Anda di halaman 1dari 28

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT PEMBULUH DARAH

(ATEROSKLEROSIS)

OLEH:

KELOMPOK IV

RINDI SAPUTRI 218 240 019

RIA ANGGARAENA 218 240 053

NUR FADHILAH B. GANI 218 240 075

AYU LESTARI 218 240 070

ELVANTRI 218 240 017

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami,
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan oleh dosen pembimbing ibu Henni
Kumala Dewi H, SKM M. Kes dengan mata kuliah Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Adapun tugas makalah ini yang berjudul “ EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT PEMBULUH DARAH (ATEROSKLEROSIS) ”.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
banyak kekurangn dari makalah ini, baik dari segi penyusunan bahasa maupun
segi lainnya, tetapi kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Untuk itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................2

1.3 TUJUAN.........................................................................................................2

1.4 MANFAAT....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Definisi Penyakit Aterosklerosis....................................................................4

2.2 Klasifikasi Penyakit Aterosklerosis................................................................5

2.3 Signifikansi Penyakit Aterosklerosis..............................................................6

2.4 Patofisiologi Penyakit Aterosklerosis............................................................7

2.5 Kelompok Risiko Tinggi Penyakit Aterosklerosis.........................................9

2.6 Distribusi Geografi Penyakit Aterosklerosis................................................11

2.7 Trend Waktu Penyakit Aterosklerosis..........................................................12

2.8 Faktor Risiko Penyakit Aterosklerosis.........................................................13

2.9 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Aterosklerosis...............................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................20

3.1 KESIMPULAN............................................................................................20

3.2 SARAN........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Aterosklerosis adalah suatu perubahan yang ditandai dengan adanya


penebalan dinding pembuluh arteri karena adanya penumpukan kolestrol di
tunika intima pembuluh darah. Ateroskelerosis memiliki prevalensi 36,2%
sebagai pemicu penyakit kardiovaskuler. Pada tahun 2008, diperkirakan 17,3
juta kematian disebabkan penyakit kardiovaskuler.1

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia,


salah satunya adalah komplikasi aterosklerosis di arteri koroner. Di Amerika
Serikat (1998) persentase kematian akibat penyakit kardiovaskuler
menempatkan penyakit jantung koroner sebagai penyebab kematian terbanyak
sebesar 48%. Penyakit ini merupakan problem kesehatan utama di negara
maju. World Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 7 juta orang
meninggal akibat Aterosklerosis dan penyakit jantung di seluruh dunia pada
tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada
tahun 2020.2

Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung dan


pembuluh darah (aterosklerosis) dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan
ke-8 tahun 1986. Prevalensi Aterosklerosis dan jantung koroner berdasarkan
wawancara terdiagnosis dokter tertinggi di Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti
Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Aceh masing-masing 0,7 %. Sementara
prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa
Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan
(2,9%), dan Sulawesi Barat (2,6%) (Depkes RI, 2013).3

Dari prevalensi berdasarkan wawancara terdiagnosis dokter dan


terdiagnosis dokter, Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama

1
dan kedua. Salah satu rumah sakit yang berada di Provinsi Sulawesi dan
menjadi rujukan utama adalah RSUD Undata Palu. Selain itu, hasil data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2013 memperlihatkan bahwa
prevalensi Aterosklerosis cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan
dibandingkan perdesaan serta lebih dominan terjadi pada kelompok penduduk
usia produktif (45-60 tahun).3

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang penyakit pembuluh darah (aterosklerosis)
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud penyakit Aterosklerosis ?
2. Bagaimana klasifikasi penyakit Aterosklerosis ?
3. Bagaimana signifikansi penyakit Aterosklerosis ?
4. Bagaimana patofisiologis penyakit Aterosklerosis ?
5. Bagaimana kelompok risti penyakit Aterosklerosis ?
6. Bagaimana distribusi geografi penyakit Aterosklerosis ?
7. Bagaimana tren waktu penyakit Aterosklerosis ?
8. Apakah faktor risiko penyakit Aterosklerosis ?
9. Bagaiamana pencegahan dan pengendalian penyakit Aterosklerosis ?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
makalah tentang penyakit pembuluh darah (aterosklerosis) ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui yang dimaksud penyakit Aterosklerosis
2. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit Aterosklerosis
3. Untuk mengetahui signifikansi penyakit Aterosklerosis
4. Untuk mengetahui patofisiologis penyakit Aterosklerosis
5. Untuk mengetahui kelompok risti penyakit Aterosklerosis
6. Untuk mengetahui distribusi geografi penyakit Aterosklerosis
7. Untuk mengetahui tren waktu penyakit Aterosklerosis

2
8. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit Aterosklerosis
9. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian penyakit Aterosklerosis

1.4 MANFAAT
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai
penyakit Pembuluh darah (Aterosklerosis).
2. Bagi Masyarakat
Memberi informasi serta meningkatkan kesadaran masyarakat
mengenai Faktor risiko dan cara pencegahan penyakit pembuluh darah
(Aterosklerosis) sehingga kedepannya dapat diberi pengendalian dengan
cara yang tepat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk menambah bahan bacaan bagi mahasiswa Jurusan Kesehatan
Masyarakat tentang penyakit Pembuluh darah (Aterosklerosis).

