Abstrak
Relaksasi muskuler merupakan bagian rutin dari anestesi dan memiliki keuntungan penting.
Namun, efek yang tersisa dari relaksan muskuler pada periode pasca operasi secara historis
telah dikaitkan dengan efek samping pasca operasi.
Pengembalian neuromuskuler, bersama dengan monitoring neuromuskuler, adalah strategi
yang dikenali untuk mengurangi tingkat relaksasi residual pasca pembedahan namun hanya
sedikit meningkatkan hasil dalam beberapa dekade terakhir.
Sugammadex, agen reversal baru dengan sifat enkapsulasi yang unik, telah mengubah
pandangan tentang reversal neuromuskuler dan membuka peluang baru guna meningkatkan
perawatan pasien. Reversal kedalaman blok neuromuskuler secara cepat dan utuh dapat
mengurangi tingkat residu relaksasi dan meningkatkan pemulihan pernapasan. Selain itu,
sugammadex telah memungkinkan penggunaan blok neuromuskuler dalam selama
pembedahan. Blok neuromuskuler yang dalam dapat meningkatkan kondisi kerja
pembedahan dan memungkinkan reduksi tekanan insuflasi selama prosedur laparoskopi
tertentu. Namun, apakah dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi hasil belum digambarkan
dengan jelas.
Pendahuluan
Relaksan muskuler atau agen penghambat neuromuskuler (NMBAs), diperkenalkan pada
tahun 1942 oleh Griffith dan Johnson, telah merevolusi praktik anestesiologi1. NMBAs
menghambat transmisi neuromuskuler di neuromuskuler junction dengan mengikat reseptor
asetilkolin nikotinergik postsinaptik. Pengikatan ini mengurangi ketersediaan reseptor
tersebut untuk transmisi sinyal neuromuskuler yang dimediasi asetilkolin (lihat Gambar 1).
Dalam praktiknya, NMBA memungkinkan ahli anestesi untuk membuat pasien sementara
mengalami paralisis selama anestesi. Pengenalan NMBAs dalam anestesia dapat berarti
bahwa kondisi pembedahan yang optimal (yaitu dengan memastikan pasien tidak bergerak)
dapat dicapai dengan dosis rendah anestesi uap (volatil) atau intravena, meningkatkan
stabilitas hemodinamik. Akibatnya, induksi relaksasi otot menjadi bagian tetap dari trias
anestesi klasik, di bersama ketidaksadaran (hipnosis) dan pelega rasa sakit2. Namun, seperti
kebanyakan obat-obatan, NMBA tentu memiliki kekurangan. Efek berkepanjangan dari
NMBAs pada periode pasca pembedahan, juga dikenal sebagai kurarisasi residual pasca
operasi (PORC), dapat menyebabkan komplikasi pernapasan yang mengancam jiwa dalam
beberapa jam pertama setelah pembedahan3. Pada tahun 1954, Beecher et al. adalah orang
pertama yang mencatat peningkatan mortalitas enam kali lipat terkait anestesi ketika NMBA
digunakan4. Terlepas dari perkembangan agen dengan aksi yang lebih singkat dan teknik
pemantauan neuromuskuler, NMBAs terus dikaitkan dengan efek samping yang berat pasca
anestesi, bahkan hingga hari ini5,6.
Gambar 2. Pemantauan neuromuskuler. PTC, jumlah pasca tetanik; TOF, train of four
Ketika NMBAs dosis tinggi diberikan, pengukuran NMB pada saraf ulnaris akan
menunjukkan tidak ada kedutan jempol (TOF sama dengan nol). Untuk mengukur tingkat
NMB dalam hal ini, stimulus tetanik 50 Hz selama lima detik diterapkan pada saraf ulnaris.
Stimulus tetanik menyebabkan sejumlah besar asetilkolin dilepaskan di neuromuscular
junction. Fasilitasi tetanik ini kemudian diikuti oleh 15 rangsangan listrik tunggal yang
diberikan pada interval satu detik. Jumlah kedutan ibu jari yang terukur merupakan jumlah
pasca-tetanik (PTC)28. Misalnya, ketika teramati ada enam ibu jari yang berkedut pasca
fasilitasi tetanik, PTC sama dengan enam (lihat Gambar 2). Dengan pengukuran TOF dan
PTC, kedalaman NMB dapat diklasifikasikan sebagai berikut29: (1) NMB moderat: TOF satu
hingga tiga dari empat kedutan; (2) NMB dalam: TOF tanpa kedutan (nol) dan PTC lebih
dari nol; (3) NMB intens: TOF nol dan PTC nol. Perhatikan bahwa, dalam praktiknya, NMB
yang intens hanya terjadi pada awal anestesi pasca dosis induksi NMBA. Setelah itu, NMB
diperbolehkan untuk pulih ke NMB yang dalam atau sedang, yang dapat dipertahankan untuk
mempertahankan kondisi kerja pembedahan yang adekuat, tergantung pada jenis operasi.
Tabel 2. Studi yang menilai NMB dalam pada kondisi bedah selama operasi terbuka
dan laparoskopi (pneumoperitoneum tekanan normal).
Kesimpulan
NMBAs tentu memiliki keuntungan yang penting namun juga kerugian yang cukup
serius. Kurarisasi residual pasca pembedahan merupakan ancaman penting, terutama pada
pasien yang dengan reversal yang adekuat atau kurang terpantau. Perkembangan baru yang
penting adalah pengenalan sugammadex agen reversal. Sugammadex dapat membantu
mengurangi insiden kurarisasi residual pasca operasi dan meningkatkan pemulihan
pernapasan pasca pembedahan. Selain itu, sugammadex memungkinkan penggunaan NMB
yang dalam selama anestesi umum. Meskipun NMB yang dalam telah terbukti meningkatkan
kondisi pembedahan dan mengurangi rasa nyeri pasca operasi dalam berbagai prosedur,
perannya dalam anestesi belum sepenuhnya ditentukan.