Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah swt yang
senantiasa melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “CORONARY ARTERI DISEASE”.
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
TINJUAN TIORI PENYAKIT CORONARY ARTERY DISEASEL............................................................................1
A. Definisi.............................................................................................................................................1
B. Etiologi.............................................................................................................................................2
C. Tanda dan gejala..............................................................................................................................4
D. Patofisiolgi.......................................................................................................................................5
E. Penatalaksaan..................................................................................................................................9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................................................10
A. Pengkajian asuhan keperawatan...................................................................................................10
B. Diagnosa keperawatan..................................................................................................................14
C. Intervensi keperawatan.................................................................................................................16
D. EVALUASI.......................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................23
TINJUAN TIORI
PENYAKIT CORONARY ARTERY DISEASEL
A. Definisi
1
dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden CAD mencapai nol maka
dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).
Selaras dengan materi KMB 1 yang membahas mengenai oksigenasi. Dalam
klasifikasi penyakit jantung koroner juga terdapat kondisi penyakit jantung koroner yang
berkaitan dengan oksigenasi yaitu Angina pektoris stabil / stable Angina Pectoris, yaitu
penyakit iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
miokard. Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium
melebihi suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomatis (iskemia sunyi),
terutama pada pasien diabetes. Penyakit ini sindrom klinis episodik karena iskemia
miokard transien. Laki – laki merupakan 70 % dari pasien dengan Angina pektoris dan
bahkan sebagian besar menyera
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner,
arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak
mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang
disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya
adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
B. Etiologi
2
terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran
arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis (Hermawatirisa, 2014: hal 2).
Awalnya penyakit jantung di monopoli olh orang tua. Namun, saat ini ada
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien dibawah usia 40 tahun. Hal ini biasa
terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan profesi msyarakat
yang memunculkan “tren penyakit” baru yang bersifat degnaratif. Sejumlah perilaku dan
gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi makanan
sip saji yang mengandung kadar lemak lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkhohol, kerja berlebihan, kurang berolahrga dan stress.(Hermawatirisa, 2014:hal 2)
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan
bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung koroner.
Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang pria
yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi
(bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis ataupun
secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi ketika usia
wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi
diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula
darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh
3
darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi sumbatan
pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap
dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak
yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta
pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung
koroner.
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang tegang,
dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
1. Nyeri dada
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian
bawahsternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri akan
terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan berat,
biasamenyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri angina,
nyeriini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan emosi)
danmenetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang
denganistirahat maupunnitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu
dan leher.
4
2. Sesak
Keluhan ini timbul sebagai tanda mulainya gagal jantung dimana jantung tidakmampu
memompa darah ke paru-paru sehingga oksigen di paru-paru juga berkurang.
3. Diaphoresis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkanstimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer
sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
4. Pusing
Pusing juga merupakan salah satu tanda dimana jantung tidak bisa memompa darahke
otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang.
5. Kelelahan
Kelelahan disebabkan karena jantung kekurangan oksigen akibat penyempitan pembuluh
darah
6. Mual dan muntah
Nyeri yang dirasakan pada pasien dengan penyakit jantung adalah di dada dan didaerah
perut khususnya ulu hari tergantung bagian jantung mana yang bermasalah. Nyeri pada
ulu hati bisa merangsang pusat muntah. Area infark merangsang reflex vasofagal.
D. Patofisiolgi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag
diseluruh kedalaman tunika inti (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media
(lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan
arteri-arteri sereberal (Ariesty, 2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi
lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjai setelah cedera pada sel endotel atau
dari stimulus lain,cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas trhadap berbagai
komponen plasm, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk
kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang
selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6).
Cedera pada sel endotel dapat mncetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk
menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit , serta trombosit kearea cedera,
sel darah putih melepaskan sitokin proinflamtori poten yang kemudian memperburuk
5
situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, enstimulasi
proses pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera,sel darah putih akan
menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro
sehingga endotel lengket terutama terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel
dilapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi diantara sel-sel endotel
keruang interstisial. Diruang interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan
bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin
proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos yang mengkibatkan sel otot
polos tumbuh di tunika intimia (ariesty,2011:hal 6).
