Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

CAD( Coronary Artery Disease )


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah

Dosen pengampu : Tita Puspita Ningrum M.Kep., S.Kep

Disusun oleh :

Annisa wati slamet 88205002


Asep cahyana 88205004
Dian purnama sari 88205006
Evi kurnia 88211034
Siti Dida noerohmah 88205015

UNIVERSITAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ARS
2022

ANNISA WATI S 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sejak awal hinggal tersusunnya
makalah dengan judul “CAD” dalam memenuhi penugasan yang diberikan oleh dosen
pengajar dalam mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan karena
adanya bantuan baik moral maupun material serta kerja sama terutama dari teman-teman dan
berbagai pihak.

Akhir kata kami menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala kekurangan dalam
makalah ini, dan kami berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepetingan.

Bandung, Juni 2022

Kelompok

ANNISA WATI S 2
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................6

BABII PEMBAHASAN................................................................................7

2.1 Pengertian CAD.................................................................................7


2.2 Etilogi CAD......................................................................................7
2.3 Patofisiologi CAD ............................................................................9
2.4 Tanda dan Gejala CAD ...................................................................10
2.5 Komplikasi CAD ...........................................................................11
2.6 Pemeriksaan Penunjang CAD ..........................................................12
2.7 Pengobatan CAD ...........................................................................13
2.8 Pencegahan CAD ...........................................................................15
2.9 Diagnosa Keperawatan secara teori..................................................15
2.10 Asuhan Keperawatan......................................................................17

BAB III PENUTUP....................................................................................23

3.1 Kesimpulan......................................................................................23

Daftar Pustaka ..........................................................................................24

ANNISA WATI S 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Coronary Artery Disease (CAD) atau disebut juga Penyakit Jantung Koroner (PJK)
adalah penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis pada arteri koroner yang membatasi
aliran darah ke jantung (Fajar, 2015). Aterosklerosis adalah suatu kondisi dimana arteri
koronaria menyempit diakibatkan adanya akumulasi lipid ekstrasel, pembentukan sel
busa yang akhirnya dapat menimbulkan penebalan dan kekakuan pada pembuluh darah
arteri (Rahman, 2012).

Aterosklerosis merupakan proses yang berkembang perlahan-lahan dari waktu ke


waktu biasanya dimulai pada masa remaja dan memburuk selama beberapa dekade, jika
penyempitan pembuluh darah semakin parah maka dapat menimbulkan serangan jantung
(Sari et.al, 2010). Bentuk Klinis dari CAD dibagi menjadi dua, yaitu chronic coronary
syndromes yang meliputi stable angina dan stable ischemic heart disease, dan acute
coronary syndromes yang meliputi unstable angina, MI (Myocardiac Infarction), dan
sudden cardiac death (Katz & Ness, 2015).
World Health Organization (WHO) telah melaporkan bahwa penyakit jantung
merupakan salah satu penyebab utama dan penyumbang tersering kematian didunia
sampai saat ini, setiap tahunnya Coronary Artery Disease (CAD) telah membuat sekitar 7
juta orang meninggal dunia dan akan terus meningkat hingga tahun 2020 mendatang
(WHO, 2014).
Menurut WHO, pada tahun 2004 penyakit kardiovaskular menempati urutan
pertama dari sepuluh penyakit penyebab kematian diseluruh dunia, pada tahun 2005 telah
dilaporkan sebanyak 17,5 juta kematian dari seluruh kematian didunia dan CAD
menyumbang kematian sebanyak 7,6 juta (Kandou, 2014).
Di Indonesia, CAD merupakan penyakit tidak menular pembunuh tersering,
berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI prevalensi CAD
semakin meningkat dari tahun ke tahun (Kandou, 2014). Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar tahun 2013, data yang dilaporkan mengenai kejadian CAD di Indonesia telah
diestimasikan berdasarkan diagnosis dokter terbanyak di Propinsi Jawa Barat sebanyak
160.812 orang (0,5%) dan jumlah paling sedikit terdapat di Propinsi Maluku Utara yaitu

ANNISA WATI S 4
sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah penderita
CAD terbanyak terdapat di daerah Propinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%)
dan jumlah paling sedikit terdapat di daerah Propinsi Papua Barat yaitu sebanyak 6.690
orang (1,2% ) (Riskesdas, 2013).

