PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes,
2011). Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini apabila tidak
diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016).
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Menurut World Health Organization (2015) menyatakan bahwa
penyakit tuberkulosis paru saat ini telah menjadi ancaman global, karena
hampir sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi. Sebanyak 95% kasus
tuberkulosis paru dan 98% kematian akibat tuberkulosis paru didunia,
terjadi pada negara-negara berkembang. Negara dengan kasus pertama di
dunia adalah India dengan presentasi kasus 23%, Indonesia menempati
urutan ke dua dengan presentasi kasus 10% dan Cina menempati urutan ke
tiga dengan presentase 10% sama seperti Indonesia dari seluruh penderita
tuberkulosis di dunia (WHO, 2015).
Dalam laporan WHO tahun 2016 diperkirakan 8,7 juta orang
terjangkit TB Paru dan 1,4 juta orang meninggal. Dilaporkan terdapat
6.216.513 TB Paru kasus baru, dan 2.621.308 merupakan BTA positif.
Kasus terbanyak TB Paru antara umur 15-44 tahun, di dapatkan 734.908
kasus. Berdasarkan data dari WHO tahun 2016, angka prevalensi
1
tuberkulosis di Indonesia di perkirakan 395 per 100.000 penduduk dan
menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222
menepati posisi kedua dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia setelah
China. Tuberkulosis di Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat
kematian setelah kardiovaskular (WHO, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Tuberkulosis
2. Apa saja Etiologi Tuberkulosis
3. Bagaimana Anatomi fisiologi Tuberkulosis
4. Apa saja Manifestasi klinis Tuberkulosis
5. Apa saja Klasifikasi Tuberkulosis
6. Bagaimana Patofisiologi Tuberkulosis
7. Apa saja Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis
8. Apa saja Penatalaksanaan Tuberkulosis
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan Tuberkulosis
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Tuberkulosis
2. Mengetahui Etiologi Tuberkulosis
3. Mengetahui Anatomi fisiologi Tuberkulosis
4. Mengetahui Manifestasi klinis Tuberkulosis
5. Mengetahui Klasifikasi Tuberkulosis
6. Mengetahui Patofisiologi Tuberkulosis
7. Mengetahui Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis
8. Mengetahui Penatalaksanaan Tuberkulosis
9. Mengetahui Asuhan Keperawatan Tuberkulosis
2
BAB II
KONSEP TEORI
A. Definisi Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. Penyakit ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI,
2016).
Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana
terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya
menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara
utama menyerang paru-paru. Bakteri TB membunuh jaringan dari organ yang
terinfeksi dan membuatnya sebagai kondisi yang mengancam nyawa jika tidak
dilakukan terapi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan
mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen
atau saprofit dan terutama menyerang parenkim paru.
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar
kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam
alkkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara
kering maupun dingin (dapat tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
3
karena kuman bersifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi
dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob.
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis. (Amin, 2007)
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui
saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer
(ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah
primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam
perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J
powh 2001)
1. Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam
terapi kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3. Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4. Individu tanpa perawatan yang adekuat
5. Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by
pass gatrektomi.
6. Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin
Karibia)
7. Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8. Individu yang tinggal di daerah kumuh
9. Petugas kesehatan
C. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
4
seterusnya hilang timbul demam influenza ini ,sehingga pasien merasa tidak
pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkolosis masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni
setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul
peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang
pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi
kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005). Gejala malaise ini makin lama
makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak teratur.(Amin, 2007)
D. Klasifikasi
Klasifikasi TB dibagi menjadi dua yaitu TB paru dan TB ekstra paru.
1. TB Paru
5
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi
atas : BTA (+) dan BTA (-)
Berdasarkan tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa jenis pasien yaitu :
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat 12 dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
c. Kasus droped out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik.
f. Kasus bekas TB adalah hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga
negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB
yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
2. TB Ekstera Paru
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal,
saluran kencing 13 dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur
positif atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak
dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang
kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif. . (Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia, 2006)
E. Patofisiologi
6
Basil tuberculosis yang mencapai permukaan alveoli biasanya diihalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyababkan
penyakit, stelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus
atas atau di bagian atas lobus bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan
reaksi peradangan. Lekosit polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan
mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari
pertama maka lekosit diganti oleh magrofat (Wijaya, 2013, Hal. 138).
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala
pneuonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag
yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel spiteloid yang dikeliling oleh limfosit. Reaksi ini
biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa. Dareah yang mengalami nekrosis kaeosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibeosa, membentuk jaringan parut
yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelingi tuberkel (Wijaya, 2013,
Hal. 138).
