Diajukan untuk memenuhi salah satu kriteria mata kuliah keperawatan Gadar dan
Kritis
KELAS B1
DISUSUN OLEH :
Asep Dadan NIM: 312018038
Ahmad Mustopa NIM: 312018043
Ayus Yuliansih NIM: 312018025
Aris Muji Pamungkas NIM: 312018033
Ratu Dewiana Fadhila NIM: 312018024
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada
waktunya. Dalam proses penyusunan makalah ini, banyak pihak yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan bimbingan dan dorongan,
untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihaak yang terlibat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala ide, saran, dan kritik yang bersifat konstuktif
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
peneliti khususnya bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga Allah SWT
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit tidak menular (PTM) membunuh 41 juta orang setiap tahun, setara
dengan 71% dari semua kematian secara global. Setiap tahun, 15 juta orang
meninggal karena PTM antara usia 30 dan 69 tahun; lebih dari 85% dari kematian
kardiovaskular menyebabkan sebagian besar kematian PTM, atau 17,9 juta orang
setiap tahun, diikuti oleh kanker (9,0 juta), penyakit pernapasan (3,9 juta), dan
prevalensi CAD di Jawa tengah sebesar 0,5 %. Hasil estimasi berdasarkan diagnosis
dokter terbanyak di Propinsi Jawa Barat sebanyak160.812 orang (0,5%) dan jumlah
paling sedikit terdapat di Propinsi Maluku Utara yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%).
daerah Propinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%) dan jumlah paling
sedikit terdapat di daerah Propinsi Papua Barat yaitu sebanyak 6.690 orang (1,2% )
(Riskesdas, 2013).
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung tahun 2018, jumlah
tidak menular yaitu penyakit stroke mencapai 8,24 persen, kardiovaskular 13,73
persen dan komplikasi diabetes mellitus mencapai 3,15 persen sepanjang tahun
atau CAD (Coronary Artery Diseases). Irama pertama yang terekam adalah fibrilasi
ventrikel pada 75%-80% pasien yang masuk rumah sakit karena kolaps
berhubungan dengan obstruksi arteri koroner akut, namun sebagian besar memiliki
lesi koroner yang serius (Pramono dkk, 2016). Menurut Al Fajar (2015), CAD
merupakan penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis pada arteri koroner yang
remaja dan memburuk selama beberapa dekade, jika penyempitan pembuluh darah
semakin parah maka dapat menimbulkan serangan jantung (Sari et.al, 2010).
Kejadian penyakit jantung koroner pada pria lebih dini dibandingkan dengan
wanita, pada usia 40-49 tahun pria memiliki risiko dua kali lebih sering menderita
penyakit ini dibandingkan wanita, tetapi pasca menopause, rasio menjadi sama
dengan salah satu anggota keluarga menderita penyakit jantung koroner sebelum
usia 55 tahun, maka anggota keluarga yang lain memiliki risiko 2-6 kali untuk
Faktor risiko yang lainnya meliputi faktor yang dapat dimodifikasi seperti
yang tidak dapat dimodifikasi yaitu selain usia, jenis kelamin dan keturunan, ras
tertentu juga menjadi faktor risiko (Syamiyah, 2014). Begitupun menurut Ghani
(2016), Faktor risiko dominan penyakit jantung koroner adalah hipertensi, gangguan
mental emosional, dan diabetes melitus. Upaya promotif dan deteksi dini faktor
risiko sejak usia dini perlu ditingkatkan untuk memperkecil kejadian faktor risiko
faktor risiko yang pada penderita serta tindakan yang dapat segera diambil dalam
waktu singkat agar tidak terjadi komplikasi yang dapat membawa akibat yang tidak
diinginkan. Perawat sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran yang sangat
besar dalam mengatasi angka kejadian CAD tersebut. Peran perawat sebagai
perawat sebagai pendidik agar penderita CAD mau dan mampu untuk melakukan
pola hidup sehat karena hal tersebut dapat membantu mencegah terjadinya
keperawatan yang tepat serta penyelamatan pasien dari bahaya yang bertujuan
mengurangi resiko yang diakibatkan oleh sakit yang dialaminya maupun pelayananan
yang kadang membutuhkan proses yang lama. Dalam hal ini sebagai pemberi asuhan
keperawatan perawat harus bisa menjadi pembuat keputusan yang tepat akan kondisi
pasiennya, juga sebagai advokasi, bisa memberikan penjelasan yang tepat, dan harus
bisa berkolaborasi baik dengan pasien, keluarga maupn dengan tim medis lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
(CAD)
Diseases (CAD)
dibuat
kasus. Adapun teknik pengambilan data pada kasus dengan menggunakan observasi,
lain-lain.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan dan metode telahaan dan teknik
pengambilan data
BAB II Tinjauan Pustaka berisi materi mengenai Coronary Artery Disease (CAD)
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
darah ke jantung yang berakibat gangguan oksigenasi otot jantung dengan berbagai