selain itu kolestrol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intimia karena
permeabilitas lapisan endotel meningkat,pada tahap indikasi dini kerusakan terdapat
lapaisan lemak diarteri.apabila cedra dan inflamasiterus berlanjut,agregasi trombosit
meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian dinding pembuluh
diganti dengan jaringan parut sehinga mengubah struktur dinding pembuluh darah,hasil
akhir adalah peimbunan kolestro dan lemak,pembentukan deposit jaringan
parut,pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan profesional sel otot polos
sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit.apabila kekakuan ini dialami
oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia
(kekurangan suplai) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga menggunakan
glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses pembentukan energi ini
sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat sehingga menurunkan
pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemi
miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang dikenal sebagai
miokard infark. Patofisiologis Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri. Arteri
Proninflamatori Permeabelitas Reksi inflamasi Cedera sel endotel sel darah putih
menempel di arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku &sempit aliran darah
Pembentukan Trombu monosit 4 makrofag lapisan lemak sel otot polos tumbuh nyeri
Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2011 :hal 6).
6
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-
sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat.
Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti
oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi tidak
satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah
pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila
fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan
menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah. Struktur anatomi arteri
koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin
dan berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yang rentan untuk
terbentuknya ateroma.
7
Padhway dari Web Of Caution (WOC)
8
E. Penatalaksaan
9
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian asuhan keperawatan
1. PENGKAJIAN
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. ( Wantiyah,2010:hal 17)
2. Keluhan utama
Pasien CAD biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala nyeri
0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri paling tinggi. Pengkajian nyeri secara mendalam
menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan
kuantitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran,onset. (Wantiyah,2010:hal 18)
3. Riwayat kesehatan lalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau ditanyakan pada klien antara lain apakah klien
pernah menderita hipertensi atau diabetes melitus, infark miokard tau penyakit
jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS
sebelumnya. ( Wantiyah,2010:hal 17
4. Riwayat kesehatan sekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien
dalam mengutamakan masalah keluhannya secara lengkap. Pada klien CAD
umumnya mengalami nyeri dada. ( Wantiyah,2010:hal 18)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit
jantung koroner. Riwayat penderita CAD umumnya mewarisi juga faktor- faktor
risiko lainnya. Seperti abnormal kadar kolestrol, dan peningkatan tekanan darah.
(A.Fauzi Yahya 2010: hal 28)
6. Riwayat psikososial
Pada klien CAD biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner
adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan, depresi dan
penerimaan realistis. ( Wantiyah,2010:hal 18)
10
7. Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pda pasien dengan penyakit jantung koroner untuk
menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. Pasien penyakit
jantung koroner mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari
– hari. (Panthee & Kritpraha, 2011 : hal 15)
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda – tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah
kompos mantis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit
juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit.
b. Tanda – tanda vital
c. Pemeriksaan fisik persistem
1. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh
ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal.
(Aziza,2010:hal 13)
2. Sistem penglihatan, pada klien CAD mata mengalami pandangan kabur.
(Gondor, 2015:hal 22)
3. Sistem pendengaran, pada klien CAD pada sistem pendengaran telinga, tidak
mengalami gangguan. (Gondor, 2015:hal 22)
4. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati (Gondor,
2015:hal 22)
5. Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dinit tanda
dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Pengkajian meliputi
persentase fraksi oksigen, volume tidal, frekuensi pernapasan dan modus
yang digunakan untuk bernapas. Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya,
pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia
(Aziza,2010:hal13)
6. Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan teknik inspeksi, auskultrasi,
palpasi, dan perkusi perawat melakukan pengukuran tekanan darah;
suhu;denyut jantung dan iramanya; pulsasi prifer; dan temperatur kulit.
11
Auskultrasi bunyi jantung dapat menghasilkan bunyi gallop S3 sebagai
indikasi gagal jantung atau adanya bunyi gallop S4 tanda hipertensi sebagai
komplikasi. Peningkatan irama napas merupakan salah satu tanda cemas atau
takut (Wantiyah, 2010: hal 18)
7. Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi aukultrasi
bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi). (Aziza,2010:hal13)
8. Sistem muskuluskeletal, pada klien CAD adanya kelemahan dan kelelahan
otot sehingga timbul ketidakmampuan melakukan aktifitas yang diharapkan
atau aktifitas yang biasanya dilakukan. (Aziza,2010:hal13)
9. Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
(Aziza,2010:hal13)
10. sistem integumen, pada klien CAD akral terasa hangat, turgor baik. (Gondon,
2015:hal 22)
11. sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah
pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk
mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar.
