Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PATOFISIOLOGI

PROSES PENYEMBUHAN PADA LUKA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah patofisiologi

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Ando Fikri Hakim, MAN
Disusun oleh:

Yusrizal P

Dela Meika

Winda W

Gantris A

Siti Rodianti

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2019-20
KATA PENGHANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ” PROSES PENYEMBUHAN LUKA”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga
besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari
sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu
ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang tidak bisa mempertahankan
hidupnya sendirian. Setiap hari manusia yang satu selalu berinteraksi dengan manusia
lainnya. Situasi yang timbul dari proses interaksi inipun beragam, mulai dari yang ringan,
sedang, sampai yang berat. Sehingga kadang - kadang tanpa kita sadari muncul luka.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan,
sengatan listrik, atau gigitan hewan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak
ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi,
dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling) jaringan. (Sjamsuhidajat, R
& Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta.
2. Tujuan
- Tujuan Umum
Untuk memahami tentang penyembuhan luka

- Tujuan Khusus :

1. Untuk mengetahui apa itu luka.


2. Untuk mengetahui macam-macam luka.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses penyembuhan luka.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Luka.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik
atau gigitan hewan (R. Sjamsu Hidayat, 1997).
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul:
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel

2. Klasifikasi Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan derajat luka.
a. Berdasarkan tingkat kontaminas.
 Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang
mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada
sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka
bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka
sekitar 1% – 5%.
 Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan
luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau
perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu
terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.
 Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,
fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada

5
kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen.
Kemungkinan infeksi luka 10% – 17%.
 Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu
terdapatnya mikroorganisme pada luka.
a. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
 Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka
yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
 Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
 Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit
keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang
dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang
mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan
fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai
suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
sekitarnya.
 Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan
otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang
luas.
b. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
 Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan
konsep penyembuhan yang telah disepakati.
 Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
c. Berdasarkan mekanismenya:
 Luka mekanik
- Luka insisi terjadi karena teriris benda tajam.
- Luka memar, terjadi akibat benturan dengan benda tumpul.
- Luka lecet, terjadi karena bergesekan dengan benda yang kasar
tapi tidak tajam.
- Luka tusuk, terjadi akibat benda tajam yang berdiameter kecil
dan masuk dalam tubuh termasuk juga karena tembak (peluru).
- Luka robek, terjadi karena benda tajam dan kasar.
- Luka tembus, terjadi luka yang menembus organ tubuh.

6
- Luka gigitan, terjadi karena gigitan binatang atau manusia
Luka Non Mekanik.
Luka Bakar, kehilangan atau kerusakan jaringan tubuh terjadi karena
disebabka oleh energi panas atau bahan kimia atau listrik.
3. Proses Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak
dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh
apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang
mencapai normal.Penyembuhan luka dapat terjadi secara:
a. Per Primam, yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
b. Per Sekundem, yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan per primam.
Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini
biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan
jaringan, terkontaminasi/terinfeksi. Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam
dengan pembentukan jaringan granulasi.
c. Per Tertiam, atau Per Primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama
beberapa hari setelah tindakan debridemen setelah diyakini bersih, tetapi luka
dipertautkan (4-7 hari). Setiap kejadian luka, mekanisme tubuh akan
mengupayakan mengembalikan komponen-komponen jaringan yang rusak
tersebut dengan membentuk struktur baru dan fungsional sama dengan keadaan
sebelumnya. Proses penyembuhan tidak hanya terbatas pada proses regenerasi
yang bersifat lokal, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor endogen (seperti:
umur, nutrisi, imunologi, pemakaian obat-obatan, kondisi metabolik). Pada
dasarnya proses penyembuhan ditandai dengan terjadinya proses pemecahan atau
katabolik dan proses pembentukan atau anabolik. Setiap proses penyembuhan
luka akan terjadi melalui 3 tahapan yang dinamis, saling terkait dan
berkesinambungan serta tergantung pada tipe/jenis dan derajat luka. Sehubungan
dengan adanya perubahan morfologik, tahapan penyembuhan luka terdiri dari:
- Fase inflamasi :

o Hari ke 0-5

o Respon segera setelah terjadi injuri

o Pembekuan darah

o Untuk mencegah kehilangan darah

7
o Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa.

