Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

NON HODGKIN LIMFOMA (NHL) DI RUANG POLI ONKOLOGI

RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :

FAILUL AFINDA

NIM.1930017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan NHL di Ruang Poli Onkologi Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Failul Afinda

NIM : 19.30.017

Prodi : Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
KMB, yang dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2019 – 18 Oktober 2019, yang
telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal : Oktober 2019

Malang, Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(.............................................) (.............................................)
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : KMB Mahasiswa : Failul Afinda


Periode : 15 Oktober s/d 18 Oktober 2019 Pembimbing :
Ruang :Poli Onkologi Minggu ke :1

A. Target yang ingin dicapai


Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien trauma thoraks selama 1
minggu (15 Oktober s/d 18 Oktober 2019 )
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Non Hodgkin Limfoma (NHL)
2. Mampu mengkaji status pernapasan pada pasien dengan Non Hodgkin
Limfoma (NHL)
3. Mampu mengatur posisi semifowler pada pasien dengan Non Hodgkin
Limfoma (NHL)
4. Mampu melakukan auskultasi bunyi napas tambahan pada pasien dengan
Non Hodgkin Limfoma (NHL)
5. Mampu memberikan terapi oksigenasi pada pasien dengan Non Hodgkin
Limfoma (NHL)

B. Rencana kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 a. Melakukan pengkajian pada pasien Hari ke-1 Dapat melakukan
Non Hodgkin Limfoma (NHL) pengkajian dasar

2 a. Mampu mengkaji status Hari ke-2 a. Mampu mengkaji status


pernapasan pada pasien dengan pernapasan pasien
Non Hodgkin Limfoma (NHL)
b. Mampu mengatur posisi 30 derajat
pada pasien dengan Non Hodgkin b. Mampu mengatur posisi
Limfoma (NHL) semifowler pada pasien
3 a. Memantau tanda – tanda vital Hari ke 3 - a. Mampu memberikan
6 terapi oksigenasi
b. Mampu memantau tanda
– tanda vital

C. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


1. Tindakan pengkajian Non Hodgkin Limfoma (NHL)sesuai target
kompetensi
2. Tindakan mengatur posisi 30 derajatr sesuai target kompetensi
3. Tindakan memantau tanda – tanda vital sesuai target kompetensi

D. Evaluasi Diri Praktikan


a. Belum mampu melakukan semua rencana

Mengetahui,

Malang, Oktober 2019

Pembimbing lahan RSSA Malang Mahasiswa

Failul Afinda
NIM 1930017
BAB I

PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perubahan gaya hidup dan pola makanan angka penderita kanker
pun semakin meningkat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 4,3 per
1000 penduduk, dan kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh (5,7%)
setelah stroke, tuberkulosis (TB), hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes
melitus (DM). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) mengemukakan bahwa
limfoma maligna menempati urutan ke lima pada pasien rawat inap di seluruh
rumah sakit di Indonesia. (Brunner dan Suddarth, 2004)
Limfoma maligna merupakan penyakit keganasan primer dari jaringan
limfoid yang bersifat padat (solid), meskipun kadang kadang dapat menyebar
secara sistemik. Secara klinik dan patologik, limfoma maligna dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitu: Penyakit Hodgkin ( Hodgkin disease-HD) dan Non
Hodgkin Limfoma (NHL) yang ditandai dengan kumpulan limfosit abnormal.
(Brunner dan Suddarth, 2004)
NHL merupakan keganasan primer yang berasal dari limfosit B, limfosit T
dan walaupun sangat jarang ada juga yang bersal dari sel NK (natural killer)
yang berada dalam sistem limfe. Penyakit ini sangat heterogen, baik dalam tipe
histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun
prognosis. Pada NHL, sebuah limfosit akan berprolifersai secara tak terkontrol
dan akan mengakibatkan terbentuknya tumor. (Boediwarsono dkk, 2007)
Penderita NHL akan menunjukkan kelainan kelainan dalam hal hematologi
diantaranya ialah penurunan kadar hemoglobin (anemia), penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), dan penurunan jumlah keping darah
(trombositopenia) yang secara langsung akan berdampak tidak baik terhadap
kondisi pasien. (Schwartz M William, 2010)
Selain itu, pilihan terapi untuk NHL saat ini ialah dengan kemoterapi,
sedangkan efek dari kemoterapi seperti yang sudah kita ketahui ialah penekanan
produksi dari sel darah merah di sumsum tulang. Untuk itu penulis ingin
memaparkan gambaran hematologi pasien non hodkin limfoma yaitu efek
proliferasi limfosit terhadap jumlah hemoglobin, jumlah trombosit, dan jumlah
leukosit. (Boediwarsono dkk, 2007)
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Anatomi Fisiologi