(Aziza,2010:hal13)
9. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa CAD secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang
diantaranya :
1. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis.
2. Chest X-Ray (foto dada) thorax foto mungkin normal atau aanya kardiomegali,
CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014 :hal 42).
3. Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa CAD , ketika melakukan treadmill detak jantung,
irama jantung, dan tekanan darah terus – menerus dipantau, jika arteri koroner
mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen
depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014 :hal 42).
12
4. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gamba
jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian dari
dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang
bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima
terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner ( Mayo
Clinik,2012 hal 43).
5. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif minimal
dengan memasukkan keteter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah ke
pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut
kateterisasi jantung. Penyuntikan cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini
dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan keteterisasi ini adalah untuk
mendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu
kelainan( Mayo Clinik,2012 hal 43).
6. CT scan (Computer tomography Coronary angiogram)
Yakni pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
memvisualisasikan arteri kooner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan
melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri
jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk
mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner.
Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya CAD
( Mayo Clinik,2012 hal 43).
7. Magnetic resonance angiography
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan
penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya
penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak sejelas
pemeriksaan kateterisasi jantung ( Mayo Clinik,2012 hal 44).
13
B. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah
seperti (internasional asosiation for the study of pain) : awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan isyarat
b. Posisi untuk menghindari nyeri
c. Perubahan tonus otot
d. Perubahan tekanan darah, pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil
e. Perubahan selera makan
f. Perilaku distrasi
g. Perilaku ekspresif
h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i. Fokus menyempit
j. Bukti nyeri yang dapat diamati
k. Berfokus pada diri sendiri
l. Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens- agens penyebab cedera misalnya : biologis, kimia, fisik, dan psikologis
2) Penurunan curah jantung
Definisi : ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Gangguan frekuensi dan irama jantung
b. Gangguan preload
c. Gangguan afterload
d. Gangguan kontraktilitas
e. Perilaku/emosi
14
3) Intoleransi aktivitas
Definisi : ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan Batasan
karakteristik :
a. Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktifitas melaporkan keletihan atau
kelemahan secara verbal
b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon terhadap
aktivitas.
c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah dan baring dan imobilitas
b. Kelemahan umum
c. Ketidakesimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Gaya hidup yang kurang gerak
15
C. Intervensi keperawatan
16
jantung keperawatan. Oleh sebab itu, keadaan pasien
perawat sebaiknya tidak b. Perawatan
b. memposisi semifowler
bertindak secara mandiri jantung
untuk mempermudah
untuk melakukannya ; upaya
kolaboratif perlu dan penting pernafasan
dilakukan. c. Perawatan
c. untuk mengetahui
Kriteria hasil NOC : jantung. Akut
kemasukan cairan dan
a. Tingkat keparahan
kehilangan darah : tingkat pengeluaran
keparahan pendarahan / d. Promosi perfusi
d. dengan pemberian
hemoragi internal atau serebral
eksternal terapi untuk
b. Efektifitas pompa jantung :
mempercepat
keadekuatan, volume darah
yang diejeksikan dari penyembuhan
ventrikel kiri untuk e. Perawatan
mendukung tekanan perfusi
sirkulasi :
sistemik
c. Status sirkulasi : tingkat insufisiensi
pengaliran darah yang tidak arteri
terhambat, satu arah, dan f. Perawatan
pada tekanan yang sesuai sirkulasi : alat
melalui pembuluh darah bantu mekanis
besar aliran sistemik dan g. Perawatan
pulmonal
d. Perfusi jaringan : organ sirkulasi :
abdomen : keadekuatan insufisiensi
aliran darah melewati vena