Lesi primer paru-paru disebut fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain terjadi pada daerah nekrosis
adalah percairan dimana bahan air lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain
dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas
kecil dapat menutup sekalian pun tanpa pengobatan dan meninggalkan parut
fibrosa(Wijaya, 2013, Hal. 138).
Bila peradangan mereka lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan
dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan
7
bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui
saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari
kelenjar limfe akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmaner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang
biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem
vascular dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ – organ tubuh (Wijaya,
2013, Hal. 138)
PHATWAY
(TERLAMPIR)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
2. CT scan
3. Tes kulit Mantoux atau Tuberculin skin test
4. Tes Darah IGRA (interferon gamma release assay).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
a. Jangka pendek.
8
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3
bulan.
1) Streptomisin injeksi 750 mg.
2) Pas 10 mg.
3) Ethambutol 1000 mg.
4) Isoniazid 400 mg.
b. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang
diberikan dengan jenis :
1) INH.
2) Rifampicin.
3) Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan
dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
a. Rifampicin.
b. Isoniazid (INH).
c. Ethambutol.
d. Pyridoxin (B6).
9
Keluhan yang sering menyebabkan pasien TBC paru meminta
pertolongan dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
keluhan respiratoris dan keluhan sistemis (Ardiansyah, 2012).
1) Keluhan respiratoris
a) Batuk 18
Batuk merupakan refleks pertahanan tubuh yang timbul sebagai
mekanisme fisiologis yang penting untuk bertahan melawan
bahan-bahan patogen dan membersihkan saluran nafas bagian
bawah (percabangan trakeobronkial) dari sekresi, partikel asing,
debu, aerosol yang merusak masuk ke paru-paru (Baradah &
Jauhar, 2013). Pada penderita tuberkulosis paru sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini
terjadi lebih dari 3 minggu (Wahid & Suprapto, 2013).
b) Batuk darah
Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum yang
bercampur dengan cairan darah, akibat pecahnya pembuluh
darah pada saluran nafas bagian bawah. Batuk darah merupakan
suatu gejala penyakit yang sangat serius dan salah satunya
merupakan manifestasi pertama yang terjadi pada penderita
tuberkulosis aktif (Baradah & Jauhar, 2013).
Batuk darah diawali dengan gatal di daerah tenggorokan
atau ada keinginan untuk batuk, selanjutnya darah akan
dikeluarkan lewat batuk. Karakteristik darah yaitu merah terang,
berbuih dan dapat bercampur dengan dahak. Berat ringannya
batuk darah akan tergantung pada besar kecilnya pembuluh darah
yang pecah (Muttaqin, 2014).
c) Sesak nafas
Sesak nafas timbul pada tahap lanjut ketika inflitrasi
radang sampai setengah paru-paru (Somantri, 2012).
Sesak nafas merupakam gejala yang nyata terhadap
gangguan pada trakeobronkial, parenkim paru, dan rongga
pleural. Sesak nafas terjadi karena terdapat peningkatan
pernafasan akibat meningkatnya 19 resistensi elastik paru-paru,
10
dinding dada, atau meningkatnya resistensi nonelastisitas
(Muttaqin, 2014).
d) Produksi sputum berlebih
Sputum adalah timbunan mukus yang berlebihan, yang
diproduksi oleh sel goblet dan kelenjar sub mukosa bronkus
sebagai reaksi terhadap gangguan fisik, kimiawi ataupun infeksi
pada membran mukosa. Banyak sedikitnya sputum serta ciri-ciri
dari sputum itu sendiri (seperti warna, sumber, volume, dan
konsistensinya) tergantung dari berat ringan serta jenis dari
penyakit saluran nafas yang menyerang pasien (Baradah &
Jauhar, 2013).
Orang dewasa normal akan memproduksi sputum sekitar
100 ml/hari. Jika produksi sputum berlebihan, akan
mengakibatkan proses pembersihan menjadi tidak efektif lagi,
sehingga sputum akan menumpuk pada saluran pernafasan
(Muttaqin, 2014).
2) Keluhan Sistemis
a) Demam
Demam ini merupakan keluhan yang sering dijumpai dan
biasanya timbul pada sore atau malam hari pada penderita TBC
ini mirip dengan gejala demam influenza dan gejalanya hilang
timbul (Ardiansyah, 2012).
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasanya timbul ialah keluar keringat di malam
hari, anoreksia, penurunan berat badan, dan tidak enak badan
(malaise). Timbulnya keluhan biasanya muncul secara bertahap
dalam beberapa minggu atau bulan (Ardiansyah, 2012).