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Aterosklerosis

Aterosklerosis adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah


arteri akibat penumpukan lemak atau plak pada dinding pembuluh darah.
Arteri adalah pembuluh darah pembawa oksigen dan nutrisi dari jantung ke
seluruh tubuh. Tersumbatnya arteri akibat penumpukan plak kolesterol akan
menghambat aliran darah ke organ-organ tubuh. Pengerasan arteri ini
disebabkan oleh adanya pusat nekrosis yang berisi sel-sel busa, kolesterol
kristal, kalsium, dan dikelilingi oleh kapsula fibrosa (fibrous cap) yang berisi
sel-sel otot polos, makrofag, sel busa, limfosit, kolagen, elastin, proteoglikan,
dan neovaskulerisasi.1

Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi sehingga di dapatkan


pembuluh arteri yang kaku. Hal tersebut secara patofisiologi melibatkan lipid,
thrombosis, dinding vaskuler dan sel-sel imun. Umumnya aterosklerosis
diawali dengan disfungsi endotel dan inflamasi. Keadaan tersebut
menyebabkan endotel vaskular secara homeostasis mengeluarkan zat-zat
yang dapat menyebabkan penggumpalan (clotting) atau anti penggumpalan
(anti clotting). Keluarnya zat-zat tersebut disebabkan oleh karena faktor
pelindung dari endotel yang telah rusak. Pelindung tersebut adalah nitrogen
monoksida (NO), bahan antiaterogenik yang utama dihasilkan oleh endotel.4

Banyak bukti yang mengatakan bahwa aterosklerosis merupakan suatu


proses inflamasi kronis dan senyawa inflamasi seperti CRP dapat digunakan
sebagai pengukur resiko kardiovaskular secara global. Aterosklerosis
merupakan sebuah proses inflamasi aktif dan diperantarai oleh sistem imun
yang dimana proses inflamasi sistemik dan mekanisme sistem imun (antibodi

4
yang beredar, kompleks imun, dan produk yang dihasilkan oleh aktifasi
sistem imun) memainkan peran dalam mempercepat proses patologi.4

Lesi aterosklerotik adalah bentukan asimetris penebalan lapisan paling


dalam dari pembuluh darah arteri. Yang terdiri dari sel-sel, elemen jaringan
ikat dan debris. Faktor inflamasi yang berasal dari darah dan sel-sel imun
merupakan bagian penting dari pembentukan atheroma, sisanya merupakan
kerja dari sel endothelial vaskuler dan sel otot polos.5

2.2 Klasifikasi Penyakit Aterosklerosis

Aterosklerosis dapat mengenai semua pembuluh darah sedang dan


besar, namun yang paling sering adalah aorta, pembuluh koroner, dan
pembuluh darah otak, sehingga infark miokard dan infark otak merupakan dua
akibat utama proses ini. Proses aterosklerosis dimulai sejak usia muda
berjalan perlahan dan jika tidak terdapat factor risiko yang mempercepat
proses ini, aterosklerosis tidak akan muncul sebagai penyakit sampai usia
pertengahan atau lebih. Aterosklerosis merupakan penyakit sampai usia
pertengahan atau lebih. Lesi utamanya berbentuk plak menonjol pada tunika
intima yang mempunyai inti berupa lemak (terutama kolesterol dan ester
kolesterol) dan ditutupi oleh fibrous cap.2

1) Lesi aterosklerosis
Lesi aterosklerosis awal berupa fatty streak (Lapisan Lemak).
Fatty streak adalah area yang berwarna kuning pada pembuluh darah
arteri, membentuk bercak < 1 mm atau garis selebar 1-2 mm dan panjang
mencapai 1mm. Secara mikroskopis fatty streak merupakan akumulasi
suben dotelial dari sel yang dipenuhi lipid intra sel yang memberi
gambaran berbusa sebagai foam cell’s. Foam cell’s berasal dari makro fag
yang telah menelan lemak, walaupun beberapa berasal dari otot polos

5
(smooth muscle). Lesi ini tidak bermakna secara klinis, namun fatty streak
adalah precusor untuk terjadinya plak fibrosa yang lebih membahayakan.6
2) Plak fibrosa
Plak fibrosa adalah lesi patologis aterosklerosis yang paling
berbahaya karena memiliki bentuk yang tegas, pucat atau abu-abu yang
menebal dapat menonjol ke lumen arteri. Jika plak membesar dapat
menyebabkan turunnya aliran darah. Secara mikroskopis, perubahan arteri
banyak terjadi di tunika intima, dimana terjadi akumulasi monosit,
limposit, foam cell’s dan jaringan ikat. Pada beberapa lesi, inti nekrosis
dari sel debris, foam cells dan kristal kolesterol dapat terlihat. Plak fibrosa
tidak terdistribusi homogen diseluruh pembuluh darah, terbanyak di aorta
abdominalis, arteri koroner, arteri poplitea, aorta torasikus desenden,
arteri karotis interna, dan pembuluh darah sircullus willisi di otak.6

Di dalam klinik yang penting adalah komplikasi yang dapat membatasi


aliran darah atau mempengaruhi integritas dinding pembuluh darah, seperti
hal-hal berikut:

