Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENYAKIT KARDIOVASKULER

CORONERY ARTERY DISEASE – ACUTE CORONERY SYNDROME

Disusun oleh:

Afifudin Ibrahim P27220017 002

Hafidah Putri Setyo Wati P27220017 015

Nadila Rahmadhani P27220017 029

Wahyu Atikasari P27220017 042

DIPLOMA III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


SURAKARTA

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Coronery Artery Disease
– Acute Coronery Syndrome. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan medikal Bedah

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat, bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Surakarta, September 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... i


Daftar Isi .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
1.3. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi ............................................................................................... 3
2.2. Penyebab ............................................................................................ 3
2.3. Manifestasi Klinis .............................................................................. 4
2.4. Faktor Risiko ...................................................................................... 4
2.5. Kriteria .............................................................................................. 6
2.6. Pathway .............................................................................................. 7
2.7. Komplikasi ........................................................................................ 9
2.8. Rencana Asuhan keperawatan ........................................................... 9

BAB III KESIMPULAN


3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 13
3.2. Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner


di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau
diperkirakan sekitar 2.650.340 orang. Berdasarkan diagnosis dokter,
estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%), sedangkan Provinsi
Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak
1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala, estimasi jumlah
penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita
paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690
orang (1,2%).

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penyusunan makalah ini yaitu

1. Bagaimana etiologi CAD-ACS?


2. Bagaima manifestasi klinis pada CAD-ACS?
3. Bagaimana pathway CAD-ACS?
4. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien CAD-ACS?

1
1.3. Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk

1. Mengetahui etiologi CAD-ACS.


2. Mengetahui manifestasi klinis pada CAD-ACS.
3. Mengetahui pathway CAD-ACS.
4. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien CAD-ACS.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Dalam Anies (2016: 245) Coronary Artery Disease (CAD) atau sering
disebut penyakit jantung koroner adalah penyempitan pembuluh darah kecil
yang memasok darah dan oksigen ke jantung. Ini disebabkan oleh
pembentukan plak di dinding arteri, dikenal pula sebagai pengerasan arteri.
Jika dibiarkan tidak diperiksa, penyakit jantung koroner dapat menyebabkan
serangan jantung bahkan kematian.

Dalam Smeltzer terjemahan Devi Yulianti dan Amelia Kimin, (2013:19)


mengatakan Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah kejadian kegawatan
pada pembuluh darah koroner. ACS adalah suatu fase akut dari angina
pectoris yang disertai infark miocard akut yang terjadi karena adanya
trombosis akibat dari ruptur plak aterosklerosis yang tak stabil.

2.2 Penyebab

Dalam Anies (2016: 245) Coronary Artery Disease (CAD) mulanya


disebakan oleh penumpukan lemak pada dinding jantung (pembuluh koroner)
dan hal ini lama-kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan
jaringan ikat, penkapuran dan pembekuan darah. Kesemuanya akan
mempersempit atau menyumbat pemuluh darah tersebut yang mengakibatkan
otot jantung di daerah tersebut mengalami kekuranan aliran darah dan dapat
menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius misalnya angina pektoris
(nyeri dada) sampai kematian jaringan yang dapat menyebabkan kematian
mendadak.

3
Acute Coronary Syndrome (ACS) disebabkan oleh obstruksi koroner
tiba-tiba karena pembentukan thrombus akibat plak aterosklerotik yang
ruptur atau mengalami ulserasi, maka terjadi sindrom koroner akut.

2.3 Manifestasi Klinis

1. Frekuensi jantung dan pernapasan dapat meningkat.


2. Nyeri dada (angina pektoris)
3. Napas terengah-engah
4. Keletihan setelah kegiatan fisik
5. Merasa berat
6. Jantung terasa seperti diremas

2.4 Faktor Risiko

Faktor risiko yang mencetuskan PJK dapat dikelompokkan dalam dua


kategori:

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dalam Black dan Hawks
(2014: 81-82)
1 Keturunan (termasuk ras) anak- anak dari orang tua yang memiliki
penyakit jantung memiliki risiko PJK yang lebih tinggi.
Peninkatan risiko ini terkait dengan predisposisi genetik pada
hipertensi, peningkatan lemak darah, diabetes, dan obesitas yang
meningkatkan risiko PJK
2 Pertambahan usia. Usia memengaruhi risiko dan keparahan PJK.
PJK simtomatis tampaknya lebih banyak pada orang berusia lebih
dari 40 tahun, dan 4 dari 5 orang meninggal karena PJK berusia 65
tahun atau lebih.
3 Jenis kelamin, pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami
serangan jantung pada usia yang lebih muda, risiko pada wanita
meningkat signifikan pada masa menopause, sehingga angka PJK

