Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS

(SLE)
(Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah)

Dosen Pembimbing : Ns.Briefman Tampubolon, M.Kep

Disusun Oleh:

Yulia Deswitasri (E010518041)

PRODI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2020/2021
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Lupus berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan atau serigala,sedangkan
erythematosus dalam bahasa Yunani berarti kemerah-merahan. Istilah lupus
erythematosus pernah digunakan pada zaman Yunani kuno untuk menyatakansuatu
penyakit kulit kemerahan di sekitar pipi yang disebabkan oleh gigitan anjing hutan.
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang ditandai
dengan adanya inflamasi tersebar luas, mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam
tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi dan kompleks imun,
sehingga mengakibatan kerusakan jaringan.
2. Etiologi
SLE sampai saat ini belum diketahui, namun beberapa faktor predisposisi dapat
berperan dalam patogenesis terjadinya penyakit ini. Diantara beberapa faktor predisposisi
tersebut, sampai saat ini belum diketahui faktor yangpaling dominan berperan dalam
timbulnya penyakit ini.Berikut ini beberapa faktor predisposisi yang berperan dalam
timbulnya penyakit SLE:
a. Faktor genetik
Kejadian SLE yang lebih tinggi pada anak kembar monozigotik (25%) dibanding
dengan anak kembar dizigotik (3%), peningkatan frekuensi SLE pada keluarga
penderita SLE dibanding dengan control sehat dan peningkatan prevalensi SLE pada
kelompok etnik tertentu, menguatkan dugaan bahwa faktor genetik berperan dalam
pathpgenesis SLE
b. Faktor hormonal
Peningkatan hormon dalam tubuh dapat memicu terjadinya SLE. Beberapa studi
menemukan korelasi antara peningkatan risiko lupus dan tingkat estrogen yang
tinggi. Studi lain juga menunjukkan bahwa metabolisme estrogen yang abnormal
dapat dipertimbangkan sebagai faktor resiko terjadinya SLE.
c. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan dapat bertindak sebagai antigen yang bereaksi dalam
tubuh dan berperan dalam timbulnya SLE. Faktor lingkungan tersebut terdiri dari:

1) Infeksi virus dan bakteri


Agen infeksius, seperti virus dan bakteri, dapat berperan dalam timbulnya
SLE. Agen infeksius tersebut terdiri dari Epstein Barr Virus (EBV), bakteri
Streptococcus dan Clebsiella.
2) Paparan sinar ultra violet
Sinar ultra violet dapat mengurangi penekanan sistem imun, sehingga terapi
menjadi kurang efektif dan penyakit SLE dapat kambuh atau bertambah
berat. Hal ini menyebabkan sel pada kulit mengeluarkan sitokin dan
prostaglandin sehingga terjadi inflamasi autoimun
Peningkatan di tempat tersebut secara sistemik
Autoimun menyerang
organ-organmelalui
tubuh peredaran pembuluh darahberlebihan
(sel,jaringan)
3. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
Genetik, kuman, virus, sinad UV,
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal (sebagaimana
obat-obatan tertentu terbukti oleh awitan
Pembentukan Lupus
penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
Kerusakan Perfusi luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
Jaringan Perifer
klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah
alfalfa turut terlibat
Produksi dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan. Pada
antibody Pencetus penyakit inflamasi multi organ
SLE, peningkatan
secara terusproduksi
menerus autoimun diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor
yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan.
Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan
siklus tersebut berulang kembali.

Hati
Paru paru Kulit Otak

Suplai O2 ke otak
Efusi Pleura Ruam kupu-kupu,SLE, menurun Terjadi kerusakan sintesa
Patwhay membram, alopesia, zat-zat dibutuhkan tubuh
uritakaria dan
vaskulitis,ulserasi Mual, muntah
dimulut, dan
Ketidakefektifan nasofaring Hipoksia
pola nafas

Ketidakseimbangan
Gangguan citra tubuh Resiko penurunan nutrisi kurang dari
perfusi jaringan otak kebutuhan tubuh
Kerusakan integritas kulit
Ginjal Sendi
Darah