1. Kalsifikasi plak fibrosa menyebabkan pipe like rigiditas dinding pembuluh


darah yang meningkatkan flagilita
2. Jika plak bercelah atau berulcerasi, terjadi pembentukan super
imposemateri trombus pada tempat tersebut. Trombus dapat menyumbat
lumen pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan myokard infark atau
stroke.
3. Pada pembuluh darah besar seperti aorta, fragmen trombus dapat
terdorong dan embolisasi ke pembuluh darah perifer.
4. Perdarahan ke plak dapat disebabkan rupturnya lapisan endotel yang
menutupinya atau kapiler kecil yang memvascularisasi plak sehingga
beberapa hematome dapat mempersempit pembuluh darah. Plak fibrosa
dapat menyebabkan atrofi dan menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh
darah.5

6
2.3 Signifikansi Penyakit Aterosklerosis

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian utama


di Dunia. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2008
terjadi 57 juta kematian diseluruh dunia, dan 63% dari jumlah kematian
tersebut disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM). Salah satu PTM
yang menjadi penyebab utama kematian adalah penyakit jantung dan
pembuluh darah (Aterosklerosis). Pada tahun 2008 jumlah kematian akibat
penyakit jantung dan pembuluh darah (Ateroskerosis) sebesar 17,1 juta atau
48% dari seluruh kematian di Dunia.3

WHO memperkirakan kematian yang disebabkan penyakit jantung dan


pembuluh darah (Aterosklerosis) diseluruh dunia akan bertambah menjadi 25
juta pada tahun 2030. Salah satu jenis penyakit jantung dan pembuluh darah
yang saat ini menjadi penyebab utama kematian nomor satu adalah Penyakit
Jantung Koroner dan Aterosklerosis.3

Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Ateroskerosis di Negara


berkembang termasuk Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang
cukup tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007 signifikansi PJK dan Ateroskerosis di Indonesia
sebesar 7,2%. Pada tahun 2010 signifikansi PJK dan Aterosklerosis
mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,95% berdasarkan Indeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), penyakit tersebut mengalami
peningkatan sebesar 2,77% hanya dalam kurun waktu 3 tahun.7

Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun (2011)


menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penderita Ateroskeloris dan penyakit
jantung korener yang cukup signifikan dari 2,67% atau sekitar 284 juta jiwa
menjadi 2,8% atau 371 juta jiwa dengan penderita rata-rata berusia diatas 35

7
tahun 55% laki-laki, 5,6% dengan riwayat merokok, 2,6% dengan hipertensi,
dan 1,8% dengan riwayat kesehatan dimana kepatuhan rata-rata pasien pada
terapi jangka panjang hanya mencapai 40% - 50% dari jumlah penderita.3
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDES) pada tahun 2012 jumlah
penderita penyakit jantung koroner di Indonesia mencapai 2% atau sekitar 3
juta jiwa dan mengalami peningkatan pada riset serupa tahun 2015 yaitu 2,4%
atau sekitar 3,5 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sekitar 246.900.000
jiwa dan dari 3,5 juta jiwa baru sekitar 30% yang melakukan pengobatan
disertai pola hidup sehat.8

2.4 Patofisiologi Penyakit Aterosklerosis

Arterosklerosis merupakan sekumpulan kompleks yang melibatkan


darah dan kandungan materi didalamnya, endotel vaskular dan vasa vasorum.
Daerah yang sering terjadi yaitu di daerah aorta dan arteri koronaria.
Prosesnya diawali dengan perubahan kolestrol LDL yang mengalami oksidasi
menjadi LDL yang teroksidasi (Ox LDL). Kemudian hal tersebut akan
semakin beresiko jika pada pembuluh darah terdapat kemungkinan kerusakan
dari nitrogen monoksida (NO) yang berfungsi untuk melindungi dinding
endotel pembuluh darah dari bahan-bahan yang beresiko menempel dan
membentuk trombus seperti Ox LDL, trombosit dan monosit yang berubah
menjadi makrofag. Jika terdapat kerusakan, maka endotel dapat menjadi aktif
dan mengalami gangguan fungsi kemudian dapat terjadi deendotelisasi
dengan atau tanpa disertai proses adesi trombosit.5

Berdasarkan ukuran dan konsentrasinya, molekul plasma dan molekul


lain lipoprotein bisa melakukan ekstravasasi melalui endotel yang rusak dan
masuk melalui ruang sub endotelial. Ox LDL yang tertahan akan berubah
menjadi bersifat sitotoksik, proinflamasi, khemotaktik dan proaterogenik.
Karena keadaan tersebut, endotel sulit untuk menghasilkan NO sebagai
pelindung serta fungsi dilatasi pun berkurang. NO yang berkurang juga

8
mengakibatkan keluarnya sel-sel adesi (Vascular Cell Adhesion Molecule-1,
Intercelular Adhesion Molecule-1, E selectin, P selectin) dan menangkap
monosit dan sel T. Kemudian monosit tersebut melewati endotel memasuki
lapisan intima dinding pembuluh dan berdiferensiasi menjadi makrofag yang
selanjutnya mencerna tumpukan Ox LDL dan berubah menjadi sel busa (foam
cell).5