derajat bentuk iskemia, infark sampai nekrosis otot jantung dan kematian (Sanchis-
penyakit pada jantung dan pembuluh darah. Cardiovaskuler disease terdiri dari
dan makanan yang dibutuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan baik. Penyakit
Jantung Koroner atau CAD adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis (pembuluh
Menurut WHO (2012) Coronary Artery Disease (CAD) atau dikenal juga
penyumbatan salah satu atau beberapa pembuluh darah yang menyuplai aliran darah
ke otot jantung. Pada umumnya manifestasi kerusakan dan dampak akut sekaligus
penyakit yang disebabkan oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah akibat
akumulasi endapan lemak (artheroma dan plaques) pada arteri coronaria yang bersifat
gangguan oksigenasi otot jantung dengan berbagai bentuk iskemia, infark sampai
B. ETIOLOGI
ateroma atau plak. Walaupun pengetahuan tentang kejadian etiologi tidak lengkap,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggung jawab untuk
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi , yaitu faktor risiko biologis yang tidak
dapat diubah, yang meliputi:
b. Jenis Kelamin, aterosklerosis 3 kali lebih sering terjadi pada pria dibanding
wanita. Wanita agaknya relatif lebih kebal terhadap penyakit ini karena
dilindungi oleh hormon estrogen, namun setelah menopause sama rentannya
dengan pria.
aterosklerosis prematur.
2. Faktor yang dapat dimodifikasi, yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dengan
200 mg/dl, Trigliserida > 200 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, HDL < 35 mg/dl.
yang terlalu tinggi hingga akhirnya terjadi dilatasi dan payah jantung. Dan
e. Obesitas, obesitas adalah jika berat badan lebih dari 30% berat badan standar.
g. Stres dan Pola Tingkah Laku, stres akan merangsang Hiperaktivitas HPA
C. PATOFISIOLOGI
pembuluh darah yang normal akan mengalami kerusakan oleh adanya faktor resiko
antara lain : (merokok, hipertensi, hemodinamik, dyslipidemia), dan terjadi inflamasi
pada dinding arteri dan penumpukanan kolesterol yang terbawah oleh darah.
Peradangan dan modifikasi biokimia terjadi, menyebabkan endotel dan sel otot polos
membentuk topi berserat lebih berkembang yaitu plak ateromatosa (Nabel &
Braunwald, 2012).
pectoris, infark miokardium, syok kardiogenik, rupture jantung. Bukti bahwa LDL-C
adalah penyebab aterosklerosis ada tiga hal, yang pertama adalah genetik mutasi yang
aterosklerosis, kedua hewan coba yang di berikan LDL rendah tidak memiliki
ateroslerosos, begitu juga sebaliknya, dan ketiga populasi manusia dengan kadar
1. Angina Pectoris
Angina pectoris adalah gejala CAD yang paling sering muncul dan dalam
perkembangannya dapat menjadi serangan jantung, hal yang dirasakan ketika angina
pectoris terjadi adalah terasanya tidak nyaman atau nyeri di dada sebelah kiri karena
berkurangnya suplai darah menuju otot jantung. Angina tidak selalu muncul dengan
rasa nyeri namun juga terasa seperti cengkraman, terbakar (panas), sesak, lokasi nyeri
berada pada sternum (tulang tengah dada) yang menyalur ke sebelah kiri dada, lengan
Angina pectoris biasanya dapat di sebabkan karena aktifitas fisik, cuaca, stress
dan makan terlalu kenyang. Angina pectoris ini biasanya berlangsung sekitar 3-5
menit dan dapat reda setelah istirahat, angina pectoris adalah gejala yang dapat
diobati, menghilang atau reda dengan obat-obat anti angina (aspirin, nitrat,
Serangan adalah keadaan dimana darah yang mengalir menuju otot jantung
tiba-tiba berhenti karena terjadi sumbatan bekuan darah lalu terjadi pecahan plak
yang menumpuk pada dinding arteri. Gejala serangan jantung akan berupa angina
pectoris dengan intesitas berat. Pasien dengan gejala serangan jantung harus di rawat
jantung yang bertanggung jawab atas kegagalan jantung memompa darah pada
kecepatan yang sepadan dengan kebutuhan jaringan yang melakukan metabolism atau
sebut pacemaker (baterai) jika aliran darah dan oksigen di arteri koroner terganggu
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang
T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan
4. Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
5. Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
G. PENGOBATAN
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-
buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak,
Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah
raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang
kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak
sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat
lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi
adalah empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner
lebih tinggi. Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui
jantung.