Fisiologi sistem limfatik


Fungsi Sistem limfatik sebagai berikut :
a. Pembuluh limfatik mengumpulkan cairan berlebih atau cairan limfe dari
jaringan sehingga memungkinkan aliran cairan segar selalu bersirkulasi
dalam jaringan tubuh.
b. Merupakan pembuluh untuk membawa kembali kelebihan protein didalam
cairan jaringan ke dalam aliran darah.
c. Nodus menyaring cairan limfe dari infeksi bakteri dan bahan-bahan
berbahaya.
d. Nodus memproduksi limfosit baru untuk sirkulasi.
e. Pembuluh limfatik pada organ abdomen membantu absorpsi nutrisi yang
telah dicerna, terutama lemak.
2.2 Definisi
Limfoma non-Hodgkin adalah suatu kelompok penyakit heterogen yang
dapat didefinisikan sebagai keganasan jaringan limfoid selain penyakit
Hodgkin. Manifestasinya sama dengan penyakit Hodgkin, namun penyakit ini
biasanya sudah menyebar keseluruh sistem imfatik sebelum pertama kai
terdiagnosis. Apabila penyakitnya masih teralokasi, radiasi merupakan
penanganan pilihan. Jika terdapat keterlibatan umum, digunakan kombinasi
kemoterapi. Pemberian dosis rendah pada penderita HIV positif dianjurkan
untuk mencegah terjadinya infeksi berat yang potensial mematikan. Seperti
pada penyakit Hodgkin, infeksi merupakan masalah utama. Keterlibatan
sistem saraf pusat juga sering terjadi.(Brunner dan Suddarth, 2004)
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang
berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasaya menyebar ke eluruh
tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa
tahn), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa
bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit
Hodgkin.( Handayani Wiwik, 2008)

2.3 Etiologi

Belum ditemukan penyebab yang pasti, namun terdapat beberapa


faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit yaitu :

1) Umur : sebagian besar Limfoma Non-Hodgkin ditemukan pada orang


dengan usia 60 tahun atau lebih. Namun pada beberapa tipe ditemukan
juga menyerang orang yang berusia muda.
2) Gender: sebagian besar resiko terjadinya Limfoma Non-Hodgkin
umumnya terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Namun pada
beberapa tioe lebih banyak terjadi pada wanita dan diketahui peyebabnya.
3) Ras: di AS orang Amerika kulit putih lebih rentan terkena Limfoma Non-
Hodgkin dari pada orang Amerika kulit hitan, maupun orang Amerika
keturunan Asia.
4) Paparan Zat Kimia: beberapa penelitian mengatakan bahwa bahan kimia
seperti benzena dan insektisida berhubungan dalam meningkatkan resiko
terkena Limfoma Non-Hodgkin. Beberapa juga mengatakan obat-obatan
yang digunakan untuk terapi kanker juga dapat meningkatkan resiko
terkena NHL beberapa tahun kemudian.
5) Paparan radiasi: orang yang dapat bertahan hidup pada daerah yang
pernah mengalami ledakan bom nuklir memiliki resiko lebih tinggi untuk
terkena kanker, salah satunya Limfoma Non-Hodgkin. Orang yang
menjalani pengobatan menggunakan radiasi, juga dapat meningkatkan
resiko terkena NHL di kemudian hari.
6) Sistem imun yang lemah: seseorang dengan sistem imun yang lemah dapat
meningkatkan resiko terkena NHL. Selain itu seseorang yang terinfeksi
visurs HIV juga beresiko terkena NHL.
7) Penyakit Autoimun: suatu penyakit dimana sistem imun menyerang
jaringan/sel tubuh maupun sel asing yang masuk. Contoh penyakit
Autoimun adalag Rheumatoid Arthritis dan Systemic Lupus
Erythematosus dapat meningkatkan resiko terkena NHL.
8) Infeksi virus: infeksi virus yang menyerang DNA maupun lImfosit dapat
mengubah DNA dan Limfosit menjafi sel-sel kanker. Virus tersebut
diantaranya Epstein-Barr Virus (EBV) dan HTLV-1 virus.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :

1. Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit.


2. Demam.
3. Keringat malam.
4. Rasa lelah yang dirasakan terus menerus.
5. Gangguan pencernaan dan nyeri perut.
6. Hilangnya nafsu makan.
7. Nyeri tulang.
8. Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang
terkena.
9. Limphadenopaty.
a. Limfadenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan
pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang tidak nyeri pada satu
atau lebih region kelenjar getah bening perifer.
b. Gejala konstitusional. Demam, keringat pada malam hari dan penurunan
berat badan lebih jarang terjadi dibandingkan pada penyakit Hodgkin.
Adanya gejala tersebut biasanya menyertai penyakit diseminata. Dapat
terjadi anemia dan infeksi dengan jenis yang ditemukan pada penyakit
Hodgkin.
c. Gangguan orofaring. Pada 5-10% pasien, terdapat penyakit distruktur
limfoid orofaringeal (cincin waldeyer) yang dapat menyebabkan
timbulnya keluhan “sakit tenggorok” atau napas berbunyi atau
tersumbat.
d. Anemia, netropenia dengan infeksi, atau trombositopenia dengan
purpura mungkin merupakan gambaran pada penderita penyakit
sumsum tulang difus. Sitopenia juga dapat disebabkan oleh autoimun.
e. Penyakit abdomen. Hati dan limpa sering kali membesar dan kelenjar
getah bening retroperitoneal atau mesenterika sering terkena. Saluran
gastrointestinal adalah lokasi ekstranodal yang paling sering terkena
setelah sumsum tulang dan pasien dapat datang dengan gejala abdomen
akut.
f. Organ lain. Kulit, otak, testis dan tiroid sering terkena. Kulit juga secara
primer terkena pada dua jenis limfoma sel T yang tidak umum dan
sindrom sezary.

Gejala dan Penyebab Limfoma

Kemungkinan
Gejala Penyebab Timbulnya
Gejala

Gangguan pernafasan
dan pembengkakan Pembesaran kelenjar getah 20 - 30 %
pada wajah bening di dada
Hilang nafsu makan,
Pembesaran kelenjar getah
sembelit berat, nyeri 30 - 40 %
bening di perut
perut dan kembung
Pembesaran kelenjar getah
Pembengkakan pada
bening di selangkangan 10%
tungkai
atau perut
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke
> 10 %
badan usus halus
Pengumpulan cairan Penyumbatan pembuluh
disekitar paru-paru darah getah bening didalam 20 -30 %
(efusi pleura) dada
Daerah kehitaman
Penyebaran limfoma ke
dan menebal dikulit 50 - 60 %
seluruh tubuh
yang terasa gatal
Perdarahan ke dalam
saluran pencernaan,
Penghancuran sel darah
merah oleh limpa yang
membesar dan trlalu aktif,
Penghancuran sel darah
merah oleh antibodi 30 %, pada
Anemia
abnormal (anemia akhirnya dapat
(berkurangnya sel
hemolitik), penghancuran mencapai 100
darah merah)
sum-sum tulang karena %
penyebaran limfoma,
ketidakmampuan sum-sum
tulang untuk menghasilkan
sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi
penyembuhan
Penyebaran ke sum-sum
tulang dan kelenjar getah
Mudah terinfeksi
bening, menyebabkan 20 - 30 %
oleh bakteri
berkurangnya pembentukan
antibodi