Foam cell macrophage kemudian menjadi satu pada pembuluh darah


dan membentuk fatty streak yang nampak. Jika dibiarkan terus menerus, fatty
streak akan bertambah besar seiring berjalannya waktu bersamaan dengan
berproliferasinya jaringan ikat fibrosa dan jaringan otot polos disekitarnya
sehingga membentuk plak yang makin lama makin membesar. Plak yang
membesar menonjol kearah dalam lumen arteri sehingga mengurangi aliran
darah menyebabkan timbunan sejumlah besar jaringan ikat padat dan arteri
pun menjadi lebih kaku dan tidak lentur. Selanjutnya, garam kalsium
seringkali mengendap bersamaan dengan kolesterol dan lipid yang lain
sehingga menyebabkan arteri mengeras akibat kalsifikasi.5

Dinding plak akan mengalami degenerasi sehingga mudah sekali untuk


robek. Pada robekan tersebut memungkinkan untuk trombosit menempel pada
permukaan tersebut sehingga dapat membentuk suatu bekuan darah dan
sewaktu-waktu dapat menyumbat aliran darah sehingga aliran darah dapat
terhenti secara tiba-tiba.5

Patogenesis aterosklerosis (aterogenesis) dimulai ketika terjadi jejas


akibat berbagai faktor risiko dalam berbagai intensitas dan lama paparan yang
berbeda pada endotel arteri, sehingga mengaktivasi atau menimbulkan
disfungsi endotel. Paparan jejas pada endotel, memicu berbagai mekanisme
yang menginduksi dan mempromosi lesi aterosklerotik, yaitu mekanisme:
1. Untuk menghasilkan efek sitopatik pada sel endotel dan miosit

9
2. Pembentukan toksin yang bersirkulasi atau kompleks imun yang
berdeposit pada dinding pembuluh darah
3. Untuk menimbulkan respon inflamasi
4. Untuk menginduksi perubahan prostaglandin serum dan metabolisme
lipid, atau untuk menimbulkan keadaan hiperkoagulan yang dapat
meningkatkan risiko trombosis.5

2.5 Kelompok Risiko Tinggi Penyakit Aterosklerosis


 Merokok
Studi epidemiologi mendukung kuat pernyataan bahwa merokok
pada pria dan wanita meningkatkan insiden infark miokard dan penyakit
arteri koroner yang fatal. Bahkan rokok dengan kandungan tar rendah dan
rokok tanpa asap telah menunjukkan peningkatan resiko kejadian
kardiovaskular jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.8
Pada manusia, paparan asap rokok merusak endothelium
dependent vasodilatation (EDV) sehingga menyebabkan terganggunya
fungsi vasodilatasi pembuluh darah. Merokok berperan dalam
meningkatkan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, menurunkan
kemampuan darah mengikat oksigen, menurunkan kapasitas pengangkutan
oksigen ke jantung, dan menimbulkan aterosklerosis pada pembuluh darah
arteri.9
 Hipertensi
Prevalensi penyakit jantung koroner dan aterosklerosis pada yang
hipertensi 5,5%. Responden dengan hipertensi berisiko mengalami
penyakit jantung coroner dan aterosklerosis 10,09 kali (95% CI 8,48-
12,01) dibandingkan dengan yang tidak hipertensi.
Zat-zat yang dihasilkan dari proses oksidasi lipoprotein akibat
hiperlipidemia dan angiotensin II pada pasien hipertensi, merupakan salah
satu resiko pada aterosklerosis. Hal ini merupakan stimulus awal
perekrutan sel-sel inflamasi pada lesi yang mungkin ada akibat

10
pengeluaran sitokin oleh sel dinding vaskular lokal yang juga
mengeluarkan molekul adesi dan molekul chemoattractant.9
Hipertensi tidak terkontrol cenderung mengakibatkan komplikasi
lain seperti stroke, ateroslerosis, aneurisma, sindroma metabolik, penyakit
ginjal. Penyakit jantung koroner juga mempunyai komplikasi-komplikasi
tersendibri seperti aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokardial, dan
kematian. Ini berarti pasien penyakit jantung koroner yang disertai
hipertensi harus diberi perhatian yang lebih baik karena pasien ini
mendapat komplikasi dari kedua penyakit tersebut.10
 Diabetes mellitus
Orang dengan diabetes cenderung lebih cepat mengalami
degenerasi jaringan dan disfungsi dari endotel sehingga timbul proses
penebalan membrane basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri
koronaria sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Dengan
adanya resistensi glukosa, maka glukosa dalam darah akan meningkat dan
hal ini akan meningkatkan kekentalan darah. Kecenderungan untuk
terjadinya aterosklerosis pun meningkat dan dapat mengakibatkan
terjadinya penyakit jantung koroner.10
 Obesitas
Adanya hasil yang signifikan antara orang yang obesitas dengan
penyakit jantung coroner dan pembuluh darah adalah karena obesitas dapat
meningkatkan tekanan darah, kadar trigliserida, kolesterol, resistensi
glukosa, serta penggumpalan darah. Peningkatan tekanan darah membuat
pembuluh darah rentan untuk mengalami penebalan dan penyempitan. hal
ini dapat menyebabkan sesorang terkena Aterosklerosis.11
 Gangguan mental emosional
Penelitian menunjukkan bahwa pada sebagian orang, yakni mereka
yang depresi dan terisolasi secara sosial, atau mereka yang tidak memiliki
dukungan sosial yang berkualitas, berisiko tinggi terkena penyakit jantung
coroner dan Aterosklerosis. Stress berhubungan dengan aliran darah lokal
yaitu aliran darah relatif lambat tetapi mengalami oksilasi cepat yang dapat