11
ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan,
adakah usaha mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan,
berhasil atau tidak usaha tersebut dan sebagainya (Muttaqin, 2014).
Pengkajian dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Pada pasien
TBC yang paling sering dikeluhkan adalah batuk, pasien TBC paru juga
sering mengeluh batuk darah dan juga sesak nafas (Ardiansyah, 2012).
e. Faktor Pendukung
Secara umum faktor-faktor yang dapat mendukung peningkatan kasus
TBC paru yaitu: kondisi lingkungan, pola hidup yang tidak sehat seperti
kebiasaan merokok, minum-minuman beralkohol, pola istirahat dan tidur
yang tidak teratur, kurang dalam kebersihan diri dan pola makan yang
tidak seimbang serta endahnya tingkat pengetahuan atau pendidikan yang
dimiliki pasien dan keluarga tentang penyakit, cara pencegahan,
pengobatan, dan perawatan yang harus dilakukan (Wahid & Suprapto,
2013).
12
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sering disebut sebagai diagnosis fisik. Pemeriksaan
fisik pada sistem pernafasan berfokus pada bagian thorax yang meliputi:
1) Inspeksi
Pemeriksaan dengan melihat keadaan umum sistem pernafasan
dan menilai adanya tanda-tanda abnormal misalnya adanya sianosis,
pucat, kelelahan, sesak nafas, batuk dan menilai adanya produksi
sputum (Muttaqin, 2014). Inspeksi yang berkaitan dengan sistem
pernafasan adalah melakukan pengamatan atau observasi pada
bagian dada, bentuk dada simetris atau tidak, pergerakan dinding
dada, pola nafas, frekuensi nafas, irama nafas, apakah terdapat
proses ekshalasi yang panjang, apakah terdapat otot bantu
pernafasan, gerak paradoks, retraksi antara iga dan retraksi di atas
klavikula. Dalam penghitungan frekuensi pernafasan jangan
diketahui oleh pasien yang dilakukan pemeriksaan karena akan
mengubah pola nafasnya (Djojodibroto, 2014).
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa
mendatar di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya
fremitus taktil pada dada 22 dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien
mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan
adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil
akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada
kondisi konsolidasi. Selain itu palpasi juga dilakukan untuk
mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan,
thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas massa dan kelenjar,
sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll (Mubarak et al.,
2015).
3) Perkusi
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan
bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas,
cairan, atau udara di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan
menekankan jari tengah (tangan nondominan) pemeriksaan mendatar
13
diatas dada pasien. Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan
menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi.
Pada penyakit tertentu (misalnya: pneumotoraks, emfisema), adanya
udara atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi
drum. Sementara bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi
dilakukan diatas area yang mengalami atelektasis (Mubarak et al.,
2015).
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan
didalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan
berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi 23
sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik
paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas
vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronki, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu
terjadinya (Mubarak et al., 2015). Pada pasien TBC paru timbul
suara ronki basah, kasar dan nyaring akibat peningkatan produksi
sekret pada saluran pernafasan (Somantri, 2012).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan yang dialami baik secara aktual
maupunpotensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk dapat menguraikan
berbagai respon klien baik individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan memiliki dua
komponen utama yaitu masalah (problem), dan indikator diagnostik yang
terdiri atas penyebab (etiologi), tanda (sign) dan gejala (symptom), serta
faktor resiko. Terdapat dua metode perumusan diagnosis keperawatan yaitu
penulisan tiga bagian yang dilakukan pada diagnosis aktual yang terdiri atas
masalah, penyebab, dan tanda/gejala ,dan penulisan dua bagian yang
14
dilakukan pada diagnosis resiko dan diagnosis promosi kesehatan (PPNI,
2016). Diagnosa keperawatan yang di fokuskan pada penelitian ini yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018). Intervensi utama
yang 24 digunakan untuk pasien dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah seperti
tabel berikut:
15
keluaran dari
mulut dengan
bibir mencucu
25 1 2 3
(dibulatkan)
selama 8 detik
j. Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam
hingga 3 kali
k. Anjurkan batuk
dengan kuat
angsung setelah
tarik Nafas
dalam yang
ke-3
l. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran,
jika perlu
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada proses keperawatan, implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi
NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
yang merupakan tindakan keperawatan yang khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi
yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap
implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap tindakan tersebut (Kozier et al., 2011)
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan profesional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. (Kozier et 26 al., 2011).
