekstrem, ketinggian, perdarahan, infeksi,
operasi, trauma dan peyakit. Karena glucocorticoids membuat pembuluh
darah sensitif terhadap hormon lain yang mengakibatkan vasokontriksi
sehingga tekanan darah naik. Efek ini akan menjadi keuntungan dalam
kasuskehilangan darah yang parah, yang menyebabkan tekanan darah
turun.
5. Efek anti-peradangan.
Glukokortikoid menghambat sel darah putih yang berperan dalam
respons inflamasi. Sayangnya, glukokortikoid juga menghambat
perbaikan jaringan; sebagai hasilnya, mereka memperlambat
penyembuhan luka. Meskipun dosis tinggi dapat menyebabkan gangguan
mental yang parah, glukokortikoid sangat berguna dalam pengobatan
gangguan peradangan kronis seperti rheumatoid arthritis.
6. Depression of immune responses.
Dosis yang tinggi dari glucocorticoid menekan respon imun. Karena
alasan ini, glucocorticoid diresepkan untuk penerima transplantasi organ
untuk memperlambat penolakan jaringan oleh sistem kekebalan tubuh.

Kontrol dari Sekeresi Glucocorticoids


Kontrol sekresi hormon ini melalui sistem negative feedback. Kadar
glucocorticoid dalam darah yang rendah, terutama sortisol menstimulasi sel-sel
neurosecretory di hipotalamus untuk menyekresi corticotropin-releasing
hormone (CRH). CRH mendorong pelepasan ACTH dari anterior pituitari. ACTH
mengalir dalam darah ke korteks adrenal, yang menstimulasi sekresi
glucocorticoid.

Androgen
Pada pria dan wanita, korteks adrenal menyekresi sejumlah kecil androgen
lemah. Androgen utama yang disekresi oleh kelenjar adrenal adalah
dehydroepiandrosterone (DHEA). Setelah pubertas pada pria, androgen
testosteron juga dilepaskan dalam jumlah besar oleh testis. Jumlah androgen
yang di sekresi kelenjar adrenal pada laki-laki biasanya sangat rendah sehingga
efeknya tidak signifikan. Pada perempuan, androgen adrenal berperan penting.
Mereka menaikkan libido (dorongan seksual) dan diubah menjadi estrogen oleh
jaringan tubuh lainnya. Setelah menopause, ketika sekresi estrogen oleh ovarium
berhenti, semua estrogen wanita berasal dari konversi androgen adrenal.
Androgen adrenal juga menstimulasi pertumbuhan rambut kemaluan pada anak
laki-laki dan perempuan dan berkontribusi dalam growth spurt prapubertas.
INTINYA HORMON UTAMA YANG MERANGSANG SEKRESI ADRENAL ADALAH
ACTH.

Adrenal Medulla
Bagian dalam dari kelenjar adrenal, medula adenal, adalah ganglion simpatis
sistem saraf otonom yang di modifikasi. Medula adrenal berkembang dari
jaringan embrionik yang sama dengan ganglia simpatis lainnya, tetapi sel-selnya,
yang kekurangan akson, membentuk kluster di sekitar pembuluh darah besar.
Sel-sel di medula adrenal menyekresi hormon bukan melepaskan
neurotransmitter. Sel-sel penghasil hormon yang disebut sel chromaffin,
diinervasi oleh neuron preganglionik simpatik dari sistem saraf otonom. Karena
sistem saraf otonom memberikan kontrol langsung pada sel-sel chromaffin,
pelepasan hormon dapat terjadi dengan sangat cepat. Dua hormon utama yang
disintesis oleh medula adrenal adalah epinefrin dan norepineffrin, masing-
masing disebut adrenalin dan noradrenalin. Sel-sel kromafin menyekresikan
hormon-hormon ini dalam jumlah yang tidak setara — sekitar 80% epinefrin
dan 20% norepinefrin. Hormon medula adrenal mengintensifkan respons
simpatis yang terjadi di bagian lain tubuh.

Kontrol Sekresi Epinefrin dan Norepinefrin


Dalam situasi stres dan selama berolahraga, impuls dari hipotalamus
merangsang neuron preganglionik simpatik, yang pada gilirannya merangsang
sel-sel kromafin untuk mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin. Kedua hormon
ini sangat meningkatkan respons fight-or-flight. Dengan meningkatkan detak
jantung dan kekuatan kontraksi,
epinefrin dan norepinefrin meningkatkan output jantung, yang meningkatkan
tekanan darah. Mereka juga meningkatkan aliran darah ke jantung, hati, otot
rangka, dan jaringan adiposa; melebarkan saluran udara ke paru-paru; dan
meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak dalam darah./

Anda mungkin juga menyukai