11
menyebabkan terjadinya kerusakan dan berlanjut pada disfungsi endotel
yang merupakan cikal bakal aterosklerosis.11

2.6 Distribusi Geografi Penyakit Aterosklerosis

Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan pembuluh darah (Aterosklerosis)


menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dan menjadi masalah
kesehatan yang dihadapi berbagai negara di dunia, baik negara maju atau
negara berkembang. Oleh karena itu, PJK dan Aterosklerosis merupakan
salah satu penyakit yang menjadi global burden disease. Di Amerika Serikat
diperkirakan lebih dari 500.000 orang meninggal karena PJK. Sedangkan di
Eropa diperkirakan 20.000-40.000 orang per satu juta jiwa menderita
penyakit tersebut. Diperkirakan 1,9 milyar manusia atau 1/3 penduduk dunia
mengalami penyakit ini (WHO 2007). Selain itu, hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS 2013) memperlihatkan bahwa prevalensi Aterosklerosis
cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan perdesaan serta
lebih dominan terjadi pada kelompok penduduk usia produktif (45-60 tahun).3

Kematian “dini” yang disebabkan oleh penyakit jantung dan


Aterosklerosis terjadi berkisar 4% di negara berpenghasilan tinggi sampai
dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah. Berdasarkan wawancara
terdiagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun
2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, dan berdasarkan
terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar
2.650.340 orang (Kemenkes RI, 2014).7

Prevalensi Aterosklerosis dan jantung koroner berdasarkan wawancara


terdiagnosis dokter tertinggi di Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi
Utara, DKI Jakarta, dan Aceh masing-masing 0,7 %. Sementara prevalensi
jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara
Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan

12
Sulawesi Barat (2,6%) (Depkes RI, 2013). Dari prevalensi berdasarkan
wawancara terdiagnosis dokter dan terdiagnosis dokter, Provinsi Sulawesi
Tengah menduduki peringkat pertama dan kedua. Salah satu rumah sakit yang
berada di Provinsi Sulawesi dan menjadi rujukan utama adalah RSUD Undata
Palu.10

2.7 Trend Waktu Penyakit Aterosklerosis

Penyakit ini merupakan problem kesehatan utama di negara maju.


World Health Organization (WHO) mencatat lebih dari 7 juta orang
meninggal akibat Aterosklerosis dan penyakit jantung di seluruh dunia pada
tahun 2002. Angka ini diperkirakan meningkat hingga 11 juta orang pada
tahun 2020.12

Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian penyakit jantung dan


pembuluh darah (aterosklerosis) dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan
ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap menduduki peringkat
ke-3. Meski belum ada data epidemiologis pasti, angka
kesakitan/kematiannya terlihat cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan
Nasional tahun 2001 menunjukkan tiga dari 1.000 penduduk Indonesia
menderita Aterosklerosis dan penyakit jantung kotoner.2

Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut
disebabkan oleh penyakit jantung coroner dan pembuluh darah. Diperkirakan
angka tersebut akan meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030. Menurut
data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, penyakit
Aterosklerosis dan penyakit jantung koroner masih menjadi penyebab
kematian nomor satu di dunia yakni sebesar 13,2% atau diperkirakan 105
kematian per 100,000 populasi.3

13
Menurut data Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE),
sekitar 38% dari kasus Aterosklerosis. Europea Registry di Sweden
melaporkan bahwa pada tahun 2015, tingkat kejadian Aterosklerosis adalah
58 per 100,000 per tahun. Sedangkan di negara-negara Eropa lainnya, tingkat
kejadian Aterosklerosis berkisar dari 43 sampai 144 per 100,000 per tahun.8

2.8 Faktor Risiko Penyakit Aterosklerosis


Pada dasarnya, aterosklerosis adalah penimbunan lipid di dalam tunika
intima pembuluh darah. Penyebab yang pasti belum diketahui namun ada
sejumlah faktor resiko yang memungkinkan terjadinya aterosklerosis.

1. Faktor risiko mayor


a. Yang tidak dimodifikasi
 Faktor Umur
Aterosklerosis merupakan penyakit yang mengikuti
pertambahan umur dan seluruh faktor-faktor yang menyertainya,
umur mempunyai hubungan yang kuat. Fatty streak muncul di aorta
pada akhir dekade awal umur seseorang dan terdapat progresi
pengerasan dari aterosklerosis pada sebagian besar arteri dengan
bertambahnya umur. Sehubungan dengan konsep terkini patogenesis
aterosklerosis, terdapat respon inflamasi fibroproliferatif terhadap
suatu injur dalam proses degeneratif yang berhubungan dengan usia.
Risiko aterosklerosis meningkat setelah usia 45 pada pria dan setelah
usia 55 tahun pada wanita. Perempuan dengan umur 65 tahun atau
lebih tua memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang sama dengan
laki-laki dari usia yang sama.13
 Faktor jenis kelamin
Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada
perempuan, namun perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol
pada dekade akhir terutama masa menopause. Hal ini dimungkinkan
karena hormon esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat

14
beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme lemak
pada laki-laki dan perempuan seperti tingginya kadar kolesterol
HDL dan besarnya aktifitas lipoprotein lipase pada perempuan,
namun sejauh ini belum terdapat jawaban yang pasti.13
 Faktor keturunan/Ras
Salah satu penelitian yang dilakukan pada tiga grup ras dalam
satu lokasi didapatkan bahwa komunitas orang-orang kulit hitam
menunjukkan kejadian aterosklerosis lebih rendah dibandingkan
komunitas orang-orang kulit putih atau orang-orang Asia. Hal ini
masih belum cukup menggambarkan bahwa hasil tersebut murni
hanya oleh faktor ras, oleh karena komunitas orang kulit hitam pada
umumnya termasuk kelas sosial yang rendah, menjelaskan
kemungkinan keterlibatan faktor sosial-ekonomi.13
Prevalensi Aterosklerosis dan penyakit jantung korener
penduduk Jepang yang tinggal di Amerika Serikat lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di Jepang, hal ini
menggambarkan adanya pengaruh lingkungan lebih besar dari pada
pengaruh ras. Di antara ras/etnis populasi, prevalensi penyakit
jantung coroner (PJK) dan Aterosklerosis adalah terbesar di antara
Indian Amerika/pribumi Alaska (11,6%), diikuti oleh orang kulit
hitam (6,5%), Hispanik (6,1%), kulit putih (5,8%), dan Asia atau
penduduk asli Hawaii/Kepulauan Pasifik lainnya (3,9%). Untuk ras
dan jenis kelamin pada tahun 2010, prevalensi laki-laki terbesar di
antara American Indian/Alaska Pribumi (14,3%) dan orang kulit
putih (7,7%), dan prevalensi perempuan terbesar di antara prevalensi
American Indian/Alaska Pribumi (8,4%) dan kulit hitam (5,9%).13
b. Yang dapat dimodifikasi
 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lemak (kolesterol,
trigliserida maupun keduanya) dalam darah. Kadar lemak yang
abnormal dalam sirkulasi darah (terutama kolesterol) bisa

15
menyebabkan masalah jangka panjang. Resiko terjadinya
aterosklerosis dan penyakit arteri koroner atau penyakit arteri karotis
meningkat pada seseorang yang memiliki kadar kolesterol total yang
tinggi. Tidak semua kolesterol meningkatkan resiko terjadinya
penyakit jantung. Kolesterol yang dibawa oleh LDL (disebut juga
kolesterol jahat) menyebabkan meningkatnya resiko; kolesterol yang
dibawa oleh HDL (disebut juga kolesterol baik) menyebabkan
menurunnya resiko dan menguntungkan. Idealnya, kadar kolesterol
LDL tidak boleh lebih dari 130 mg/dL dan kadar kolesterol HDL
tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar HDL harus meliputi lebih
dari 25 % dari kadar kolesterol total. Adapun beberapa penyebab
hiperlipidemia menjadi faktor resiko pertama pada kejadian
aterosklerosis:
 Pada pembuluh darah, terdapat bercak yang mengandung kolesterol
dan ester kolesterol, hal ini terbukti berasal dari kolesterol darah.
 Diet yang mengandung banyak kolesterol seperti lemak hewan,
kuning telur, dan butter meningkatkan kolesterol plasma.
Resiko terkena penyakit Aterosklerosis dan penyakit jantung
koroner makin meningkat pada keadaan dimana kolesterol plasma
makin tinggi.8
 Hipertensi
Hipertensi pada penelitian membuktikan bahwa peningkatan
tekanan sistole maupun diastole merangsang pembentukan
aterosklerosis. Hal ini akan meningkatkan resiko aterosklerosis seiring
dengan peningkatan derajat dari hipertensi. Pada individu yang lebih
tua, resiko ini akan bertambah parah dikarenakan kekakuan dari
pembuluh darah pada individu diatas usia 45 tahun.8
 Merokok
Studi epidemiologi mendukung kuat pernyataan bahwa merokok
pada pria dan wanita meningkatkan insiden infark miokard dan
penyakit arteri koroner yang fatal. Bahkan rokok dengan kandungan tar

16
rendah dan rokok tanpa asap telah menunjukkan peningkatan resiko
kejadian kardiovaskular jika dibandingkan dengan orang yang tidak
merokok. Terlebih lagi passive smoking (Paparan rokok terhadap
lingkungan) dengan paparan asap diasosiasikan dengan peningkatan
resiko penyakit kardiovaskular (PKV) sebesar 30%, jika dibandingkan
dengan active smokers yang memiliki faktor resiko sebesar 80%.
Walaupun bukti yang menghubungkan antara paparan asap rokok
dengan PKV, namun mengenai mekanisme yang bertanggung atas hal
ini belum diketahui secara jelas. Asap rokok juga dapat menurunkan
kadar (NO) dalam darah. Selain itu beberapa studi menunjukkan bahwa
asap rokok meningkatkan sekitar 20%-25% kadar leukosit. Dalam
penelitian invivo asap rokok dihubungkan dengan peningkatan kadar
beberapa faktor inflamasi seperti CRP, interleukin-6, dan TNFα.13
 Diabetes militus
Diabetes militus dapan menjadi penyebab terjadinya PJK. Dengan
adanya resistensi glukosa, maka glukosa dalam darah akan meningkat
dan hal ini akan meningkatkan kekentalan darah. Kecenderungan untuk
terjadinya aterosklerosis pun meningkat dan dapat mengakibatkan
terjadinya penyakit jantung koroner.13
 Inflamasi
Inflamasi berkaitan erat dengan aterogenesis melalui aktivasi dan
proliferasi makrofag, sel endotel, dan sel otot polos pembuluh darah.
Pada individu yang sehat, makrofag tersebar di semua jaringan.
Inflamasi umumnya berawal dari cedera endotel yang diakibatkan oleh
suatu mekanisme Vaskular Cell Adhesi Molekul 1 (VCAM-1) sehingga
terdapat banyak di dinding endotel yang cedera atau rusak. Dengan
adanya VCAM-1, maka monosit akan menempel di VCAM-1 kemudian
masuk ke sela endotel yang rusak. Saat itu monosit mengaktifkan
sitokin dan berubah menjadi makrofag.13
 Obesitas