Tujuan evaluasi adalah untusk menilai pencapaian tujuan pada
rencana keperawatan yang telah ditetapkan, mengidentifikasi variabel-
16
variabel yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan, dan mengambil
keputusan apakah rencana keperawatan diteruskan, modifikasi atau
dihentikan (Manurung, 2011).
Berdasarkan PPNI (2019) tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
setelah tindakan yang diberikan untuk bersihan jalan nafas tidak efektif
yaitu:
a. Batuk efektif meningkat.
b. Produksi sputum menurun.
c. Mengi menurun.
d. Wheezing menurun.
e. Dypsnea menurun.
f. Ortopnea menurun.
g. Sulit bicara menurun.
h. Sianosis menurun.
i. Gelisah menurun.
j. Frekuensi nafas membaik.
k. Pola nafas membaik.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
Kasus Respirasi :
Seorang laki-laki 56 tahun mengeluh sesak nafas sejak 3 mingu yang lalu,
keluhan sesak disertai dengan batuk berdahak berwarna kekuningan
Keluhan disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi dan keringat di
malam hari sampai baju basah. Pasien mengatakan bahwa sejak 1 bulan
terakhir berat badannya mengalami penurunan sampai dengan 5 kg dan
tampak mengalami malaise. Pasien mengalami mengalami hemaptosis
dengan produksi sputum yang banyak, menurut petugas kesehatan ia
mengalami infeksi Mycocaterium dengan jenis BTA positif yang ia
dapatkan secara airborne melaui droplet dari ayahnya sendiri. Hasil
pemeriksaan didapatkan Nafas tachypneu Diperkusi daerah paru kanan
dullness, pengembangan dada asimetris. Suara paru ronchi (+).
Pemeriksaan TTV didapatkan Tekanan darah: 110/70 mmHg, frekuensi
Nadi : 90 kali/menit, Respirasi : 32 kali/menit, Suhu : 38,1 C. Hasil
rontegen dada didapatkan bercak putih di lobus superior sampai inferior
kedua paru. Didapatkan hasil pemeriksaan Lab : Leukosit 15.000 mg/dL.
Protein c pleura 2160 Albumin c pleura 110. Pasien menjalani terapi OAT
bulan ke 4 berupa INH, Rifampisin dan Etambutol. Namun ketika ditanya
pengobatan yang dilakukan putus-putus karena pasien merasa bosan dan
tidak nyaman dengan efek obat. Pasien berasal dari keluarga kurang
mampu, rumahnya yang kecil tanpa ventilasi yang cukup dihuni oleh 8
orang anggota keluarga. Selama pengkajian pasien sring kali batuk tanpa
menutup mulutnya, sehingga perlu diajarkan mengenai etiket batuk serta
batuk efektif.
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS
TUBERKULOSIS PARU DI RUANG GELATIK RSAU dr. M. SALAMUN
B. PENGKAJIAN
I. Identitas
A. Identitas Pasien
1) Nama inisial : Tn. T
2) No RM : 331231
3) Usia : 55 Thn
4) Status perkawinan : Duda
5) Pekerjaan : Tidak bekerja
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SLTA
8) Suku : Sunda
9) Alamat rumah : Jl. Ciumbuleuit Rt 07/ 10
Hegarmanah
10) Sumber biaya : BPJS
11) Tanggal masuk RS : 01 April 2020
12) Tanggal pengkajian : 01 April 2020
13) Diagnosa Medis : Tuberkulosis
B. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn.A
2) Umur : 29 Thn
3) Hubungan dengan pasien : Anak
4) Pendidikan : Sarjana
5) Alamat : Bogor
19
Sesak nafas
20
Saat sakit: klien mengatakan berinteraksi dengan
keluarganya petugas medis yang ada di rumah sakit
f. Lingkungan
1. Rumah
Kebersihan :klien mengatakan rumahnya bersih
Polusi : klien mengatakan bahwa rumahnya jauh dari polusi
2. Pekerjaan
Kebersihan : klien tidak bekerja
Polusi : klien tidak bekerja
Bahaya klien tidak bekerja
21
Apa yang Klien mengatakan makan dan
diketahui minum secara teratur, dan olahraga Klien mengatakan makan
mengenai dan minum teratur tp tidak
penyakitnya? melakukan olahraga
Klien mengatakan pernah
Tindakan yang
melakukan operasi setahun yang
dilakukan untuk
lalu Klien malas minum obat
mengurangi tanda
dan gejala.