2.5 Patofisiologi
Usia, gender, ras, paparan zat kimia dan radiasi, infeksi virus, penyakit
autoimun dan sistem imun yang lemah dapat menyebabkan terjadinya
pembesaran kelenjar getah bening. Poliferasi jaringan limfoid yang tidak
terkendali karena faktor-faktor resiko diatas menyebabkan terjadinya
perubahan rangsangan imunologik yang nantinya akan menimbulkan masalah
yaitu adanya ancaman status kesehatan, proses penyakit yang akan
mengakibatkan destruksi gangguan syaraf serta menimbulkan gangguan
metabolisme tubuh.
Masalah ancaman perubahan status kesehatan akan mengakibatkan fungsi
peran pasien berkurang sehingga pola interaksi juga menurun. Penurunan pola
interaksi menyebabkan terjadinya perolehan inforrmasi yang kurang mengenai
penyakitnya sehingga biasanya pasien akan cemas.
Proses penyakit yaitu pembesaran kelenjar limfoid akan menyebabkan
terjadi gangguan pada syaraf yaitu adanya tekanan pada saraf oleh kelenjar
yang mmbesar/tumor sehingga akan memunculkan ras nyeri.
Perubahan rangsangan imunologik secara tidak langsung akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga ketika rangsangan imunologik
berubah menjadi tidak baik, maka akan terjadi gangguan pada metabolisme
tubuh. Gangguan metabolisme ini akan menimbulkan perasaan mual, kurang
nafsu makan, maupun iritasi lambung karena proses metabolisme yang
terganggu. Semua hal tersebut mengakibatkan pemasukan nutrisi untuk tubuh
menjadi terganggu. Semua hal tersebut mengakibatkan penurunan berat badan,
sehingga memunculksn masalah gangguan nutrisi.
2.6 Pathway
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan biopsi kelenjar atau massa tumor untuk mengetaui subtioe
LNH, bila perlu sitologi jarum halus (FN HB) ditempat lain yang dicurigai
2. Ct-Scan atau USG abdomen, untuk mengetaui adanya pembesaran kelenjar
getah bening pada aorta abdominal atau KGB lainnya, massa tumor
abdomen, dan metastase kebagian intraabdominal
3. Pencitraan toraks (PA dan lateran) untuk mengetahui pembesaran kelenjar
media stinum, bila perlu CT scan toraks
4. Pemeriksaan YHT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gastroskopi
5. Jika diperlukan pemeriksaan bone scan atau bone survey untuk meliat
keterlibatan tulang
.
2.8 Penatalaksanaan
Terapi ditentukan berdasarkan tipe dan stadium penyakit, usia, dan status
kesehatan secara umum, pilian terapinya yaitu :

1. Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan


sedang-tinggi dan pada stadium lanjut

2. Radiasi. Radiasi dosis tinggi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan
mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk
limfoma derajat renda keganasan sedang atau untuk terapi tempat tertentu,
seperti di otak

3. Transplantasi sel induk. Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis


tinggi, yaitu pada kasus kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk
limfoma derajat sedang-tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah
berhasil

4. Observasi jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter


mungkin akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang tumbu
lambat dengan gejala ringan mungkin tidak memerlukan terapi selama satu
tahun atau lebih.
5. Radioimunoterapi merupakan terapi terkini untuk limfoma non-hodgkin.
Obat yang telah mendapat pengakuan dari FDA untuk radioimunotrapi
adalah ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini menggunakan antibodi
monoclonal bersamaan dengan isotop radioaktif. Antibodi tersebut akan
menempel pada sel kanker dan radiasi akan menghancurkan sel kanker.
BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1. Gejala
a) Kelelahan, kelemaan, malaise umum
b) Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan
c) Kebutuan tidur dan istirahat lebih banyak
2. Tanda
a) Penurunan kekuatan
b) Bahu merosot
c) Jalan lamban
d) Kelelahan
b. Sirkulasi
1. Gejala : palpitasi, angina/nyeri dada
2. Tanda :
a) Takikardi, disritmia
b) Sianosis wajah dan leher
c) Iterus sklera dan ikterik umum
d) Pucat (anemia)
e) Pembengkakan pada wajah, leher, raang atau tangan kanan
f) Edema ekstermitas bawah seubungan dengan obstruksi vena
kava inverior
c. Integritas ego
1. Gejala :
a) Faktor stres
b) Takut/ansietas
c) Masala finansial
d) Status hubungan
2. Tanda : berbagai perilaku misalnya marah, menarik diri, pasif
d. Eliminasi
1. Gejala : perubahan karakteristik urine/feses dan riwayat obstruksi
usus
2. Tanda :
a) Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran pada
palpasi
b) Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi
c) Penurunan keluaran urine
d) Disfungsi usus dan kandung kemih
e. Makanan/cairan
1. Gejala : anoreksia, disfagia, penurunan BB
2. Tanda : membran mukosa dan konjungtiva pucat, kelemahan otot

PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)


1. Keadaan Rambut dan Higiene Kepala

 Inspeksi : Rambut hitam, coklat, pirang, berbau.

 Palpasi : Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum


menunjukkan tingkat hygiene seseorang.
2. Hidrasi Kulit Daerah Dahi

 Palpasi : Penekanan ibu jari pada kulit dahi, karena mempunyai


dasar tulang. Pada dehidrasi bias ditemukan “finger print”pada kulit
dahi
3. Palpebrae

 Inspeksi : Bisa terlihat penumpukan cairan atau edema pada


palpebrae, selain itu bias juga terlihat cekung pada pasien dehidrasi

 Palpasi : Dengan cara meraba menggunakan tiga jari pada palpebrae


untuk merasakan apakah ada penumpukan cairan, atau pasien
dehidrasi bila teraba cekung
4. Sclera dan Conjungtiva

 Icterus tampak lebih jelas di sclera disbanding pada kulit. Teknik


memeriksa sclera dengan palpasi menggunakan kedua jari menarik
palpebrae, pasien melihat kebawah radang pada conjungtiva bulbi
maupun conjungtiva palpebrae. Keadaan anemic bias diperiksa pada
warna pucat pada conjungtiva palpebrae inferior.
5. Tekanan Intra Okular (T.I.O)

 Dengan dua jari telunjuk memeriksa membandingkan TIO bola mata


kiri dan kanan dengan cara tekanan berganti pada bola mata atas
dengan kelopak mata tertutup kewaspadaan terhadap glaucoma
umumnya terhadap pasien berumur lebih dari 40 tahun
6. Hidung

 Inspeksi : Hidung simetris, pada rongga dikaji apakah ada kotoran


hidung, polip atau pembengkakan
7. Higiene Rongga Mulut, Gigi-Geligi, Lidah, Tonsil dan Pharynk

 Rongga mulut : diperiksa bau mulut, radang mocosa (stomatitis),


dan adanya aphtae

 Gigi-geligi : diperiksa adanya makanan, karang gigi, caries, sisa


akar, gigi yang tanggal, perdarahan, abses, benda asing,(gigi palsu),
keadaan gusi, meradang

 Lidah : kotor/coated, akan ditemui pada keadaan: hygiene mulut


yang kurang, demam thypoid, tidak suka makan, pasien coma,
perhatikan pula tipe lidah yang hipertemik yang dapat ditemui pada
pasien typoid fever

 Tonsil : Tonsil diperiksa pakah ada pembengkakan atau tidak.


Diukur berdasarkan panduan sebagai berikut
 T0 – bila sudah dioperasi
 T1- ukuran normal yang ada
 T2- pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
 T3- pembesaran mencapai garis tengah
 T4- pembesaran melewati garis tengah

 Pharinx : dinding belakang oro pharink diperiksa apakah ada


peradangan, pembesaran adenoid, dan lender/secret yang ada
8. Kelenjar Getah Bening Leher
 Pembesaran getah bening dapat terjadi karena infeksi, infeksi
toxoplasmosis memberikan gejala pembesaran getah bening leher
9. Kelenjar Tyroid

 Inspeksi : bentuk dan besarnya bila pembesarannya telah nyata

 Palpasi : satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah
belakang, jari-jari meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta
menelan rasakan apakah terasa ada pembengkakan pada jaringan
sekitar.
10. Dada/ Punggung

 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas


(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan
otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan. Normal: simetris, bentuk dan postur
normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama
dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema

 Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile


fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien
untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil
melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung
pasien). Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil
vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

 Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu


sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola
berjenjang sisi ke sisi). Normal: resonan (“dug dug dug”), jika
bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”),
jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng
deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.

 Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan


menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea). Normal: bunyi napas vesikuler,
bronchovesikuler, brochial, tracheal.
11. Abdomen

 Inspeksi : pada inspeksi perlu disimak apakah abdomen


membusung/membuncit atau datar saja, tepi perut menonjol atau tidak,
umbilicus menonjol atau tidak, amati apakah ada bayangan vena, amati
juga apakah didaerah abdomen tampak benjolan-benjolan massa.
Laporkan bentuk dan letakknya

 Auskultasi : mendengar suara peristaltic usus, normal berkisar 5-35 kali


per menit : bunyi peristaltic yang yang keras dan panjang disebut
borborygmi, ditemui pada gastroenteritis atau obstruksi usu pada tahap
awal. Peristaltic yang berkurang ditemui pada ileus paralitik. Apabila
setelah 5 menit tidak terdengar suara peristaltic sama sekali maka kita
katakana peristaltic negative (pada pasien post operasi)

 Palpasi : sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu kepada


pasien apakah daerah yang nyeri apabila ada maka harus dipalpasi
terakhir, palpasi umum terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk
mengetahui apakah ada nyeri umum (peritonitis, pancreatitis).
Kemudian mencari dengan perabaan ada atau tidaknya massa/benjolan
(tumor). Periksa juga turgor kullit perut untuk menilai hidrasi pasien.
Setelah itu periksalah dengan tekanan region suprapubika (cystitis), titik
MC Burney (appendicitis), region epigastrica (gastritis), dan region
iliaca (adnexitis) barulah secara khusus kita melakukan palpasi
hepar. Palpasi hepar dilakukan dengan telapak tangan dan jari kanan
dimulai dari kuadrant kanan bawah berangsur-angsur naik mengikuti
irama nafas dan cembungan perut. Rasakan apakah ada pembesaran
hepar atau tidak. Hepar membesar pada keadaan :
 Malnutrisi
 Gangguan fungsi hati/radang hati (hepatitis, thyroid fever,
malaria, dengue, tumor hepar)
 Bendungan karena decomp cordis
12. Anus

 Posisikan pasien berbaring miring dengan lutut terlipat menempel


diperut/dada. Diperiksa adannya :
 Hemhoroid externa
 Fisurra
 Fistula
 Tanda keganasan

3.2 Diagnosa Keperawatan Dan intervensi


1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat ( mual, muntah)
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
4. Hipertermi berhubungan dengan tak efektifnya termoregulasi sekunder
terhadap inflamasi
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan tidak seimbangnya
persediaan dankebutuhanoksigen kelemahan umum serta kelelahan
karena gangguan pola tidur
6. Nyeri berhubungan dengan interupsi sel saraf

N Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional


o Keperawatan Hasil
1. Nutrisi kurang dari Setelah 1. Lakukan 1. pasien dan
kebutuhan tubuh dilakukan pendekatan keluarga lebih
berhubungan tindakan pada pasien dan kooperatif.
dengan intake yang keperawatan keluarganya.
tidak adekuat ( selama 3 x24 2. Jelaskan pada 2. pasien mendapat
mual, muntah) jam Kebutuhan pasien dan informasi yang
nutrisi klien keluarga tepat.
penyebabnya
dapat terpenuhi dari rasa sakit
dengan dan cara
Kriteria Hasil : mengurangi 3. pasien mendapat
 BB rasa sakit. informasi yang
meningakat 3. Jelaskan pada tepat.
 Nafsu makan pasien tentang
pasien penyakitnya
meningkat dan akibatnya 4. untuk
 Gangguan jika ia tidak memudahkan
penelanan makan. pasien menelan.
berkurang 4. Anjurkan pada