Sebuah penelitian telah menyebutkan CAD dipengaruhi oleh beberapa faktor


meliputi jenis kelamin, usia, dislipidemia, hipertensi, merokok dan diabetes mellitus
(Ramandika, 2012), sehingga diperlukan suatu sistem penilaian atau sebuah scoring
multivariabel risiko pada individu untuk dapat memprediksikan kejadian CAD atau
penyakit jantung koroner, dengan sistem penilaian tersebut dapat mencegah faktor-faktor
risiko tersebut agar tidak berkembang menjadi penyakit kardiovaskular yang mematikan,
misalnya dengan menggunakan Framingham Risk Score yang saat ini telah sering
digunakan sebagai penilaian prediksi peluang terkena penyakit jantung yang telah
divalidasi di Amerika Serikat (Bitton et.al, 2010).

Penentuan derajat stenosis pada pasien CAD dilakukan dengan pemeriksaan


angiografi koroner dengan melihat derajat stenosis atau penyempitan yang terjadi pada
setiap lesi pembuluh darah, terdapat banyak sistem penilaian atau klasifikasi melalui
pemeriksaan angiografi koroner (Al Saffar et.al, 2009).

ANNISA WATI S 5
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan CAD ?
2. Apa penyebab dari penyakit CAD?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit CAD?
4. Apa tanda dan gejala CAD?
5. Apa saja komplikasi CAD?
6. Apa saja Pemeriksaan penunjang untuk CAD?
7. Bagaimana pengobatan untuk penyakit CAD?
8. Bagaimana pencegahan penyakit CAD?

ANNISA WATI S 6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,
arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak
mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang
disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya
adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).( Brunner and Sudarth, 2001).

2.2 Etiologi

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi
ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan bourgeois
penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya penyakit arteri koroner adalah :

1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).

Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.

2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi
(bagi wanita).

Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis


ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).

3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga


Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.

4. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya


level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.

ANNISA WATI S 7
5. Merokok.

Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel)
pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya
terjadi sumbatan pembuluh darah.

6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).


Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap
dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.

7. Kegemukan (obesitas).

Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak
yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.

8. Gaya hidup buruk.

Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta
pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung
koroner.

9. Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi
yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa

ANNISA WATI S 8
2.3 Patofisiologi
CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat aterosklerosis, spasme atau,
jarang, emboli. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil kerusakan ke lapisan
dalam arteri koroner dengan kekakuan pembuluh darah dan respon lalai berkurang.
Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan plak fibrosa atas
kawasan yang rusak di pembuluh darah, menyebabkan penyempitan pembuluh darah,
sehingga mengurangi ukuran lumen pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke
jaringan miokard. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan
iskemia miokard transien dan nyeri. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak
lembut dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah.

ANNISA WATI S 9
Jenis CAD
1. Stabil
1) Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres emosional,
paparan suhu panas atau dingin, makanan berat , dan merokok.
2) Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5 menit atau
kurang, dan mudah hilang dengan obat-obatan
2. Labil
1) Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga atau saat
istirahat, atau percepatan terbaru dalam keparahan nyeri
2) Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung lebih lama
( 30 menit ), umumnya tidak lega dengan istirahat atau obat-obatan
3) Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard ( MI ) di
bawah diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
3. Variant (prinzmetal)
1) Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam hingga dini hari
2) Nyeri mungkin parah
3) Elektrokardiogram ( EKG ) berubah karena koroner spasme arteri

2.4 Manisfestasi klinis


Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:
1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar, dapat
menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa

1
ANNISA WATI S
0
2.5 Komplikasi CAD

1. Aritmia Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu


gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan eloktrofisiologi
otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan
simpatis akan meningkatkan kecepatan denyut jantung.
2. Gagal Jantung Kongestif Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena
pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti
pada vena sistemik
3. Syok kardikardiogenik Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel
kiri sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer,
penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan
kematian.
4. Disfungsi Otot Papillaris Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan
mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik
dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau
apek jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa
sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel
dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi
sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter.
6. Perikarditis Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang permukaan
pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung kongestif
yang parah