Hasilnya Minum air putih, berolahraga Klien selalu makan teratur
bagaimana? sesuai jadwal di rs
Promosi
Klien selalu makan teratur dan
kesehatan:
berolahraga, serta berobat bila Klien kooperatif terhadap
mengatur pola
sakit dokter maupun perawat
makanan dan
minuman, latihan
dan olahraga Klien selalu merawat kesehatan Klien mendapatkan therafi
teratur, gaya dari dokter
hidup yang
dijalankan.
Riwayat penyakit Klien mengatakan tidak
sebelumnya Klien mengatakan tidak mengalami kecelakaan
(penyakit, mengkonsumsi obat obatan
pembedahan, tertentu
penyakit
kronis) Klien mengatakan tidak pernah
mengalami kecelakan
Hal yang
dilakukan untuk
menjaga
kesehatan
Perilaku untuk
mengatasi
masalah
kesehatan: diet,
latihan dan olah
raga, pengobatan.
22
Berpartisipasi
dalam perawatan
kesehatan
Sedang dalam
masa pengobatan
penyakit
(mendapatkan
obat-obatan)
Kecelakaan
(dirumah, kerja
dan berkendara)
2. Pola Nutrisi
a. Asupan Oral Oral
b. Frekuensi makan 3 X/hari 2 sendok makan
c. Nafsu makan Baik Buruk
d. Makanan tambahan Buah-buahan ,sayuran Buah-buahan dan
e. Makanan alergi sayuran
Tidak ada alergi
f. Perubahan BB dalam 3 Tidak ada alergi
5kg
bulan terakhir Tidak ada
23
(IWL)
3. Pola Eliminasi
BAK
a. Frekuensi 10 x/hari 8 x/hari
b. Jumlah output 1500 cc/hari 1200 cc/hari
c. Warna kunig kuning
d. Bau khas urin khas urin
e. Keluhan tidak ada keluhan tidak ada keluhan
BAB
a. Frekuensi 1 x/hari 1x/hari
b. Warna Kuning kecoklatan Kuning
Kecoklatan
c. Bau Khas feses Khas feces
d. Konsistensi Padat Padat
e. Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
f. Penggunaan obat
Tidak mengunakan obat Tidak menggunakan
pencahar
pencahat obat pencahat
24
c. Kegiatan waktu luang Senam 2x seminggu Tidak ada
d. Keluhan dalam
beraktivitas Tidak ada keluhan Perut terasa perih
e. Olah raga
Tidak olahraga
frekuensi
2x/minggu
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan V
minum
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
25
Sering terbangun merasa nyeri pada
luka post operasi.
Merasa tidak
Tidak
Merasa tidak nyaman setelah nyaman karena
bangun tidur kurang tidur
Nyeri dirasakan
Tidak ada berdenyut di luka
Fungsi kognisi dalam post operasi
memori istilah, ingatan kurang lebih
26
jangka pendek, ingatan 30mnt hilang
jangka panjang timbul
Komunikasi; bahasa utama,
bahasa lain, tingkat
pendidikan, kemampuan
Bahasa indonesia
membaca dan menulis
Kemampuan memecahkan Bahasa Indonesia
masalah dan mengambil
keputusan.
Baik
Mengidentifikasi Baik
kehilangan/perubahan yang
besar dalam hidup.
Pemeriksaan: Baik
Baik
Test Orientasi: waktu, tempat dan
orang
Klien mampunyai
orientasi waktu,
Klien dapat
tempat dan orang
menyebutkan
secara baik dan tepat
bahwa dirinya
sedang berada di
rumah sakit, dapat
Test membaca dan berkomunikasi menyebutkan
waktu dengan
benar dan
menyebuitkan
Test hal yang baru dipelajari. Klien mampu orang-oraqn
membaca dengan baik disekitarnya
dengan benar
Klien dapat
membaca papan
Klien dapat nama perawat
mempelajari hal-hal serta
baru dengan baik berkomunikasi
dengan baik
Klien mampu
mempelajari hal-
hal baru dengan
27
baik
8.Persepsi Diri dan Konsep Diri
Penampilan/keadaaan. … …
Tingkat kecemasan
(subjektive – skala 1-10), 4 3
(objektive – perubahan raut
muka, perubahan suara,
Identitas personal,
Baik
menjelaskan tentang diri
Baik
sendiri.
Perubahan dalam tubuh yang
tidak dapat diterima. Minim kegiatan
Masalah pada pasien. Tidak ada
…
28
keluarga/sendiri.
Status pekerjaan. IRT IRT
Gambaran mengenai peran
Klien sebagai ibu Klien sebagai ibu
yang berkaitan dengan
untuk anaknya untuk anaknya
keluarga, teman-teman dan
rekan.