3. Terapi Medis
darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa
tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri
Rosuvastatin).
Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau
pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu
menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung
akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit
pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan
penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah
dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik
5. Prosedur Pembedahan
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke
otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil
dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar
dijahit.
b. Operasi Robotik
dan resiko infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya
c. Revaskularisasi Transmiokardia
tersedia di NHCS.
kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah
H. DISCHARGE PLANNING
3. Berehenti merokok
4. Menurunkan berat badan
langsung berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Orang yang
berhenti merokok hanya memilki resiko separuh dari orang yang terus merokok,
tanpa menghiraukan berapa lama mereka sudah merokok sebelumnya. Selain itu,
berhenti merokok juga mengurangi penyakit dan resiko kematian pada seseorang
yang memiliki aterosklerosis pada arteri yang menuju ke jantung dan otak.
4. Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin
normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara
insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate
5. Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena
distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
6. Eliminasi
7. Nutrisi
8. Neuro Sensori
10. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin
11. Respirasi.
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
13. Pengetahuan.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Nyeri Akut
4. Ansietas
A. Tinjauan Kasus
datang ke IGD Al-Ihsan dengan membawa surat rujukan diagnosa CAD pada pukul
17.50, saat datang masih mengeluh nyeri dada dan sesak nafas, lalu di IGD diberikan
terapi oksigen 3 L dan dilakukan pemeriksaan EKG didapatkan hasil EKG adanya ST
elevasi. Setelah itu klien pindah ruangan ke ICCU, klien tidak diberikan terapi obat
karena sudah diberikan di RS sebelumnya yaitu obat Atorvastatin 20 mg, ISDN 5 mg,
Aspilet 1 tab, Brilinta1 tab. Pada saat pengkajian klien mengeluh nyeri dada sebelah
kiri, nyeri yang dirasakan seperti diremas menjalar ke punggung dan tangan sebelah
kiri. Skala nyeri 4, nyeri berkurang setelah diberi obat di IGD. Nyeri dada bertambah
abnormal yaitu Hemaglobin 17,1 g/dL, Hematokrit 51,7%, Leukosit 14.200 sel/uL,
Kolesterol total 246, HDL 44, LDL 167, SGOT 115, SGPT 43 dan Troponin 15259.
Sebelum masuk RS klien tiba-tiba merasakan nyeri dada pada pukul 11.00,
nyeri dirasakan seperti diremas dan terasa pegal lalu nyeri menyebar ke punggung
sebelah kiri dan tangan sebelah kiri, nyeri disertai sesak nafas. Setelah itu pada pukul
13.00 nyeri klien berkurang lalu pukul 16.00 klien pergi ke rumah sakit.
nadi: 80x/mnt, RR: 25x/mnt, suhu: 36,6⁰C, SPO2: 98%, BB: 80, TD: 175cm, BMI:
26,12 pasien dengan resiko jatuh dan status fungsional dengan bantuan penuh, Work
bau napas keton: tidak ada, irama dan kedalaman: dispneu, kecepatan: eupneu.
Gambaran jantung: sinus rythm, bunyi jantung: Gallop. Kondisi psikis dan spiritual;
Scoring Pasien ICU menggunakan metode TIMI Risk Score STEMI, dengan
indikator usia, penyakit penyerta, tekanan darah, EKG ST Elevasi, berat badan, waktu
penanganan, Killip Class dan skornya adalah 4, KILLIP Class dengan indikator
pumonary rales, frank pulmonaru edema, S3 gallop, elevated JVP, cardiogenic shock
Terapi obat yang diberikan Aspilet 1x1 PO, Brilinta 2x1 PO, Atorvastatin
1x40mg PO, Concor 1x5mg PO, Alprazolam 1x0,5mg PO, Ramipril 1x5mg PO,
ISDN 3x5mg PO, Fibrion 1,5 juta IU IV, Laxadine 1x15mg PO, Arixtra 1x2,5 mg IM
B. Pembahasan
Pada tahap pengkajian nyeri yang dialami Tn.E terjadi karena adanya
timbunan asam laktat meningkat akibat metabolisme anaerob yang berasal dari
sehingga aliran darah ke jantung menurun dan jaringan miokard terjadi iskemik.
