A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Limfoma Non Hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan
proliferatif tidak terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem
sel limfosit T). (Schwartz M William, 2010)
Limfoma non Hodgkin (LMNH) adalah neoplasma yang ganas
pada sistem limfatik dan jaringan limfoid.Seperti halnya kebanyakan
neoplasma anak, penyebab LMNH juga tidak diketahui.Sejumlah faktor,
seperti infeksi virus, imunodefisiensi, aberasi kromosom, imunostimulasi
kronis, dan pemajanan terhadap lingkungan memicu terjadinya limfoma
maligna. (Betz, 2009).
2. Anatomi Fisiologi
Limfa adalah organ lunak yang berada pada sisi kiri abdomen,
dibawah perlindungan iga-iga tepat dibawah diafragma.Beratnya kira-kira
200 g dan panjangnya kira-kira 125 mm. limfa tidak selalu dapat dirasakan
pada dinding abdomen, tetapi dapat sangat membesar pada penyakit
tertentu. Limfa terdiri dari massa daging merah dengan jutaan kelenjar
berbentuk kepala paku dari daging putih yang menyebar menyelimutinya
sehingga memberika penampilan granular. Limfa kaya akan suplai darai
melalui arteri splenik. Darah mengalir ke vena porta melalui vena splenik.
(Pearce Evelyn, 2009)
Limfa merupakan organ ungu lunak kurang lebih berukuran satu
kepalan tangan.Limpa terletak pada pojok atas kiri abdomen di bawah
kostae.Limfa memiliki permukaan luar konveks yang berhadapan dengan
diafragma dan permukaan medial yang konkaf serta berhadapan dengan
lambung, fleksura linealis kolon dan ginjal kiri. (Handayani, 2008)
Limfa terdiri atas kapsula jaringan fibroelastin, folikel limpa (masa
jaringan limfa), dan pulpa merah (jaringan ikat, sel eritrosit, sel
leukosit).Suplai darah arteri linealis yang keluar dari arteri coeliaca.
(Handayani, 2008). Fungsi limfa adalah sebagai berikut (Handayani, 2008)
a. Pembentukan sel eritrosit (hanya pada janin)
b. Destruksi sel eritrosit tua
c. Penyimpanan zat besi dari sel-sel yang dihancurkan
d. Pembentukan limfosit dalam folikel limfa
1
e. Pembentukan immunoglobulin
f. Pembuangan partikel asing darah
3. Etiologi
Penyebab LNH belum jelas diketahui.Para pakar cenderung
berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan
imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak
terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH
kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena ditemukan
fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko anggota
keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar disbanding dengan orang
lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin
lama hidup semakin besar risikonya menderita limfoma.
Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain :
a. Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan
dengan terjadinya LNH antara lain adalah :severe combined
immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia,
common
variable
nonHodgkin
agresif
lebih
mungkin
lebih
rendah
dari
pada
penyakit
Hodgkin.
Ditemukan
adanya
limfadenopati difus tanpa rasa nyeri, Dapat menyerang satu atau seluruh
kelenjar limfe perifer.
Biasanya adenopati hilus tidak ditemukan, tetapi sering ditemukan
adanya efusi pleura.Kira-kira 20% atau lebih penderita menunjukkan
gejala-gejala
yang
berkaitan
dengan
pembesaran
kelenjar
limfe
7. Manifestasi Klinis
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu
a) Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.
b) Demam.
c) Keringat malam.
d) Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
e) Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
f) Hilangnya nafsu makan.
g) Nyeri tulang.
h) Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
i)
terkena.
Limphadenopaty.
nyeri pada satu atau lebih region kelenjar getah bening perifer.
Gejala konstitusional. Demam, keringat pada malam hari
dan penurunan berat badan lebih jarang terjadi dibandingkan
pada penyakit Hodgkin. Adanya gejala tersebut biasanya
menyertai penyakit diseminata. Dapat terjadi anemia dan
sumsum
tulang
difus.
Sitopenia
juga
dapat
terkena.
Saluran
gastrointestinal
adalah
lokasi
8. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium lengkap, meliputi hal berikut.
Darah tepi lengkap termasuk retikulosit dan LED
Gula darah
Fungsi hati termasuk y-GT, albumin, dan LDH
Fungsi ginjal
Immunoglobulin.
b) Pemeriksaan biopsy kelenjar atau massa tumor untuk mengetahui
subtype LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain
yang dicurigai.
c) Aspirasi dan biopsy sumsum tulang
d) Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetahui adanya pembesaran
kelenjar getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa
e)
Interpretasi hasil
b) Diferensial SDP
c)
Menurun
Eritrosit
d) Morfologi SDM
Normositik,
hipokromik
ringan
sampai
sedang
e)
Trombosit
Test comb
Alkalin fosfatase
Kalsium serum
BUN
Globulkin
Foto
toraks,
ekstremitas
proksimal
keterlibatan
nodus
limfe
INTERPRETASI
Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra
Stadium II
limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas
Stadium III
Stadium IV
9. Komplikasi
a) Akibat langsung penyakitnya
therapy anjuran
Minimal : seperti therapy LH
Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso
2. Keperawatan
a. Promotif
Meningkatkan pengetahuan klien tentang LNH melalui penyuluhan
b. Prefentif
Upaya untuk mencegah terjadinya penyakit atau kondisi yang
memperberat .
c. Kuratif dan rehabilitatif
Upaya pengobatan untuk mencegah atau menurunkan infeksi atau
keparahaan.
a)
lainnya.
Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.
k. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
l. Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba.
Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
m. Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Lihat adanya odema, perubahan integritas kulit,
adanya patahan terbuka atau tertutup.
Palpasi : adanya nyeri tekan
n. Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan.
2.
a.
Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi
b.
3.
bronkhial
Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi
sekunder terhadap inflamasi
Tujuan : suhu badan dalam batas normal ( 36 37,5C)
Intervensi :
a) Observasi suhu tubuh pasien
12
Rasional
dengan
memantau
suhu
diharapkan
seimbang.
Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.
Rasional : antipiretik akan menghambat pelepasan panas
oleh hipotalamus.
2. Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer,
pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen
antileukimia, peningkat produksi asam laktat jaringan local
Tujuan : nyeri berkurang
.Intervensi :
a) Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat
verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
b) Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan
darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat
c) Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
d) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk
mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot
sehingga mengurangi penekanan dan nyeri.
e) Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
f) Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
13
dan
perubahan tanda-tanda
vital
membantu
d) Kaji/awasi
perhatikan
adanya
tanda
pucat/sianosis)
Rasional : Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas
pembawa oksigen darah dan dapat menimbulkan hipoksemia.
e) Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas
Rasional : Penurunan oksigenasi seluler menurunkan
toleransi aktivitas, istirahat menurunkan kebutuhan oksigen
dan mencegah kelelahan dan dispnea.
f) Observasi distensi vena leher, nyeri kepala, pusing, edema
preorbital, dispnea, stridor.
Rasional : Klien LNH dengan sindrom vena cava superior
dan
obstruksi
jalan
napas
menunjukkan
kedaruratan
onkologis.
DAFTAR PUSTAKA
15
Klinis
Proses-Proses
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003).Bukuajar keperawatan medical bedah.Volume 3.Edisi 8.
EGC: Jakarta
16