Kepuasan/ketidak puasan Klien mengtakan
menjalankan peran Klien mengatakan sangat puas
Efek terhadap status sangat puas
kesehatan
Tidak ada
Pentingnya keluarga
Tidak ada
Interaksi bersama keluarga Sangat penting
Struktur dan dukungan Sangat penting
Baik
keluarga
Baik
Proses pengambilan Baik
keputusan dalam keluarga Baik
Klien mengatakan
Klien mengatakan dalam mengambil
dalam mengambil keputusan yaitu
Berpartisipasi dalam keputusan yaitu klien klien sendiri
kegiatan sosial sendiri
Tidak
Apakah penyakit dapat
menyebabkan perubahan
yang sangat besar terhadap Tidak
Tidak
pola peran dan hubungan.
Masalah dan/keprihatinan
dalam Keluarga Tidak
Klien mengatakan
bahwa keluarga
selalu
Pola membesarkan anak
Klien merasa bahwa mendukungnya
keluarganya selalu
Klien
memotivasi dirinya
membesarkan
anak-anaknya
Hubungan dengan orang lain
dengan baik
Klien membesarkan
Klien mempunyai
anaknya dengan baik
hubungan yang
Merasa kecukupan akan
29
kondisi sosial ekonomi baik dengan orang
(keuangan). lain
Klien mempunyai
Klien merasa
hubungan yang baik
Merasa (terisolasi) oleh cukup dengan
dengan keluarga
tetangga kondisi
maupunn tetangga
sekitar. ekonominya saat
lainya
ini
Pemeriksaan: Klien merasa cukup
Klien mengatakan
Interaksi dengan anggota keluarga dengan kondisi
bahwa saat sakit
atau orang lain (jika ada). ekonominya
tetangganya
mengunjunginyadi
rumah sakit
Klien merasa bahwa
tetangganya sangat
mendukung
30
Wanita Tidak ada
o Waktu punya anak, Tidak ada
perimenstruasi,
Riwayat menstruasi :
umur menarche,
klien mengatakan
durasi, frekwensi,
tidak pernah
keteraturan, masalah
melahirkan kembar
serta klien melahirkan
o Riwayat reproduksi,
secara normal dan
hamil terakhir,
tidak memiliki
Riwayat melahirkan
kelainan kongenital
kembar, kelaianan
congenital atau Genetalia tampak
kelainan genetic bersih
Cara mencegah penularan
PMS
Riwayat PMS
Persepsi pemeriksaan
payudara sendiri dan testis Klien mengatakan
sendiri. selalu membersihkan
bagian genetalia
Pemeriksaan:
Pemeriksaan genitalia, pa
31
Tingkat stress saat ini Tidak ada Tidak ada
Metode/strategi koping yang
biasa digunakan terhadap
Tidak ada Tidak ada
stress selain alcohol atau obat
Pengetahuan dan penggunaan Sedang Sedang
tehnik managemen stress.
Baik
Baik
Ketika mendapatkan masalah
klien selalu
yang besar dalam hidup,
klien selalu Bersama Bersama keluarga
apakah dapat menanganinya?
keluarga dalam dalam
menghadapi masalah menghadapi
Persepsi tentang status
masalah
keamanan di rumah (episode
kekerasan fisik/emosional) Baik, klien dapat Baik, klien dapat
menangani setiap menangani setiap
masalah dengan baik masalah dengan
baik
32
dianggap penting bagi klien Sehat dan bisa beraktifitas Sehat dan bisa
dan keluarga. seperti biasanya beraktifitas seperti
biasanya
Keparcayaan spiritual yang
Klien selalu berdoa untuk Klien selalu berdoa
berpengaruh terhadap
kesembuhanya untuk kesembuhanya
pengambilan keputusan dan
terutama sebelum
praktek kesehatan
operasi
Derajat dari tujuan
pencapaian hidup Untuk beribadah
Persepsi tentang kepuasan Untuk beribadah
dengan hidup, dan jalan
Pasien merasa puas dengan
hidup
kehidupanya saat ini Pasien merasa puas
Pentingnya
dengan kehidupanya
agama/spiritualitas
saat ini
Kepercayaan cultural yang Sangat penting
berpengaruh dengan Sangat penting
kesehatan dan nilai
Spiritualitas/agama yang
Tidak ada Tidak ada
berpengaruh terhadap status
kesehatan.