Perangsangan saraf memunculkan sensasi rasa nyeri dada di bagian kiri dan
dapat menyebar kebahu dan lengan kiri. Kondisi iskemi kini dapat pulih kembali jika
aerobic terhenti dan sel-sel miokard akan pulih kembali. (Mutarobin, 2019). Nyeri
dada yang dirasakan Tn. E berlang sungh ilang timbul sekitar± 5-10 menit dengan
skala nyeri 4, hal ini mengindikasikan tidak adanya proses pemulihan iskemik yang
terjadi dalam waktu 10 menit dan mengakibatkan terjadinya nekrosis atau infark pada
miokard otot jantung. Tn. E dibaringkan di tempat tidur dengan posisi semifowler dan
dianjurkan untuk tenang, kemudian pasien diberi oksigen dengan nasal kanul
dan nekrosis jaringan miokard otot jantung, sedangkan pemberian oksigen bertujuan
Pada tahap pengkajian masalah yang dialami Tn. E adalah nyeri akut terjadi
karena agen pencidera fisiologis, rasa nyeri timbul terutama saat menarik nafas.
kompres dingin pada area yang dirasa nyeri dengan meletakan gel pack, selain itu
ajarkan pasien untuk menarik nafas dalam. Namun apabila tindakan tersebut kurang
Resiko penurunan curah jantung yang dialami Tn. E diakibatkan oleh cedera
miokard dan perubahan kontraktilitas miokard. Hal ini ditandai dengan tekanan darah
146/85 mmHg, sesak nafas dengan respirasi 25 x/menit, nadi 80 x/menit, hasil EKG
biasanya tidak berlangsung terus menerus kecuali jika terjadi depresi miokard yang
hebat. Tekanan darah merupakan fungsi interaksi antar depresi miokard dan refleks
otonom. Respon otonom terhadap infark miokard tidak selalu merupakan proses
jantung dan tekanan darah, sebaliknya mempengaruhi curah jantung dan perfusi
perifer. Intervensi yang dilakukan pada Tn. E adalah hemodynamic regulation dan
acute cardiac care, yaitu memonitor TTV, mencatat tanda dan gejala dari penurunan
CO, memonitor adanya disritmia, memonitor dispnea, fatique, takipnea dan ortopnea,
auskultasi bunyi jantung dan paru, melakukan EKG 12 lead, memberikan obat
Dalam waktu 10-14 hari setelah mengalami infark miokard, jaringan parut
yang baru terbentuk masih sangat lemah. Otot jantung sangat rentan terhadap
peningkatan tekanan selama jangka waktu ini akibat ketidakstabilan bagian dinding
jantung yang mengalami proses penyembuhan. Peningkatan aktivitas dapat dimulai
pada kondisi seperti ini. Setelah 6 minggu mengalami infark, jaringan parut telah
menggantikan jaringan nekrotik. Pada saat tersebut, area yang mengalami injuri bisa
dianggap telah pulih. Area jaringan parut biasanya kurang kompatibel dibandingkan
Pada pengkajian didapatkan bunyi nafas vesikuler dan irama nafas dispneu
hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum crackels dianggap sebagai
kegagalan pompa , klien harus diinstruksikan untuk batuk dalam guna membuka
Bunyi jantung gallop atau S3 menandakan gagal ventrikel kiri, pada orang
dewasa hamper tidak pernah ada pada adanya penyakit jantung yang signifikan.
asupan cairan, karena itu perawat perlu adanya pantauan adanya oliguria karena
Penggunaan obat nitrat dan vasodilator, baik secara akut maupun kronis
2012).
jantung. Menurut NANDA-I (2018) definisi risiko penurunan perfusi jaringan jantung
adalah rentan terhadap penurunan sirkulasi jantung (koroner), yang dapat menganggu
risiko yang berkaitan antara lain: adanya hiperlipidemia dibuktikan dengan hasil lab
kolesterol total 246, trigliserida 162, dan kolesterol LDL 167, Tekanan darah 146/85
mmHg, kurang pengetahuan tentang faktor risiko karena pasien riwayat merokok,
volume darah yang dipompakan ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi
sistemik. Ditandai dengan dyspneu pada saat aktivitas ringan dengan skala 1 (tidak
A. Kesimpulan
pembuluh darah akibat akumulasi endapan lemak (artheroma dan plaques) pada
berbagai bentuk iskemia, infark sampai nekrosis otot jantung dan kematian.
3. Berehenti merokok
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini
adalah:
a. Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien sehingga
Diharapkan dapat menjadi sumber acuan materi bagi mahasiswa saat melakukan
asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun teknik pengkajian fisik
atau keluhan klien khususnya klien dengan hiperglikemi mengingat kondisi klien
Al Fajar, Kemal. (2015). Hubungan aktivitas fisik dan kejadian penyakit jantung
koroner di Indonesia: analisis data riskesdas tahun 2013. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Nabel, EG., Braunwald, E. (2012). Tale of coronary artery disease and myocardial
Infarction. N Engl J Med: 366:54-63.
Naziyah, dkk. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media booklet tentang
pencegahan primer dan sekunder terhadap pengetahuan pasien Coronary
Artery Diseases (CAD) di Klinik Sehat Natural Ciledug Tangerang Selatan
tahun 2016. Jurnal Kesehatan Holistik Volume 12 No 1 Januari 2018.