 Rasa sakit kelurga untuk

pada waktu memberikan 5. untuk

menelan makanan mengetahui

berkurang tambahan yang perkembangan


ringan untuk pasien
dicerna
5. Obervasi TTV 6. untuk
6. Kolaborasi menetukan diet
dengan tim yang diperoleh
kesehatan dan oleh px
ahli gizi

2. Resiko terjadinya Setelah 1. beri penjelasan 1. pasien


infeksi dilakukan tentang mengetahui
berhubungan tindakan terjadinya proses terjadinya
dengan proses keperawatan infeksi infeksi
inflamasi. selama 2. beritahu pasien 2. pasien
2x24Tidak tentang tanda- mengetahui
terjadi infeksi, tanda inflamasi tanda-tanda
dengan Kriteria 3. beri kompres inflamasi dan
Hasil : basah pencegahannya
 Suhu tubuh 4. Anjurkan 3. menurunkan
dalam batas pasien untuk suhu tubuh
normal memakai baju pasien
 Tidak ada yang menyerap 4. agar keringat
tanda keringat. mudah diserap
inflamasi 5. Kolaborasi dan suhu tubuh
 Keringat dengan tim tidak meningkat
berkurang dokter dalam 5. diharapkan dapat
pemberian obat mempercepat
proses
kesembuahn
pasien

3 Cemas Setelah 1. Observasi nafsu 1. Porsi makan


berhubungan dilakukan makan klien yang tidak habis
dengan kurangnya tindakan menunjukkan
pengetahuan keperawatan nafsu makan
tentang selama 2x24 jam 2. Beri makan belum membaik
penyakitnya. tidak terjadi klien sedikit 2. Meningkatkan
nutrisi kurang tapi sering masukan secara
dari kebutuhan 3. Beritahu klien perlahan
tubuh dengan pentingnya 3. Klien dapat
kriteria hasil : nutrisi memahami dan
 Nafsu mau
makan 4. Pemberian diet meningkatkan
meningkat, TKTP masukan nutrisi
 porsi habis, 4. Peningkatan
 BB tidak energi dan
turun drastis protein pada
tubuh sebagai
pembangun
4 Hipertermi Setelah 1. Observasi suhu 1. Dengan
berhubungan dilakukan tubuh pasien memantau suhu
dengan tak tindakan diharapkan
efektifnya keperawatan diketahui
termoregulasi selama 1x24 jam 2. Anjurkan dan keadaan
sekunder terhadap diharapkan suhu berikan banyak sehingga dapat
inflamasi tubuh klien minum (sesuai mengambil
menurun dengan kebutuhan tindakan yang
Kriteria Hasil : cairan anak tepat.
 TTV dalam menurut umur) 2. Dengan banyak
batas 3. Berikan minum
normal kompres hangat diharapkan dapat
pada dahi, membantu
aksila, perut menjaga
dan lipatan keseimbangan
paha. cairan dalam
4. Anjurkan untuk tubuh
memakaikan 3. Kompres dapat
pasien pakaian membantu
tipis, longgar menurunkan
dan mudah suhu tubuh
menyerap pasien secara
keringat. konduksi
5. Kolaborasi 4. Dengan pakaian
dalam tersebut
pemberian diharapkan dapat
antipiretik. mencegah
evaporasi
sehingga cairan
tubuh
menjadiseimban
g.
5. antipiretik akan
menghambat
pelepasan panas
oleh
hipotalamus.