4
pada wanita setelah menopause dua atau tiga kali lipat pada usia
yang sama sebelum menopause
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
1 Merokok
Dalam Black dan Hawks (2014: 82) merokok memperbesar risiko
menjadi tiga kali lipat untuk mengalami penyakit jantung pada
wanita dan dua kali lipat pada pria. Merokok juga meningkatkan
risiko kematian akibat serangan jantung hingga dua dan empat kali
lipat risiko kematian mendadak. Perokok pasif juga memiliki
angka kematian akibat PJK yang lebih tinggi. Risiko PJK menurun
50% pada 1 tahun detelah berhenti merokok, selanjutnya risiko
akan menurun lebih lanjut dalam 5 sampai 10 tahun berhenti
merokok.
2 Hipertensi
Dalam Black dan Hawks (2014: 83) tekanan darah tinggi
meningkatkan beban kerja jantung dengan meningkatkan afterload,
memperbesar dan melemahkan ventrikel kiri dari waktu ke waktu
3 Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup panting
karena termasuk faktor resiko utama PJK. Kadar kolesterol darah
dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari yang masuk dalam
tubuh (diet), hiperkolesterol akan menimbulkan pengendapan pada
arteri yang pada akhirnya akan mengakibatkan penyempitan arteri.
(Bachrudin dan Najib, 2016: 17)
4 Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki-
laki dan > 21 % pada perempuan. Obesitas sering didapatkan
bersama-sama dengan hipertensi, Diabetus Millitus, dan
hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol dan LDL kolesterol. (Bachrudin dan Najib, 2016: 17)
5 Diabetus Millitus,
Pasien diabetes militus akan menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah yaitu atherioskelerosis baik total atau sebagian

5
sehingga aliran darah ke jantung mengalami penurunan.
(Bachrudin dan Najib, 2016: 17)
6 Exercise/Latihan dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
memperbaiki kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat
dikurangi. Exercise juga bermanfaat bagi fungsi paru dan
pemberian O2 ke miokard, Menurunkan Berat Badan sehingga
lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama dengan
menurunkan LDL kolesterol. Membantu menurunkan tekanan
darah dan Meningkatkan kesegaran jasmani. (Bachrudin dan
Najib, 2016: 17)

2.5 Kriteria

Dalam Bachrudin dan Najib (2016: 18) Kriteria penyakit jantung


berdasarkan keluhan, hasil rekaman EKG dan laboratorium darah

Keadaan Hasil Pemeriksaan


Pembagian Pembuluh
Keluhan EKG Laboratorium
Darah Jantung
Angina Penyempitan Nyeri dada normal CPK-CKMB,
pektoris sementara yang Troponin T,
menjalar ke SGOT
lengan kiri Normal
Iskhemik Penyempitan Nyeri dada Adanya CPK-CKMB,
miokard sebagian yang ST Troponin T,
infark menjalar ke depresi SGOT
lengan kiri Normal
Atau naik
Infark Penyempitan Nyeri dada Adanya CPK-CKMB,
miokard total yang ST Troponin T,
menjalar ke elevasi SGOT Naik
lengan kiri

6
2.6 Pathway

Diunduh dari https://samoke2012.files.wordpress.com/2015/10/askep-


pjk.pdf pada 14 September 2018 pukul 08.00 WIB

7
8
2.7 Komplikasi

a. Disfungsi ventricular
b. Aritmia pasca STEMI
c. Gangguan hemodinamik
d. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa
Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil
e. Takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel
f. Syok kardiogenik
g. Gagal jantung kongestif
h. Perikarditis
i. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11 ).

2.8 Rencana Asuhan keperawatan

a. Pengkajian
1 identitas
a) identias pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, status, pendidikan, pekerjaan, alamat, no
rekam medik, diagnosa medis
b) identitas penanggung jawab meliputi nama, tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, agama, status, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien
2 riwayat kesehatan meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga
3 pola kesehatan fungsional (Gordon) meliputi pola persepsi-
pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat
dan tidur, pola personal hygine, pola aktivitas, pola kognitif dan
persepsi, pola konsep diri, pola hubungan dan peran, pola seksual
dan reproduksi, pola koping terhadap stres, dan pola keyakinan
dan kepercayaan