17
Obesitas memicu terjadinya inflamasi tingkat rendah. Stress
oksidative juga ikut berperan penting dalam obesitas terkait dengan
terjadinya efek metabolik yang merugikan. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya disregulasi adiponektin dan inflamasi sehingga terjadinya
disfungsi endotel yang berpengaruh dalam fase awal aterosklerosis.
Pembentukan aterosklerosis berhubungan dengan profil lipid dalam
darah dimana keadaan lemak darah yang dapat ditinjau dari kandungan
total kolesterol dan LDL dalam darah yang tinggi. Hal tersebut akan
memicu awal terbentuknya aterosklerosis.10
2. Faktor risiko minor
 Gangguan mental emosional
Gangguan mental emosional di sini termasuk depresi dan stress.
Stress berhubungan dengan aliran darah lokal yaitu aliran darah relatif
lambat tetapi mengalami oksilasi cepat yang dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan dan berlanjut pada disfungsi endotel yang
merupakan cikal bakal aterosklerosis. Mudah rupturnya plak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: plak yang eksentrik non
kalsifikasi, tipisnya fibrous cap, luasnya plak, jumlah sel radang yang
berinfiltrasi, neovaskularisasi, dan hemodinamik lokal. WHO
memprediksi pada tahun 2030, depresi akan mengakibatkan disabilitas
pada penyakit kronis termasuk penyakit jantung kronis. Depresi
didentifikasi sebagai masalah utama yang berdiri sendiri dan merupakan
faktor risiko mayor penyebab disabilitas pada penyakit kronis. Depresi
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas penyakit seperti kanker,
diabetes, penyakit jantung, dan stroke. Juga termasuk faktor gaya hidup
yang buruk seperti merokok, kurang aktivitas fisik, diet yang salah dan
mekanisme biologis.14
 Aktivitas fisik
Aktivitas fisik juga dapat menghasilkan peningkatan produksi
stress oksidatif yang dapat memicu aterosklerosis. Hal ini menjadikan
efek aktivitas fisik sebagai antiaterogenik menjadi tidak konsisten.

18
Setelah dilakukan penelitian ditemukan bahwa aktivitas fisik yang
memicu aterosklerosis adalah aktivitas fisik respon akut yang biasanya
memiliki durasi 90 sampai 120 menit, sedangkan aktivitas fisik yang
dilakukan secara teratur dalam 8 sampai 12 minggu atau disebut
aktivitas fisik respon kronis akan menekan produksi radikal bebas
sehingga menurunkan risiko aterosklerosis dan memiliki efek
antiaterogenik.14

2.9 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Aterosklerosis


 Pencegahan Penyakit Aterosklerosis
Sebelum menjadi penyakit vaskular yang serius, ada beberapa
tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
aterosklerosis. Hal tersebut ialah:
1) Bertahan dengan berat badan yang ideal, beraktivitas fisik secara
aktif, konsumsi bahan makanan yang mengandung lemak tak jenuh
dan sedikit kolesterol
2) Mengontrol hipertensi dengan melakukan diet yang sehat serta
aktivitas fisik yang rutin bila perlu ditambah dengan obat-obatan anti
hipertensi, serta mengontrol kadar gula darah dengan cara yang sama
3) Menghindari rokok. 9

 Pengendalian Penyakit Aterosklerosis


Cara untuk mengendalikan penyakit Aterosklerosis adalah sebagai
berikut:
1) Menggerakkan dan memerdayakan masyarakat dalam pencegahan
penyakit jantung dan pembuluh darah (Ateroskerosis).
2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini
penyakit jantung dan pembuluh darah (Aterosklerosis).
3) Mengembangkan dan memperkuat system surveilans epidemiologi
faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah
(Aterosklerosis).

19
4) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi penyakit jantung dan
pembuluh darah (Aterosklerosis).
5) melaksanakan supervise/bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah (Aterosklerosis).15