o Fase awal terjadi hemostasis

o Fase akhir terjadi fagositosis

o Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

- Fase proliferasi :
 Hari 3 – 14
 Disebut juga dengan fase granulasi adanya pembentukan
jaringan granulasi pada luka
 Luka nampak merah segar, mengkilat
 Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblas, sel
inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and
hyularonic acid
 Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan
penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
 Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

- Fase maturasi atau remodelling


 Berlangsung dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun
 o Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk
luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
 Terbentuk jaringan parut (scar tissue)
 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya
 Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular
and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

8
§ Sel – sel yang berperan dalam proses penyembuhan luka

a. Pada fase inflamasi :


 Sel leukosit (netrofil) untuk memfagosit sel / benda asing.
 Netrofil digantikan oleh sel makrofag yang fungsinya : sintesa kolagen, membentuk
jaringan granulasi dan fibroblas, memproduksi growth factor, dan pembentukan
kapiler.
b. Pada fase proliferasi :
 Sel fibroblas mengeluarkan substansi ( kolagen, elastin, hyaluronic acid, 2 fibronectin
),berperan dalam membangun ( rekonstruksi) jaringan baru (granulasi).
 Pada proses epithelisasi, fibroblas mengeluarkan keratinocyte growth factor.
c. Pada fase maturasi
 Fibroblas meninggalkan jaringan granulasi

Selain itu ada beberapa tatalaksana dalam perawatan luka. Tatalaksana tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut, yaitu : Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu
evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan,
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.

 Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
 Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mencucikan kulit. Untuk melakukan
pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik
seperti:
- Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).
- Halogen dan senyawanya.
- Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum luas
dan dalam konsentrasi 2% membunuh spora dalam 2-3 jam.
- Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil karena
tidak menguap.
- Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
antiseptik borok.
- Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisid dan fungisid, tidak berwarna, mudah
larut dalam air, tidak merangsang kulit dam mukosa, dan baunya
tidak menusuk hidung.

9
-
 Oksidansia
- Kalium permanganat, bersifat bakterisid dan fungisida agak lemah
berdasarkan sifat oksidator.
- Perhidrol (Peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk mengeluarkan kotoran dari
dalam luka dan membunuh kuman anaerob.
 Logam berat dan garamnya
- Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat pertumbuhan bakteri dan
jamur.
- Merkurokrom (obat merah)dalam larutan 5-10%. Sifatnya bakteriostatik
lemah, mempercepat keringnya luka dengan cara merangsang timbulnya
kerak (korts).
 Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).
 Derivat fenol
- Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai antiseptik wajah dan
genitalia eksterna sebelum operasi dan luka bakar.
- Heksaklorofan (pHisohex), berkhasiat untuk mencuci tangan.
4. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan
nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16).Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
pembersihan luka yaitu :
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan
benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik.
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.
e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)
f. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas
sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertiam.

10
5. Penutupan Luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
6. Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung
pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
7. Pemberian Antibiotik prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan
pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
8. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan
jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia,
kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton,
1990:44).
4 Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka dapat tegantung oleh penyebab dari dalam tubuh sendiri
(endogen) atau oleh penyebab dari dalam tubuh sendri (eksogen). Penyebab endogen
terpenting adalah ganguan koagulasi yang disebut koagulopati dan ganguan sistem imun.
Berikut adalah faktor yang bisa menghambat penyembuah luka :
 Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua.
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati
dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
 Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan
lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
 Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab
infeksi.