9
4 pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum berupa keadaan
umum dan kesadaran umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head
to toe
5 pemeriksaan penunjang

b. Diagnosa dan Intervensi


Dalam Bachrudin dan Najib (2016: 20) diagnosa yang mungkin
muncul
1 Nyeri dada (akut) b.d iskhemia otot sekunder terhadap
sumbatanarteri koroner.
Tujuan : klien dapat menunjukkan nyeri dada berkurang atau
hilang baik dalam frekuensi-durasi atau beratnya, kadar
Troponin T dan CKMB dalam atas normal, EKG tidak ada ST
elevasi-depresi dan T inverted.
Intervensi :
a Anjurkan klien untuk memberitahukan perawat dengan
cepat bila terjadi nyeri dada.
b Kaji dan catat respon pasien atau efek obat.
c Observasi gejala yang berhubungan dispnea, mual/muntah,
pusing, palpitasi, keringat dingin.
d Evaluasi laporan nyeri pada dada yang menjalar.
e Berikan klien untuk istirahat total selama periode angina.
f Bantu teknik relaksasi misal nafas panjang dan perlahan
g Pantau tanda vital setiap 5 menit selama serangan angina
dan 1jam bila tidak terjadi serangan.
h Kolaborasi: pemberian O2, Nitrogliserin, beta bloker,
morfin sulfat.
2 Penurunan curah jantung b.d infark otot jantung.
Tujuan : Klien dapat menunjukkan tanda-tanda stabilitas
hemodinamik BP : 120-140/80-90 mmHg, HR 80-90/menit, RR
12-20/menit, urin 1-1,5 cc/Kg BB/jam, tidak adanya disritmia.

10
Intervensi :
a Auskultasi bunyi nafas, bunyi jantung, irama jantung, ukur
tanda-tanda vital, produksi urin tiap jam.
b Kolaborasi:
- berikan oksigen sesuai indikasi.
- pertahankan iv line
- Kaji EKG serial.
- Pantau data laboratorium : GDA (gula darah acak)
- Berikan obat-obat anti infark.
3 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai O2 miokard
dengan kebutuhan
Tujuan : klien dapat menunjukkan toleransi aktivitas yang dapat
didukung oleh tAnda vital BP : 120-140/80-90 mmHg, HR 80-
90/menit, RR 12-20/menit, kulit kering-hangat.
Intervensi :
a batasi pengunjung.
b Catat frekwensi, irama jantung, PB sebelum, selama,
sesudah aktivitas.
c Bantu kebutuhan klien sebatas kemampuan.
d Hindari peningkatan manuver valsava.
e Kolaborasi dengan rehabilitasi medik.
4 Ansietas b.d perubahan kesehatan dan status sosial ekonomi
Tujuan : klien dapat menunjukkan adanya mengenal perasaan
dan mengidentifikasi penyabab ansietasnya, menyatakan
penurunan kecemasan, mengeidentifikasi sumber secara tepat.
Intervensi :
a Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman.
Dorong mengekspresikan perasaannya.
b Kaji tanda verbal/non verbal kecemasan. Terima tetapi
jangan diberi penguatan terhadap penggunaan penolakan.

11
c Orientasikan pasien/orang terdekat terhadap prosedur rutin
dan aktivitas yang diharapkan. Tingkatkan partisipasi bila
memungkinkan.
d Dorong klien untuk mengkomunikasikan masalah dengan
seseorang, berbagi masalah.
e Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat.
f Kolaborasi anticemas.
5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi kesehatan b.d
kurangnya informasi tentang penyakit jantung
Tujuan: klien dapat menyatakan pemahaman tentang penyakit
jantung sendiri, rencana pengobatan, mengidentifikasi/
merencanakan perubahan pola hidup yang perlu.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien.
b. Berikan informasi dalam bentuk belajar yang bervariasi
contoh memakai leaflet
c. Tekankan pentingnya mengikuti perawatan dan
mengidentifikasi sumber di masyarakat.
d. Berikan tekanan pentingnya menghubungi dokter bila nyeri
dada.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Coronary Artery Disease (CAD)adalah penyempitan pembuluh darah
kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung yang mulanya disebakan
oleh penumpukan lemak pada dinding jantung (pembuluh koroner) dan hal
ini lama-kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan
ikat, penkapuran dan pembekuan darah.
Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah kejadian kegawatan pada
pembuluh darah koronerdisebabkan oleh obstruksi koroner tiba-tiba karena
pembentukan thrombus akibat plak aterosklerotik yang ruptur atau
mengalami ulserasi, maka terjadi sindrom koroner akut.

3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat menambah
ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan penulis kepada
pembaca semua agar bersedia memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2016. Ensiklopedia Penyakit. Daerah Istimewa Yogyakarta: PT Kanisius

Bachrudin, M dan Moh. Najib. 2016. Modul Ajar Cetak Keperawatan:


Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan Badan
Pengenmbangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Black, J. M., Hawks, J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen


Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika

Brunner & Suddarth ; alih bahasa, Devi Yulianti, Amelia Kimin. 2013.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG

Pusdatin. 2013. Info DATIN Jantung. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

14

Anda mungkin juga menyukai