Proteinurinari,sindrom Terjadi artritis


Hb menurun
nefrotik

Penurunan suplai
O2/nutrien Retensi urine Nyeri Pembengkakan efusi
inflamasi

Nyeri

Anemia, trombositopeni
Leucopenia Aktivitas
menurun

Keletihan
Resiko infeksi

Hambatan Mobilitas
Ansietas Fisik
Manisfestasi klinis

a. Tanda atau gejala lainnya dari SLE telah dinyatakan oleh “American College of
Rheumatology” yaitu 11 kriteria untuk klasifikasi SLE. Kesebelas kriteria
tersebut antara lain:
- Ruam malar : Malar rash (baterflay rash) merupakan tanda sepesifik pada
SLE yaitu bentukan ruam pada kedua pipi yang tidak melebihi lipatan
nasolabial dan di tandai dengan adanya ruam pada hidung yang menyambung
dengan ruam yang ada di pipi.
- Ruam discoid : Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas
eritema yang meninggi, skuama, sumbatan folikuler. Lesi ini timbul di kulit
kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan dada. Penyakit ini dapat
menimbulkan kecacatan karena lesi ini memperlihatkan atrofi dan jaringan
parut di bagian tengahnya serta hilangnya apendiks kulit secara menetap.
- Fotosensitifitas (Sensitivitas pada cahaya)
- ulserasi (semacam luka) di mulut atau nasofaring
- Artritis
- Serositis (radang membran serosa), yaitu pleuritis (radang pleura) atau
perikarditis (radang perikardium)
- Kelainan ginjal, yaitu proteinuria (adanya protein pada urin) persisten >0.5
gr/hari
- Kelainan neurologik, yaitu kejang-kejang
- Kelainan hematologik, yaitu anemia hemolitik atau leucopenia
- kelainan imunologik, yaitu ditemukan adanya sel LE positif atau anti DNA
positif
- adanya antibodi antinuklear.

Selain itu, gejala atau tanda lainnya yang sering ditemukan antara lain penurunan berat

badan, demam, dan kelainan tulang seperti pada arthritis.

- Pembengkakan sendi

- Nyeri tekan

- Rasa nyeri ketika bergerak

- Rasa kaku pada pagi hari

b. Manifestasi Klinis secara persistem dapat di bagi menjadi:

- Sistem Muskuloskeletal

Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri

ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

- Sistem integumen
o Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang

melintang pangkal hidung serta pipi.

o Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.

- Sistem kardiak

Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.

- Sistem pernafasan

Pleuritis atau efusi pleura.

- Sistem vaskuler

Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler,

eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan

ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

- Sistem perkemihan

Glomerulus renal yang biasanya terkena.

- Sistem saraf

Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh

bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

4. Komplikasi

a. Vaskulitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan ujung

jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat menjadi borok

b. Hematuri

c. Anemia

d. Arthritis remathoid

e. Kerusakan ginjal permanen

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah

b. Imunologi

- ANA (antibodi anti nuklear)


- Anti bodi DNA untai ganda (ds DNA) meningkat

- Kadar komplemen C3 dan C4 menurun

- Tes CRP ( C-reactive protein) positif

c. Fungsi ginjal

- Kreatinin serum meningkat

- Penurunan GFR

- Protein uri ( > 0,5 gram per 24jam)

- Ditemukan sel darah merah dan atau sedimen dranular

d. Kelainan pembekuan yang berhubungan dengan antikoagulan lupus

APTT memanjang yang tidak membaik pada pemberian plasma normal

e. Serologi VDRL (sifilis)

Memberikan hasil positif palsu

f. Tes vital lupus

Adanya pita Fg 6 yang khas dan atau deposit Ig M pada persambungan dermo-

epidermis pada kulit yang terlibat dan yang tidak.

6. Penatalaksaan medis dan non medis

a. Medis

- Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai

bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

- Obat antimalaria untuk gejala kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik

ringan SLE

- Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi

imun.

b. Non Medis

- Diet

Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien

memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah f


yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam.

Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat

tradisional.

- Aktivitas

Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan

untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak

boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan

kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila

terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung

matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga

dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE.