pembuluh darah kecil visera h. Perawatan
abdomen untuk Embolus :
mempertahankan fungsi Perifer
organ
i. Perawatan
e. Perfusi jaringan : jantung:
keadekuatan aliran darah Embolus : paru
yang melewati vaskulator j. Regulasi
koroner untuk hemodinamik
mempertahankan fungsi k. Pengendalian
organ jantung hemoragi
f. Perfusi jaringan : serebral : l. Terapi intravena
keadekuatan aliran darah
(IV)
yang melewati vaskulatur
serebral untuk m. Pemantauan
mempertahankan fungsi otak Neurologis
g. Perfusi jaringan : perifer : n. Manajemen
keadekuatan aliran darah
17
yang melalui pembuluh syok : jantung
darah kecil ekstremitas untuk o. Manajemen
mempertahankan fungsi syok : volume
jaringan
p. Pemantauan
h. Perfusi jaringan : pulmonal :
keadekuatan aliran darah tanda vital
yang melewati vaskulatur
pulmonal untuk memerfusi
unit alveoli / kapiler
Status tanda vital : tingkat suhu,
nadi, pernapasan, dan tekanan
darah dalam rentang normal
18
energi terapeutik,
2. Menyeimbangkan stimulasi
aktivitas dan istirahat sensorik, dan
3. Mengatur jadwal pensejahteraan
aktivitas untuk psikologis d. Memberikan rasa
menghemat energy d. Terapi latian aman dan nyaman
fisik : mobilitas
sendi : pada pasien
Kriteria hasil NOC :
a. Toleransi aktivitas respons menggunakan
fisiologis terhadap gerakan gerakan tubuh
yang memakan energi aktif atau pasief
dalam aktivitas sehari – untuk
hari. memertahankan
b. Ketahanan : kapasitas untuk atau
menyelesaikan aktivitas memperbaiki
c. Penghemat energi : fleksibilitas
tindakan individu untuk sendi.
mengelola energi untuk e. Terapi latihan
memulai dan menyelesaikan fisik :
aktivitas pengendalian
d. Kebugaran fisik : otot :
pelaksanaan aktivitas fisik menggunakan
yang penuh fitalitas aktivitas atau
e. Energi psikomotorik : memulihkan
dorongan dan energi gerakan tubuh
individu untuk yang terkontrol
mempertahankan aktivitas f. Promosi latian
hidup sehari – hari, nutrisi fisik : latihan
dan keamanan personal kekuatan :
f. Perawatan diri : aktivitas mefasilitasi
kehidupan sehari – hari latian otot
( aksi) : kemampuan untuk resistif secara
melakukan tugas – tugas rutin untuk
fisik yang paling dasar dan mempertahankan
aktivitas perawatan pribadi dan
secara mandiri dengan atau meningkatkan
tanpa alat bantu. kekuatan otot.
g. Perawatan diri aktivitas g. Bantuan
kehidupan sehari – hari pemeliharaan
instrumental (AKSI) rumah :
kemampuan untuk membantu
melakukan aktivitas yang pasien dan
dibutuhkan dalam fungsi keluarga untuk
dirumah atau komunitas menjaga rumah
secara mandiri dengan atau sebagai tempat
tanpa alat bantu tinggal yang
19
bersih, aman,
dan
menyenangkan
h. Menejemen alam
perasaan :
memberi rasa
kemanan,
stabilitasi
pemulihan, dan
pemeliharaan
pasien yang
mengalami
disfungsi alam
perasaan baik
depresi namun
peningkatan
alam perasaan
i. Bantuan
perawatan diri :
membantu
individu untuk
melakukan AKS
j. Bantuan
perawatan diri
aksi : membantu
dan
mengarahkan
individu untuk
melakukan
aktivitas
kehidupan sehari
– hari
instrumental
(AKSI) yang
diperlukan untuk
berfungsi
dirumah atau
dikomunitas.
20
D. Evaluasi
Adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil
telah dicapai, dank lien akan masuk kembali dalam siklus apabila kriteria hasil belum
tercapai.
Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen 1986, evaluasi terbagi menjadi tiga
jenis, yaitu:
1. Evaluasi Struktur.
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas
fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan
kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi Proses.
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi
yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan
diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
3. Evaluasi Hasil.
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Masalah Teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
b. Masalah Sebagian Teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
c. Masalah Tidak Teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan
atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru.
21
Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan. Subjective (S) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan. Objective (O) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan. Assesment (A) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning (P) adalah rencana keperawatan
lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
22
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Kardiofaskuler. Jakatra :
Salemba Medika
Medly Yasuki, S. Kep, (2001), Laporan asuhan kardiovaskuler penderita coronary artery disease,
Makasar.
https://www.google.com/url?q=http://repository.unhas.ac.id/2875/2/R014192014_skripsi
%2520I-II.pdf&usg=AOvVaw0avhq6ifVXPKQHhCFLW5rP
23