5 Intoleransi aktivitas Setelah 1. Mengevaluasi 1. Memberikan


yang berhubungan dilakukan respon pasien kemampuan atau
dengan tidak tindakan terhadap kebutuhan pasien
seimbangnya keperawatan aktivitas, dan
persediaan selama 2x24 mencatat dan memfasilitasi
dankebutuhanoksig jamAktivitas melaporkan dalam pemilihan
en kelemahan dapat terpenuhi adanya dispnea, intervensi
umum serta selama peningkatan
kelelahan karena perawatan kelelahan, serta
gangguan pola dengan kriteria perubahan
tidur hasil : dalam tanda 2. Mengurangi
 Laporan vital selama stress dan

secara dan setelah stimulasi yang

verbal, aktivitas. berlebihan, serta

kekuatan 2. Memberikan meningkatkan

otot lingkungan istirahat.

meningkat yang nyaman


dan tidak dan membatasi
ada pengunjung
perasaan selama fese 3. Bedrest akan

akut atas memelihara


kelelahan.
tubuh selama
 Tidak ada indikasi.
Menganjurkan fase akut untuk
sesak
menurunkan
 Denyut nadi untuk
menggunakan kebutuhan
dalam batas
memejen stress metabolisme dan
normal
 Tidak dan aktivitas memelihara
muncul yang beragam. energy untuk
sianosis 3. Menjelaskan penyembuhan
pentingnya 4. Pasien mungkin
beristirahat merasa nyaman
pada rencana dengan kepala
tindakan dan dalam keadaan
perlunya
elevasi, tidur di
keseimbangan kursi atau
antara aktivitas istirahat pada
dengan meja dengan
istirahat. bantuan bantal
4. Membantu
5. Meminimalkan
pasien untuk
kelelahan dan
berada pada
menolong
posisi yang
menyeimbangka
nyaman untuk
n suplai oksigen
beristirahat dan
dan kebutuhan.
atau tidur.

5. Membantu
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan self-
care.
Memberikan
aktivitas yang
meningkat
selama fase
penyembuhan.
6 Nyeri berhubungan Setelah 1. Tentukan 1. menentukan
dengan interupsi dilakukan karakteristik tindak lanjut
sel saraf tindakan dan lokasi intervensi.
keperawatan nyeri,
selama 2x24 jam perhatikan 2. nyeri dapat
diharapkan isyarat verbal menyebabkan
intensitas nyeri dan non verbal gelisah serta
berkurang setiap 6 jam tekanan darah
dengan kriteria meningkat, nadi,
2. Pantau
hasil : pernafasan
tekanan darah,
meningkat
 Klien merasa nadi dan
3. mengalihkan
nyaman pernafasan
perhatian dari
tiap 6 jam
 Skala nyeri rasa nyeri
menurun 3. Terapkan 4. relaksasi
tehnik mengurangi
 GCS
distraksi ketegangan otot-
E4V5M6
(berbincang- otot sehingga
 Tanda-tanda bincang) mengurangi
vital penekanan dan
4. Ajarkan tehnik
normal(nadi : nyeri.
relaksasi
60-100 kali 5. mengurangi
(nafas dalam)
permenit, keteganagan
dan sarankan
suhu: 36- area nyeri.
untuk
36,7 C, 6. analgetika akan
mengulangi
pernafasan mencapai pusat
bila merasa
16-20 kali rasa nyeri dan
nyeri
permenit) menimbulkan
5. Beri dan penghilangan
biarkan pasien nyeri.
memilih posisi
yang nyaman

6. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgetika.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker)


yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasaya menyebar ke eluruh
tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa
tahn), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa
bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi dibandingkan dengan penyakit
Hodgkin.

4.2 Saran

Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam


setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan
pada klien NHL menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar
manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan
semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.
DAFTAR PUSTAKA

American Joint Cancer Comitee. 2012. Comparison Guide Cancer Staging


Manual. AJCC: Chicago. www.cancerstaging.com

Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC edisi


revis jilid 1,2,3 205, Medi Action. Yogyakarta.

Betz Cecily Lynn, 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Boediwarsono., Soebandiri., sugianto., Armi. A., Sedana. M.P., Ugroseno.,. 2007.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UNAIR: Surabaya

Brunner dan Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol 2
Jakarta :EGC. 2002carpenito. L. J (2004). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan (10th ed)

Gibson John, 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Handayani Wiwik, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Mansjoer, A. 2001.Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta:


Aesculapius

Otto, Shirley E, 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC

Pearce Evelyn C, 2009. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Schwartz M William, 2010. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Sacher, Ronald A, 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta


: EGC

Anda mungkin juga menyukai