B. Asuhan keperawatan secara teori

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan pada gejala sekarang

dan gejala yang pernah dialami seperti pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah

pada wajah yang menyerupai bentuk kupu-kupu, rambut rontok,mudah lelah,

demam/panas, lemas, bengkak dan nyeri sendi, sendi kaku pada pagi hari dan

terdapat luka dapa langit-langit mulut pasien.

b. Pemeriksaan fisik

1.) Sistem integumen : Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-

kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai

mukosa pipi atau palatum durum.

2.) Sistem kardovaskuler : Sistem kardovaskuler : Friction rub perikardium yang

menyertai miokarditis dan efusi pleura.Lesi eritematous papuler dan purpura

yang menjadi nekrosis menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari

tangan, siku, jari kaki dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral

tangan.

3.) Sistem muskuloskeletal : Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika

bergerak, rasa kaku pada pagi hari.

4.) Sistem pernafasan : Pleuritis atau efusi pleura.

5.) Sistem vaskuler : Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi

papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan

ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.

6.) Sistem Renal : Edema dan hematuria.

7.) Sistem saraf : Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang,

korea ataupun manifestasi SSP lainnya.


2. Analisa data

Data Etiologi Masalah


Data mayor Genetik, kuman/virus,sinar Nyeri

DS: ultraviolet dan obat-obatan

1. Mengeluh nyeri tertentu

DO:

1. Tampak meringis Peningkatan autoimun

2. Bersikap protektif meningkat

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat Autoimun menyerang organ-

5. Sulit tidur organ tubuh

Data minor Pembentukan lupus

DS: -

DO: Produksi antibody secara

1. Tekanan darah meningkat terus menerus

2. Pola nafas berubah

3. Nafsu makan berubah Pencetus penyakit inflamasi

4. Proses berpikir tergantung multi organ

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri Sendi

7. Diaforesis

Terjadi artritis

Nyeri inflamasi

Nyeri
Tanda mayor Genetik, kuman/virus,sinar Kerusakan integritas
DS: - ultraviolet dan obat-obatan kulit

DO: tertentu

1. Kerusakan jaringan atau lapisan

kulit Peningkatan autoimun

meningkat

Tanda minor

DS:- Autoimun menyerang organ-

DO: organ tubuh

2. Nyeri

3. Perdarahan Pembentukan lupus

4. Kemerahan

5. Hematoma Produksi antibody terus

menerus

Pencetus penyakit

Kulit

Ruam berbentuk kupu kupu

diwajah

Kerusakan integritas kulit


Tanda mayor Genetik, kuman/virus,sinar Gangguan citra tubuh

DS: ultraviolet dan obat-obatan

1. mengungkapkan tertentu

kecacatan/kehilangan bagian tubuh

DO: Peningkatan autoimun

1. kehilangan bagian tubuh meningkat


2. fungsi/struktur tubuh

berubah/hilang Autoimun menyerang organ-

organ tubuh

Tanda minor

DS: Pembentukan lupus

1. tidak mau mengungkap kan

kecacatan/kehilangan bagian tubuh Produksi antibody terus

2. mengungkapkan perasaan negatif menerus

tentang perubahan tubuh

3. mengungkapkan kekhawatiran Pencetus penyakit

pada penolakan/reaksi orang lain

4. mengingkapkan perubahan gaya Kulit

hidup

DO: Ruam berbentuk kupu kupu

1. Menyembunyikan/menunjukan diwajah

bagian tubuh secara berlebihan

2. Menghindari melihat atau Gangguan citra tubuh

menyentuh bagian tubuh

3. Fokus berlebihan pada bagian

tubuh

4. respon non verbal pada perubahan

dan persepsi tubuh

5. Fokus pada penampilan dan

kekuatan masa lalu

6. Hubungan sosial berubah


Tanda mayor Genetik,kuman/virus,sinar Hambatan mobilitas

DS: ultraviolet dan obat-obatan fisik

1. Mengeluh sulit menggerakan tertentu


ekstermitas

DO: Peningkatan autoimun

1. Kekuatan otot menurun meningkat

2. Rentang gerak (ROM)

menurun Autoimun menyerang organ-

organ tubuh

Tanda minor

DS: Pembentukan lupus

1. Nyeri saat bergerak

2. Enggan melakukan pergerakan Produksi antibody secara

3. Merasa cemas saat bergerak terus menerus

DO:

1. Sendi kaku Pencetus penyakit inflamasi

2. Gerakan tidak terkoordinasi multi organ

3. Gerakan terbatas

4. Fisik lemah Sendi

Terjadi artritis

Pembengkakan, efusi

Aktivitas menurun

Hambatan mobilitas fisik

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d inflamasi kerusakan jaringan

2. Kerusakan integritas kulit b.d lesi/ruam pada kulit

3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan pada struktur kulit (proses penyakit

SLE)

4. Hambatan mobilitas fisik b.d pembengkakan pada sendi

Intervensi/perencanaan keperawatan

No X Tujuan Intervensi Rasional


1. 1 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

keperawatan selama 1. Identifikasi skala 1. Untuk mengetahui

...x24jam diharapkan nyeri tingkatan nyeri

masalah teratasi

1. Nyeri hilang 2. Identifikasi faktor 2. Untuk mengetahui

2. Pasien mampu yang memperberat faktor apa yang dapat

mengontrol nyeri dan memperingan mengurangi nyeri

3. Mampu mengenali nyeri

nyeri

4. Menyatakan rasa
Terapeutik Terapeutik
nyaman
1. Fasilitasi istirahat 1. Agar pasien merasa rileks

dan tidur tanpa ada stress

Edukasi

1. Jelaskan strategi Edukasi

untuk mengurangi 1. Supaya pasien dapat

rasa nyeri mengalihkan rasa nyeri

yang dirasakan

2. Ajarkan teknik 2. Untuk mengalihkan rasa


nonfarmakologi nyeri misalnya tehnik

relaksasi atau distraksi

Kolaborasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
1. Untuk mengurasi rasa
pemberian obat
nyeri
analgetik

2. 2 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

keperawatan selama 1. Identifikasi 1. Menentukan penyebab

...x24jam pasien mampu penyebab gangguan dasar untuk melakukan

Kriteria hasil integritas kulit intervensi yang tepat

1. Mempertahankan

integritas kulit Terapeutik Terapeutik

2. Tidak ada tanda- 1. Hindari produk 1. Karna alkohol

tanda cedera berbahan dasar memberikan sensi

termal alkohol pada kulit kering dikulit

3. Tidak ada tanda kering

infeksi 2. Gunakan produk 2. Untuk meminimalisir

berbahan timbulnya reaksi alergi

alami/ringan dan

hipoalergik pada

kulit sensitif

Edukasi
Edukasi
1. Agar dapat menjaga
1. Anjurkan
kelembaban pada kulit
menggunakan
pelembab 2. Menjaga kesegaran

2. Anjurkan minum air kulit dan dehidrasi

putih yang cukup pada tubuh

3. 3 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

selama ...x24jam pasien 1. Identifikasi harapan 1. Agar perawat dapat

mampu citra tubuh menentukan intervensi

Kriteria hasil berdasarkan tahap- yang benar

1. Body image tahap

positif perkembangan

2. Mampu Terapeutik Terapeutik

mengidentifikasi 1. Diskusikan perubahan 1. Untuk mengetahui

kekuatan personal tubuh dan fungsinya perubahan umum psien

3. Mempertahankan 2. Diskusikan cara 2. untuk meningkatkan percaya

interaksi sosial mengembangkan diri dan semangat klien

harapan

Edukasi

Edukasi 1. agar klien memiliki kekuata

1. Anjurkan kepada pribadi

keluar untuk selalu

memberi dukungan 2. untuk meningkatkan rasa

2. Latih peningkatan percaya diri

penampilan diri (mis:

berdandan) 3. untuk menegtahui seberapa

3. Anjurkan bedar klien mampu menerima

mengungkapkan keadaan dirinya

gambaran diri
4. 4 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

keperawatan selama 1. identifikasi defisit 1. untuk mengetahui tingkat


...x24jam pasien mampu tingkat aktifitas aktivitas fisik klien

Kriteria hasil

1. klien meningkat Terapeutik Terapeutik

dalam aktifitas 1. libatkan keluarga 1. untuk mencegah terjadinya


cedera
fisik dalam aktifitas

2. koordinasi 2. untuk mesesuaikan keadaan


fisik klien
pemilihan aktivitas

Edukasi
Edukasi
1. ajarkan cara
1. untutk bisa memandirikan
melakukan aktifitas pasien