1
ANNISA WATI S
1
2.6 Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik penunjang
1. Analisa gas darah (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG) Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran
elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk
adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada tanda-
tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau serangan
jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
5. Foto Rontgen Dada Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-
tidaknya pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran
jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut.
Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai
factor resiko meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung
7. Treadmill Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam
aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas,
yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai
tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan
istirahat gambaran EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi
(arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di
lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke muara
pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras
sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya
penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner.
Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil
kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien

1
ANNISA WATI S
2
cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan factor
resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak
juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon
dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang
berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan obat-
obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan melakukan bedah
pintas koroner.

2.7 Penatalaksaan
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum
diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi
kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari
itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol). Obatan-obatan ini membantu untuk
mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga
melindungi jantung.
3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran
darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat,
Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa
digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin
Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).Obatan-obatan ini memungkinkan aliran
darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung
koroner.

6. Intervensi Jantung Perkutan. Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri
jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik

1
ANNISA WATI S
3
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit,
dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.Kemudian, tube jala
kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik
polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini
seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk penyakit
jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina dengan
sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double
mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau
keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri
Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

7. Operasi.
a) Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG). CABG melibatkan penanaman arteri atau
vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk
aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel
ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko
kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan
CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
b) Revaskularisasi Transmiokardia Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu
kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia
juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak
lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah
baru, dan ini membantu mengurangi angina

1
ANNISA WATI S
4
2.8 Pencegahan
Resiko terjadinya coronary artery disease bisa dikurangi dengan melakukan beberapa
tindakan berikut:
1. mencegah sebab penyakit dan faktor yang mendorong terjadinya penyakit jantung
2. pengobatan terhadap penderita penyakit jantung
3. pencegahan terhadap penderita yang telah sembuh dari penyakit jantung
4. pencegahan sebab penyakit dan mengurangi faktor resiko coronary artery
disease,yaituperubahan sosioekonomi,kebiasaan dan pola hidup dari masyarakat
5. pendekatan melalui nutrisi.
6. berhenti merokok
7. menurunkan tekanan darah
8. mencegah menjadi pederita diabetes
9. mencegah peningkatan lipid (kolesterol)dalam darah
10. mencegah obesitas
11. Melakukan olahraga
12. Menghindari rokok dan kopi
13. Menghindari stres

2.9 Diagnosa keperawatan secara Teori :


Diagnosa keperawatan Berdasarkan NANDA 2015-2017
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk suplai oksigen.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
ditandai dengan sesak. RR < 24x/menit, terdapat pernafasan cuping hidung
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas jantung
ditandai dengan perubahan EKG, palpitasi, takikhardi, edema, keletihan, murmur,
penurunan nadi perifer, ologuria, pengisian ulang kapiler memanjang, perubahan
warna kulit,crakels, batuk, ortopnea, dispnea paroksimal noctural, bunyi S3 atau
bunyi S4.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis (iskemia).

1
ANNISA WATI S
5
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat.
6. Intolerasnsi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan edema ekstremitas atas dan turgor kulit tidak efektif.
8. Defisit pengetahuan mengenai kondisi dan pencegahan berhubungan dengan
kurangnya pengetahui informasi.
9. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan mengenai kondisi dan
pencegahan.

1
ANNISA WATI S
6
ASUHAN KEPERAWATAN

1. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri nyeri dada sebelah kiri

2. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


i. Riwayat Kesehatan Klien Sekarang
Seorang perempuan usia 53 tahun dirawat di RS dengan keluhan utama nyeri dada
sebelah kiri. Pasien berkata sesak sejak 6 bulan yang lalu tidak hilang dengan
istirahat dan muncul tiba-tiba, nyeri di rasakan seperti di tekan benda berat, skala
nyeri 8. Pemeriksaan fisik TD 110/80 mmHG, Nadi 88x/menit, RR 24x/menit,
sushu 36,7 C, penampilan pucat, keringat, gelisah, kardiomegali, terdengar S3-S4,
nafsu makan mneurun, mukosa kering, terpasang kateter.
2. Riwayat Kesehatan Klien Dahulu
Pasien berkata sakit diabet sejak 9 bulan yang lalu.

DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
Hasil pemeriksaan Nilai Rujukan Nilai Normal Satuan
Ureum 166 6–21 mg/Dl mg/dL
Kreatinin 2,76 1,4 mg/dL mg/dL
Kolestrol Total 196 125-200 mg/dL mg/dL
HDL 28 50 mg/dL mg/dL
LDL 118 < 110 mg/dL mg/dL
Trigliserida 263 < 150-199 mg/dL mg/dL
Gula Darah Puasa 433 70-130 mg/dL mg/dL
2. EKG
EKG 1 Minggu yang lalu. Stemi Anterior luas
3. Rontgen
Thoraks : Kardiomegali tanpa bendungan paru

1
ANNISA WATI S
7
TERAPI / PENGOBATAN

Terapi Obat Rute Dosis Fungsi Obat


obat tablet yang mengandung
Acetylsalicylic Acid 100 mg.
Acetylsalicylic acid atau dikenal juga
Aplor 1x199mg dengan Aspirin merupakan senyawa
analgesik non steroid yang digunakan
sebagai analgesik, antipiretik,
antiinflamasi dan anti-platelet
obat golongan antiplatelet yang bekerja
dengan cara mencegah trombosit atau
Clopidogrel PO 1x75mg
sel keping darah saling menempel dan
membentuk gumpalan darah.
obat untuk mengatasi penumpukan
cairan di dalam tubuh atau edema
Furosemide IV 1x40mg
bisa digunakan untuk mengatasi
tekanan darah tinggi atau hipertensi.
obat untuk mengatasi hipertensi atau
Bisoprolol PO 1x2.5 mg tekanan darah tinggi, angina pektoris,
aritmia, dan gagal jantung.
Isosorbide dinitrate (ISDN) adalah
obat yang digunakan untuk mencegah
ISDN PRN
dan meredakan angina (nyeri dada)
akibat penyakit jantung koroner.
obat yang digunakan untuk
menurunkan kadar kolesterol jahat
(low density lipoprotein/LDL) dan
Simvastatin PO 0-0-20 mg
trigliserida, serta meningkatkan jumlah
kolesterol baik (high density
lipoprotein/HDL) di dalam darah
Laxadine PO 0-0-15 obat yang digunakan untuk mengatasi

1
ANNISA WATI S
8
susah buang air besar (konstipasi)
obat untuk mengatasi gangguan
kecemasan, meredakan kejang, kaku
Diazepam PO 0-0-5 mg
otot, atau sebagai obat penenang
sebelum operasi
obat untuk mengontrol dan mencegah
terjadinya kejang akibat epilepsi
Carbamazepime PO 2x100mg untuk mengatasi nyeri di wajah akibat
gangguan saraf trigeminal (trigeminal
neuralgia) atau gangguan bipolar.
obat untuk memenuhi kebutuhan
insulin pada penderita diabetes (elain
Insulin SC 6-6-6 UI mengatur kadar gula darah, hormon ini
juga mengatur metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein)

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS: Usia, Kardiomegali, Diabetes Nyeri
Klien mengatakan
nyeri dada sebelah kiri Penimbunan lipid/ jaringan fibrosa
DO : dalam pembuluh darah
Penampilan pucat,
keringat, gelisah, Membentuk Plak
kardiomegali,
terdengar S3-S4, nafsu Akumulasi plak dalam arteri koroner
makan mneurun,
mukosa kering Plak secara progresif membesar dan
TTV : TD 110/80 menebal
mmHG, Nadi

1
ANNISA WATI S
9
88x/menit, RR
24x/menit, sushu 36,7 Perkapuran
C
Lumen arteri koroner menyempit
obstruksi arteri koroner

Panurunan aliran darah koroner

Tidak adekuat suplai O2 ke otot


jantung

Nyeri
2 DS : Obstruksi arteri koroner karena Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan penumpukan plak
lemah
Penurunan aliran darah koroner
DO:
- Penampilan Tidak adekuat suplai O2 dan nutrisi ke
pucat, keringat, otot jantung
gelisah
- TTV : Intoleransi aktivitas
TD 110/80
mmHG, Nadi
88x/menit, RR
24x/menit,
sushu 36,7 C
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan adanya obstruksi pada arteri koroner ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dada
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya perubahan pada EKG, klien tampak
pucat dan lemah

2
ANNISA WATI S
0
2
ANNISA WATI S
1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

ANNISA WATI S 22
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Catat karakteristik 1. Variasi penampilan
dengan adanya obstruksi tindakan keperawatan nyeri, lokasi, dan perilaku klien
pada arteri koroner selama 3x24 jam intensitas, lamanya karena nyeri terjadi
ditandai dengan klien diharapkan nyeri dan penyebarannya sebuah temuan
mengeluh nyeri dada berkurang atau hilang 2. Ajarkan teknik pengkajian baru
Kriteria hasil: distraksi relaksasi 2. Mengalihkan
1. Klien melaporkan 3. Control lingkungan perhatian pasien dari
nyeri berkurang yang dapat nyeri
mempengaruhi 3. Pemberian health
respon education dapat
ketidaknyamanan mengurangi tingkat
(suhu, ruangan, kecemasan dan
cahaya, suara) membantu klien
4. Kolaborasi membentuk
pemberian analgetik mekanisme koping
5. Pantau perubahan terhadap nyeri
EKG 4. Pemberian analgetik
dapat mengurangi
nyeri
5. ngetahui kinerja
gelombang listrik
jantung

2. 1. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Periksa tanda vital 1) Hipotensi ortostatik


ANNISA WATI S 23
aktivitas asuhan keperawatan sebelum dan dapat terjadi dengan
berhubungan selama 3 x 24 sesudah aktivitas, aktivitas karena
dengan adanya jam diharapkan khususnya bila efek obat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Coronary Artery Disease (CAD) atau disebut juga Penyakit Jantung Koroner
(PJK) adalah penyakit yang disebabkan oleh aterosklerosis pada arteri koroner yang
membatasi aliran darah ke jantung (Fajar, 2015). Aterosklerosis adalah suatu kondisi
dimana arteri koronaria menyempit diakibatkan adanya akumulasi lipid ekstrasel,
pembentukan sel busa yang akhirnya dapat menimbulkan penebalan dan kekakuan pada
pembuluh darah arteri (Rahman, 2012).

Aterosklerosis merupakan proses yang berkembang perlahan-lahan dari waktu ke


waktu biasanya dimulai pada masa remaja dan memburuk selama beberapa dekade, jika
penyempitan pembuluh darah semakin parah maka dapat menimbulkan serangan jantung
(Sari et.al, 2010). Bentuk Klinis dari CAD dibagi menjadi dua, yaitu chronic coronary
syndromes yang meliputi stable angina dan stable ischemic heart disease, dan acute
coronary syndromes yang meliputi unstable angina, MI (Myocardiac Infarction), dan
sudden cardiac death (Katz & Ness, 2015).

World Health Organization (WHO) telah melaporkan bahwa penyakit jantung


merupakan salah satu penyebab utama dan penyumbang tersering kematian didunia
sampai saat ini, setiap tahunnya Coronary Artery Disease (CAD) telah membuat sekitar 7
juta orang meninggal dunia dan akan terus meningkat hingga tahun 2020 mendatang
(WHO, 2014).

2
ANNISA WATI S
4
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, M.E., Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C. 2010. Nursing care plant Libby P
& Theroux P, 2014. Pathophysiology of Coronary Artery Disease
2. http://circ.ahajournals.org/content/111/25/3481.abstract diakses tgl 16-03-14
American Academy of Family Physician (AAFP) 2014
3. http://www.aafp.org/afp/topicModules/viewTopicModule.htm?topicM oduleId=4
diakses tgl 16-03-14 David Hilis, 2011. A Report of the American College of
Cardiology Foundation /American Heart Association Task Force on Practice
Guidelines
4. http://circ.ahajournals.org/content/124/23/e652 diakses tgl 16-03-2014 Smeltzer &
Bare(2001), Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta:Penerbit EGC Price, S.A &
5. Wilson, L.M.2001. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit vol 1 ed 4. Ter
Peter Anugrah. Jakarta: EGC

2
ANNISA WATI S
5

Anda mungkin juga menyukai