11
 Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki
sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan
luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada
orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah
perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun
pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik
pada perokok.Kurangnya volume darah akan mengakibatkan
vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk
penyembuhan luka.
 Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
 Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),
yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(pus).
 Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai
darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini
dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi
akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu
sendiri.
 Diabetes.
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga
akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

12
 Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
 Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
o Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan
normal tubuh terhadap cedera.
o Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan.

Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab


kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif
akibat koagulasi intravaskular. (www.emedicine.com/plastic/TOPIC477.HTM di akses
tanggal 12 september 2011.)

5 Faktor yang Mempengaruhi Penanganan Luka

a. Lama luka

Golden priod (masa emas) merupakan saat kita menggap suatu luka dapat di tangangi
dengan sempurna. Jadi luka masih dapat di jahit secara primer. Golden priod suatu luka ± 6
jam. Masa ini berlaku untuk luka kotor dan jelas terkontaminasi. Pada daerah dengan
vaskularisasi sangat baik, misalkan kepala dan wajah golden priodnya ± 8 jam. Bila luka
masih berada pada golden priod, maka dapat di peroleh Clean Surgical Wound (luka bedah
yang bersih). (Balai kesehatan PMI kota Jaksel. Luka. 2011)

b. Bentuk anatomi luka


Luka-luka sederhana cukup dibersihkan dan diberi obat. Sedangkan luka- luka
dengan bentuk tak teratur harus di debridement kemudian dilakukan tindakan selanjutnya.
(Balai kesehatan PMI kota Jaksel. Luka.2011)
6. Komplikasi
a. Komplikasi Penyembuhan Luka
 Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di

13
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah
putih.
 Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku
pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda
asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda.
Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering
dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah
itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka
steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan
mungkin diperlukan.
 Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius.
Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi
adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor
meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi
resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4
– 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika
dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah.
b. Pengaruh Psikologi
 Depresi
Reaksi frustrasi yang membuat kita murung berlanjut, sedih, hilang
gairah hidup, dan tidak berdaya berhadapan dengan keadaan penyakit
dengan luka yang sudah lama dan sukar untuk disembuhkan.
 Apati.
Kekesalan yang ditunjukkan dengan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh,
putus asa, tidak peduli lagi akan kehidupan dan kesembuhan lukanya.
 Agresi
Memberikan perlawanan kepada semua yang ada disekelilingnya setiap
orang memberikan semangat hidup dan menasehatinya.

14
c. Komplikasi Dari Luka
 Hematoma (Hemorrhage)
Perawat harus mengetahui lokasi insisi pada pasien, sehingga balutan
dapat diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama
setelah pembedahan.
 Infeksi (Wounds Sepsis)
Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di
rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam,
denyut nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah
putih meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.Jenis
infeksi yang mungkin timbul antara lain :
o Cellulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan
o Abses, merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang
ditandai oleh terkumpulnya pus (bakteri, jaringan
nekrotik, Sel Darah Putih)
o Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis
atau abses yang menuju ke sistem limphatik. Hal ini
dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik.
 Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence adalah rusaknya luka bedah.
Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka.
 Keloid
Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini
biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang.

15
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di
bawahnya yang terjadi secara tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau
terkontaminasi, superficial atau dalam.(Menurut Koiner dan Taylan). Luka sering
digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat
luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi, fase ploriferasi dan fase
maturasi.
2. Saran
Sebisa mungkin hindari hal – hal yang dapat menyebabkan luka. Namun, bila terjadi
luka segeralah untuk di bersihkan agar terhindar dari infeksi untuk mempercepat
penyembuhan luka. Apabila luka tersebut robek karena benda tajam segera di jahit untuk
menhidari banyaknya darah yang keluar dan luka terhindar dari infeksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahlistavanny.blogspot.co.id/2015/10/makalah-penyembuhan-luka-by-lista.html

http://akperbaramui.blogspot.co.id/2013/02/makalah-proses-penyembuhan-luka.html

17

Anda mungkin juga menyukai