yang dipilih

2. anjurkan keluarga 2. agar bisa memotivasi pasien


menuju kesembuhan
untuk memberikan

penguatan

Kolaborasi Kolaborasi

1. kolaborasi dengan 1. untuk menenukan terapi

terapis okupasi yang sesuai dengan klien

dalam merecanakan

dan memonitor

program aktifitas
TINJAUAN KASUS

KASUS 1

Nn. C, 20 tahun mengeluhkan lemah seluruh badan, nyeri persendian, dan ruam. Pasien merasa tidak
nyaman karena tidak dapat melanjutkan pekerjaannya sebagai penjaga pantai. Pasien mengungkapkan
bahwa ruam biasanya terjadi setelah dia bekerja dan ruam tersebut sangat mengganggu karena berada
di daerah wajahnya. Dia mengatakan bahwa nyeri sendi terasa bertambah dan berkurang di daerah
tangan dan lutut. Dia mengatakan bahwa akhir-akhir ini dia tidak bekerja di luar ruangan dan
menyangkal telah menggunakan obat resep.
Pemeriksaan fisik menunjukkan pembengkakan di daerah sendi interphalangeal dan lutut. Sebuah
ruam terdapat di daerah wajah yang terekspos sinar matahari, khususnya pada wajah bagian malar.
Lymphadenopathy juga terdeteksi.
Tes laboratorium :
Kimia darah :

 HgB = 10.0 g/dL


 WBC = 3,000/dL
 Platelet = 65,000/dL

Urinalisis :

 Protein = +3
 Cellular cast = positif

Serologi :

 Antinuclear antibody = positive


 Anti-ds DNA = positive
 Anti-smith antibody = positive
 C₃ dan C₄ complement level = decreased
 Antihistone antibody = negative
 Rheumatoid factor (IgM anti—IgG antibodies) = negative
 Serum CK = 45 ng/dL
 ELISA for Borrelia Burgdorferi = negative
Pengkajian

Ruang perawatan :-

No. MR/CM :-

Tgl. Masuk Rs :-

Tgl. Pengkajian :-

Pukul :-

I. Biodata
a. Nama : Nn C
Umur : 20 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Bangsa :-

Agama :-

Alamat :-

Diagnosa medis : SLE

b. Nama petanggung jawab


Nama :-
Umur :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Pendidikan :-

Alamat :-

II. Riwayat Penyakit


1. Keluhan utama : lemah seluruh badan

2. Keluhan penyerta : nyeri persendian dan ruam

3. Riwayat Penyakit sekarang : pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan lemah seluruh
badan, nyeri persendian dan ruam. Pasien merasa tidak nyaman karena tidak dapat melanjutkan
pekerjaannya sebagai penjaga pantai. Pasien mengungkapkan bahwa ruam biasanya terjadi setelah dia
bekerja dan ruam tersebut sangat mengganggu karena berada di daerah wajahnya. Dia mengatakan
bahwa nyeri sendi terasa bertambah dan berkurang di daerah tangan dan lutut. Dia mengatakan bahwa
akhir-akhir ini dia tidak bekerja di luar ruangan dan menyangkal telah menggunakan obat resep.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem muskuloskeletal :
pembengkakan didaerah sendi interphalangeal dan tulut
2. Sistem integumen :
ruam terdapat diderah wajah, khususnya pada wajah bagian malar
3. Sistem imunologi :
lymphadenopati terdeteksi
4. Sistem hematologi
HgB = 10.0 g/dL
WBC = 3000/dL
Platelet = 65000/dL
5. Sistem perkemihan
Protein = +3
Cellular cast = positif

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil


Kimia darah
Hemoglobin 10.0 g/dL
WBC 3000/dL
Platelet 65000/dL
Urinalisis
Protein +3
Cellular cast Positif
Serologi
Antinuclear antibody Positive
Anti-smith antobody Positive
C3 dan C4 complement level Positive
Antihistone antibody Decreased
Rheumatoid factor (IgM anti-IgM Negative
antibodies) Negativ
Serum CK 45 ng/dL
ELISA FOR Borrelia Burgdorferi Negative

V. ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Genetik, kuman/virus,sinar Nyeri
Pasien mengeluh nyeri
dipersendian ultraviolet dan obat-obatan

DO: tertentu
pembengkakan di daerah sendi
interphalangeal dan tulut
Peningkatan autoimun

meningkat

Autoimun menyerang organ-

organ tubuh

Pembentukan lupus

Produksi antibody secara terus

menerus

Pencetus penyakit inflamasi

multi organ

Sendi

Terjadi artritis

Nyeri inflamasi

Nyeri
DS: Genetik,kuman/virus,sinar Intoleransi aktivitas
Pasien mengeluh lemah seluruh
badan, nyeri persendian. Pasien ultraviolet dan obat-obatan
merasa tidak nyaman karena
tidak dapat melanjutkan tertentu
pekerjaannya sebagai penjaga
pantai

DO: Peningkatan autoimun


Pemeriksaan fisik menunjukan
pembengkakan didaerah sendi meningkat
interphalangeal dan lutut
Autoimun menyerang organ-

organ tubuh

Pembentukan lupus

Produksi antibody secara terus

menerus

Pencetus penyakit inflamasi

multi organ

Sendi

Terjadi artritis

Pembengkakan, efusi

Aktivitas menurun

Intolerasni aktivitas
DS: Genetik, kuman/virus,sinar Kerusakan integritas kulit
Pasien mengeluhkan ruam.
Pasien mengungkapkan bahwa ultraviolet dan obat-obatan
ruam biasanya muncul setelah
dia bekerja. tertentu

DO:
Terdapat ruam/kemerahan
didaerah wajah Peningkatan autoimun

meningkat
Autoimun menyerang organ-

organ tubuh

Pembentukan lupus

Produksi antibody terus

menerus

Pencetus penyakit

Kulit

Ruam berbentuk kupu kupu

diwajah

Kerusakan integritas kulit


DS: Genetik, kuman/virus,sinar Gangguan citra tubuh
Klien mengatakan bahwa ruam
biasanya terjadi setelah dia ultraviolet dan obat-obatan
bekerja, ruam tersebut sangat
mengganggu karena berada tertentu
didaerah wajah

DO:
Ruam terdapat didaerah wajah Peningkatan autoimun
bagian malar
meningkat

Autoimun menyerang organ-

organ tubuh

Pembentukan lupus
Produksi antibody terus

menerus

Pencetus penyakit

Kulit

Ruam berbentuk kupu kupu

diwajah

Gangguan citra tubuh


DS: Pasien tidak familier dengan Defiesiensi pengetahuan
Klien bekerja sebagai penjaga
pantai proses penyakitnya

DO:
Terdapat ruam didaerah wajah
yang terekspos sinar matahari Pembentukan ruam karena

terekspos sinar matahari

Difisiensi pengetahuan

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b.d inflamasi kerusakan jaringan

2. Intoleransi aktivitas b.d pembengkakan pada sendi

3. Kerusakan integritas kulit b.d lesi/ruam pada kulit

4. Gangguan citra tubuh b.d ruam diwajah

5. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi

VII. INTERVENSI KEPERAWATAN

N D Tujuan Intervensi Rasional


o x
1. 1 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

keperawatan selama 3x24jam 1. Identifikasi skala 1. Untuk


diharapkan masalah teratasi nyeri mengetahui

1. Nyeri hilang tingkatan nyeri

2. Pasien mampu

mengontrol nyeri 2. Identifikasi faktor 2. Untuk

3. Mampu mengenali yang memperberat mengetahui

nyeri dan memperingan faktor apa yang

4. Menyatakan rasa nyeri dapat mengurangi

nyaman nyeri

Terapeutik
Terapeutik
1. Fasilitasi istirahat dan
1. Agar pasien merasa
tidur
rileks tanpa ada

stress

Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan strategi
1. Supaya pasien dapat
untuk mengurangi
mengalihkan rasa
rasa nyeri
nyeri yang dirasakan
2. Ajarkan teknik

nonfarmakologi
2. Untuk mengalihkan

rasa nyeri misalnya

tehnik relaksasi atau


Kolaborasi
distraksi
1. Kolaborasi pemberian
obat analgetik Kolaborasi

1. Untuk mengurasi
rasa nyeri

2. 2 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi


keperawatan selama 3x24jam
pasien mampu 1. identifikasi defisit 1. untuk mengetahui
Kriteria hasil
1. klien meningkat tingkat aktifitas tingkat aktivitas fisik
dalam aktifitas fisik
klien