20
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Aterosklerosis adalah perubahan pada dinding arteri yang memiliki


karakteristik akumulasi lipid ekstraseluler, akumulasi leukosit,
terbentuknya foam cell, migrasi dan proliferasi miosit, serta deposit materi
ekstraseluler yang dipicu oleh berbagai patogenesis yang bersifat kronik
progresif, fokal atau difus serta memiliki manifestasi akut maupun kronis
yang memicu penebalan dinding arteri serta kekakuan otot.
2. Proses aterosklerosis dimulai sejak usia muda berjalan perlahan dan jika
tidak terdapat factor risiko yang mempercepat proses ini, aterosklerosis
tidak akan muncul sebagai penyakit sampai usia pertengahan atau lebih.
Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun (2011)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penderita Ateroskeloris dan
penyakit jantung korener yang cukup signifikan dari 2,67% atau sekitar
284 juta jiwa menjadi 2,8% atau 371 juta jiwa.
3. Patogenesis aterosklerosis (aterogenesis) dimulai ketika terjadi jejas akibat
berbagai faktor risiko dalam berbagai intensitas dan lama paparan yang
berbeda pada endotel arteri, sehingga mengaktivasi atau menimbulkan
disfungsi endotel.
4. Kelompok risiko tinggi pada penyakit pembuluh darah (Aterosklerosis)
yaitu: Merokok, Hipertensi, Diabetes mellitus, Obesitas dan Gangguan
mental emosional.
5. Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan pembuluh darah (Aterosklerosis)
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia dan menjadi masalah
kesehatan yang dihadapi berbagai negara di dunia, baik negara maju atau
negara berkembang. Hasil Riskesdas 2013 memperlihatkan bahwa
prevalensi Aterosklerosis cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan
dibandingkan perdesaan.

21
6. Faktor risiko terjadinya penyakit pembuluh darah (Aterosklerosis) terbagi
2 bagian, yaitu faktor mayor dan minor. Faktor mayor (umur, jenis
kelamin, keturunan/ras, hiperlipedemia, hipertensi, merokok, diabetes
mellitus, dan obesitas). Faktor minor (gangguan mental emosional dan
aktivitas fisik).
7. Pencegahan dan pengendalian timbulnya penyakit Aterosklerosis yaitu
dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini
penyakit jantung dan pembuluh darah (Aterosklerosis) serta penerapan
gaya hidup sehat.

3.2 SARAN

1. Untuk mengurangi angka kematian dan angka kesakitan terhadap penyakit


pembuluh darah (Aterosklerosis), pihak pemerintah hendaknya dapat
meningkatkan evaluasi dan monitoring pelayanan kesehatan yang telah
diberikan kepada masyarakat sehingga tujuannya dapat tercapai.
2. Untuk mencegah peningkatan penyakit pembuluh darah (Aterosklerosis)
diperlukan perhatian khusus oleh petugas kesehatan, dalam hal ini petugas
kesehatan memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat
mengenai penyakit pembuluh darah (Aterosklerosis), bagaimana cara
mencegah terjadinya Aterosklerosis, dan bagaimana cara penanggulangan
penyakit tersebut.
3. Untuk semua masyarakat agar lebih memperhatikan kesehatannya dengan
cara menerapkan gaya hidup sehat dan hal lainnya yang dapat mencegah
terjadinya penyakit Aterosklerosis.

22
DAFTAR PUSTAKA
1. Yadi, A., Hernawan, A. D. & Ridha, A. Definisi Penyakit Aterosklerosis.
Kesehat. Masy. 2, 87–102 (2015).

2. Radiah, S. & Haikal, K. Penyaakit Jantung dan Pembuluh Darah


(Aterosklerosis). Kesehat. Masy. 5, 70–78 (2017).

3. Desta, S. & Prijino, S. Distribusi Geografis Penyakit Jantung dan Pembuluh


Darah. Kesehat. Masy. 2, 22–33 (2017).

4. Anwar, S., Ismawati & Zulkifli, M. Hispatologi Arteri Koroner. Kesehat.


Masy. 1, 80–85 (2017).

5. Gloria, I. & Starry, H. Patofisiologi Penyakit Aterosklerosis. Med. dan


Rehabil. 1, 1–8 (2019).

6. Suhartini, A. & Rahmawati, R. Studi Kasus Pasien Penyakit Jantung Koroner.


Gaussian 7, 33–42 (2018).

7. Menteri, K. IDN_D1_KMK No. 854 Cardiovasular Diseases Guideline. 1–32


(2009).

8. Iskandar & Hadi, A. Risiko Tinggi Terjadinya Penyakit Jantung Koroner dan
Pembuluh Darah. AcTion 2, 32–42 (2017).

9. Rahayuningsih, S. E. Prevention Of Atherosclerosis. Public Health 2, 110–


118 (2016).

10. Ibrahim, I. A., Syahrir, S., Adha, A. S. & Sulastri, N. L. Faktor Risiko
Kejadian Sindrom Metabolik di Sulawesi Selatan. Public Heal. Sci. 11, 194–
202 (2019).

11. Nurwidyaningtyas, W., Kholifah, S. & Rahma, A. Kajian Kelompok Risiko


Tinggi Penyakit Kardiovaskuler. Keperawatan Indones. 17, 18–24 (2015).

23
12. Wilda, H. Epidemiologi Penyakit Pembulih Darah. Keperawatan Indones. 5,
111–117 (2016).

13. Ghani, L., Dewi, M., Novriani, H., Penelitian, P. & Daya, S. Faktor Risiko
Dominan Penyakit Jantung Koroner di Indonesia. 153–164 (2016).

14. Berawi, K. N. & Agverianti, T. Efek Aktivitas Fisik pada Proses


Pembentukan Radikal Bebas sebagai Faktor Risiko Aterosklerosis Physical
Activity Effects on Free Radicals Development as Risk Factor of
Atherosclerosis. Public Health 6, 85–90 (2017).

15. Yuliyanasari, N. Pencegahan Penyakit Aterosklerosis. Public Health 2, 34–40


(2016).

24

Anda mungkin juga menyukai