Kepercayaan cultural yang Pasien selalu berdoa untuk Pasien selalu berdoa
merefleksikan pilihan pada kesembuhanya untuk kesembuhanya
promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit
Tidak ada Tidak ada
su
33
Suhu : 38,1 C
BB sebelum masuk RS : 45kg
saat di rawat di RS : 40kg
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10
34
mandiri (boleh menggunakan alat 0 0
Transfer jumlahkan nilai
bantu jalan) transfer dan
(dari tempat
memerlukan sedikit bantuan (1 orang) 1 mobilitas. Jika
tidur ke
/ dalam pengawasan nilai total 0-3,
kursi dan
kembali ke memerlukan bantuan yang nyata (2 2 maka skor = 0.
tempat orang) jika nilai total 4-
tidur) tidak dapat duduk dengan seimbang, 3 6, maka skor = 7
perlu bantuan total
mandiri (boleh menggunakan alat 0
Mobilitas bantu jalan)
berjalan dengan bantuan 1 orang 1
(verbal / fisik)
menggunakan kursi roda 2
Imobilisasi 3
Total skor 0
Keterangan skor:
35
Telinga kanan kiri simetris dan bersih, fungsional pendengaran
normal tidak ada penggunaan alat bantu.
JVP tidak meningkat, kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada nyeri
saat menelan.
36
10) Genital : Bentuk, kebersihan, adanya pembengkakan (vagina, testis, penis
dan prostat), sekresi cairan, nyeri atau keluhan lain saat BAK/BAB,
frekuensi/ konsistensi/warna/bau urine/feses, siklus menstruasi,
penggunaan kateter, palpasi blader
Daerah genitalia cukup bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada
nyeri atau keluhan pada saat BAB/BAK, frekuensi BAK 8x/hari
warna kuning, bau khas urin, frekuensi BAB 1x/hari konsistensi
padat,warna kuning kecoklatan, bau khas feces,klien mengatakan
sudah tidak menstruasi, tidak terpasang kateter.
5 5 kekuatan otot.
5 5
2) Pemeriksaan laboratorium :
Leukosit : 15.000dl/ml
37
Protein ca pleura : 2.160
Albumin ca pleura : 110
II. Penatalaksanaan medis
1) Jelaskan tindakan medis yang sudah dilakukan contohnya operasi,
pemasangan alat invasif, dll) :
Tidak ada
2) Pemberian obat dan jelaskan nama, dosis, cara, rute dan tujuan. :
INH
RIMFAPISIN
ETAMBUTOL
ANALISA DATA
38
bulan terakhir mnegalami Distensi Abdomen kurang dari
penurunan Berat Badan kebutuhan
Do : Mual muntah
- Penurunan BB
selama 1 bulan 5kg Intake tidak adekuat
- Respirasi : 32x/menit
- TD : 110/70 Ketidak seimbangan nutrisi
- Suhu : 38,1 kurang dari kebutuhan
- Nadi : 90x/menit
4. Ds : Sumber stress meningkat Kurangnya
Klien mengatakan merasa pengetahuan
bosan dan tidak nyaman Keitdak lengkapan informasi tentang pemberian
dengan efek obat pengobatan obat berhubungan
Do : dengan kurangnya
- Pengobatan putus- Kurang pengetahuan terpapar informasi
putus
- Penyakit kambuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
yang berlebih
2. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses peradangan
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake tidak adekuat
4. Kurangnya pengetahuan tentang pemberian obat berhubungan dengan
kurangnya terpapar informasi
39
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif - Tupan : 1. Observasi tanda- 1. Mengetahui keadaan
berhubungan dengan akumulasi Bersihan jalan nafas efektif tanda vital umum klien
sekret yang berlebih - Tupen 2. Atur posisi klien 2. Membantu
Setelah dilakukan tindakan (semi fowler) memaksimalkan
asuhan keperawatan 2x24 pernafasan
jam akumulasi sekret 3. Anjurkan klien 3. Pemeberian cairan
berkurang. Dengan kriteria minum air hangat hangat dapat
hasil : mengencerkan dahak
1. Respirasi dalam batas 4. Berikan terapi sesuai 4. Membantu mempercepat
normal (18x/menit) dengan advisi dokter penyembuhan
2. Tidak ada bunyi nafas
tambahan
3. Pengembanagan dada
simstris
2. Hipertermi berhubungan dengan - Tupan : 1. Anjurkan kompres 1. Pemberian kompres air
terjadinya proses peradangan Suhu tubuh kembali normal air hangat hangat dapat
- Tupen : menyebabkan peralihan
Setelah dilakukan tindakan panas secara konduksi
asuhan keperawatan 1x24 2. Berikan banyak 2. Peningkatan suhu tubuh
jam proses inflamasi teratasi minum air putih mengakibatkan panas
dengan kriteria hasil : sehingga harus
1. Suhu tubuh dalam batas diimbangi dengan cairan
normal 36,5 yang baru
2. Akral teraba dingin 3. Anjurkan klien
memakai pakaian 3. Agar mudah menyerap
40
tipis keringat
4. Berikan obat sesuai
advisi dokter 4. Mempercepat proses
penyemuhan
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang - Tupan : 1. Anjuran klien makan 1. Menjaga nutrisi klien
dari kebutuhan berhubungan dengan Kebutuhan nutrisi terpenuhi sedikit tapi sering tetap stabil dan
intake tidak adekuat - Tupen : 2. Timbang Berat mencegah terjadinya
Setelah dilakukan tindakan Badan mual dan muntah
asuhan keperawatan 1x24 3. Observasi intake dan 2. Mengetahui
jam intake klien membaik outpun nutrisi klien perkembangan status
dengan kriteria hasil : 4. Beri vitamin gizi klien
1. Klien nafsu makan penambah nafsu 3. Mengetahui
2. Bb klien bertambah makan kesimbangan nutrisi
3. Porsi makan klien habis klien
4. Menambah nafsu mkan
klien
4. Kurangnya pengetahuan tentang - Tupan : 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
proses penyakit dan dengan Pengetahuan bertambah pengetahuan klien intervensi yang akan
kurangnya terpapar informasi tentang pemberian obat diberikan
- Tupen : 2. Berikan edukasi 2. Agar mudah dipahami
Setelah dilakukan tindakan sesuai tingkat paparan informasi yang
asuhan keperawatan selama pendidikan klien diberika
1 jam klien mengetahui 3. Berikan edukasi pada 3. Agar klien dan
1. Klien mengetahui klien dan keluarga keluarga mengetahui
manfaat minum obat mengenai kepatuhan bagaimana kepatuhan
2. Klien mengetahu efek minum obat dalam minum obat
samping obat 4. Anjurkan pada 4. Agar mengetahui klien
3. Klien mengetahui keluarga untuk meminum obat dengan
41
minum obat yang benar menjadi pmo baik
( pengawas minum
obat)
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
42
peradangan 12.15 wib 3. Anjurkan klien memakai pakaian 2. Klien berkeringat
12.30 wib tipis 3. Klien menggunakan
4. Berikan obat sesuai advisi dokter pakaian yang menyerap
keringat
4. Paracetamol 1 tablet
(500mg)
Gangguan kebutuhan Kamis 02-04-2020
nutrisi kurang dari 13.00 wib 1. Anjuran klien makan sedikit tapi 1. Klien makan perlahan, 1
kebutuhan 13.15 wib sering porsi bubur 3x dimakan
berhubungan dengan 13.20 wib 2. Timbang Berat Badan 2. Ada penambahan berat
intake tidak adekuat 13.30 wib 3. Observasi intake dan outpun nutrisi berat badan 0,5kg dalam
klien sehari
4. Beri vitamin penambah nafsu makan 3. Klien mengahabiskan
makanannya
4. Klien minum vitamin B
komplek
Kurangnya Kamis 02-04-2020
pengetahuan tentang 14.00 wib 1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Pengetahuan klien kurang
pemberian obat 14.10 wib 2. Berikan edukasi sesuai tingkat tentang minum obat
berhubungan dengan pendidikan klien 2. Mengedukasi tentang
kurangnya terpapar 14.20 wib kepatuhan dalam minum
informasi
3. Berikan edukasi pada klien dan obat
14.25 wib keluarga mengenai kepatuha minum 3. Klien paham tentang
obat paparan informasi
mengenai kepatuhan
4. Anjurkan pada keluarga untuk 4. Klien dan keluarga paham
menjadi pmo ( pengawas minum mengenai kepatuhan
obat) minum obat
43
44
F. EVALUASI KEPERAWATAN
45
P:
Hentikan intervensi
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.(Price dan Wilson, 2005).
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol) sehingga
disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisis. Manifestasi klinis yang biasa dialami pasien
dengan TBC antara lain : Demam,batuk berdahak/darah,nyeri dada,
sesak,keringat di malam hari,nausea
Adapun dari kasus yang diberikan diagnosa keperawatan yang diangkat
antara lain :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
yang berlebih
2. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya proses peradangan
3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake tidak adekuat
4. Kurangnya pengetahuan tentang pemberian obat berhubungan dengan
kurangnya terpapar informasi
B. Saran
Penulis berharap agar pembaca tidak hanya terpaku pada makalah
ini tetap mencari sumber lain untuk mendapat wawasan yang lebih luas.
Mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan.
47