Terapeutik

1. libatkan keluarga Terapeutik

dalam aktifitas 1. untuk mencegah


terjadinya cedera

2. koordinasi pemilihan

aktivitas
2. untuk mesesuaikan
Edukasi keadaan fisik klien

1. ajarkan cara

melakukan aktifitas

yang dipilih Edukasi

2. anjurkan keluarga 1. untutk bisa


memandirikan pasien
untuk memberikan

penguatan

Kolaborasi 2. agar bisa memotivasi


pasien menuju
1. kolaborasi dengan kesembuhan

terapis okupasi dalam

merecanakan dan

memonitor program

aktifitas Kolaborasi

1. untuk menenukan
terapi yang sesuai dengan
klien
3. 3 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
keperawatan selama 3x24jam 1. Identifikasi penyebab 1.Menentukan

pasien mampu gangguan integritas kulit penyebab dasar

Kriteria hasil untuk melakukan

1. Mempertahankan intervensi yang

integritas kulit tepat

2. Tidak ada tanda-tanda Terapeutik

cedera termal 1. Hindari produk Terapeutik

3. Tidak ada tanda berbahan dasar 1. Karna alkohol

infeksi alkohol pada kulit memberikan sensi

kering kering dikulit

2. Gunakan produk 2. Untuk

berbahan alami/ringan meminimalisir

dan hipoalergik pada timbulnya reaksi

kulit sensitif alergi

Edukasi

1. Anjurkan

menggunakan

pelembab

Edukasi

1. Agar dapat
2. Anjurkan minum air
menjaga
putih yang cukup
kelembaban pada

kulit

2. Menjaga
kesegaran kulit

dan dehidrasi

pada tubuh

4. 4 Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

selama 3x24jam pasien 1. Identifikasi harapan 1. Agar perawat

mampu citra tubuh dapat

Kriteria hasil berdasarkan tahap- menentukan

1. Body image positif tahap perkembangan intervensi yang

2. Mampu benar

mengidentifikasi

kekuatan personal Terapeutik

3. Mempertahankan 1. Diskusikan perubahan

interaksi sosial tubuh dan fungsinya Terapeutik

2. Diskusikan cara 1. Untuk mengetahui

mengembangkan perubahan umum psien

harapan

Edukasi 2. untuk meningkatkan

1. Anjurkan kepada percaya diri dan semangat

keluar untuk selalu klien

memberi dukungan

2. Latih peningkatan

penampilan diri (mis: Edukasi

berdandan) 1. agar klien memiliki

3. Anjurkan kekuata pribadi

mengungkapkan

gambaran diri
2. untuk meningkatkan

rasa percaya diri

3. untuk menegtahui

seberapa bedar klien

mampu menerima

keadaan dirinya
5. 5 Stelah dilakukan tindakan Observasi Observasi

keperawatan selama 3x24jam 1. Identifikasi kesiapan 1. Untuk

Pasien mampu dan kemampuan menentukan

Kriteria hasil: menerima informasi intervensi

1.pasien dan keluarga Terapeutik selanjutnya

menyatakan pemahaman 1. Berikan kesempatan

tentang penyakit untuk bertanya Terapeutik

1. Memberikan

peluang pada

klien untuk

memperoleh

informasi tentang

Edukasi penyakitnya

1. Jelaskan faktor resiko

yang dapat Edukasi

mempengaruhi 1. Agar lebih

kesehatan memahami faktor

2. Ajarkan hidup bersih resiko dan cara

dan sehat pencegahannya


2. Untuk mencegah

terjadinya

kekambuhan
DAFTAR PUSTAKA

Priscilla LeMone, RN, DSN, FAAN; Karen M. Burke, RN, MS; Gerene Bauldoff, RN, PHD,
FAAN (2015) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5: Buku kedokteran EGC

SDKI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai