BERAT
MOJOKERTO
2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………
1.1 Konsep Penyakit Jantung Koroner………………………………………..
Jantung adalah pusat peredaran darah didalam dada yang terus menerus memompa
darah ke seluruh bagian tubuh selama hidup seseorang. Jantung berdenyut 100.000 kali sehari
dan untuk itu membutuhkan suplai darah yang disalurkan oleh arteri koronaria.
Penyakit Jantung Koroner ( Penyakit Arteri Koroner ) adalah jenis penyakit yang
banyak menyerang penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat penyempitan atau
penyumbatan di dinding nadi coroner karena adanya endapan lemak dan kolestrol sehingga
mengakibatkan suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Perubahan pola hidup, pola
makan, dan stress juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit jantung koroner.
Penyakit jantung coroner terjadi bila pembuluh arteri coroner tersebut tersumbat atau
penyempitan karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri.
Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya,
tidak hanya pada arteri koroner.
Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah
sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh ( gagal jantung ). Penderita gagal
jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan
bengkak-bengkak dikaki dan persendian.
2.2 ANATOMI FISIOLOGI JANTUNG
Jantung adalah organ yang memompa darah melalui pembuluh darah menuju
ke seluruh jaringan tubuh. Sistem kardiovaskular terdiri dari darah, jantung, dan pembuluh
darah. Darah yang mencapai sel-sel tubuh dan melakukan pertukaran zat dengan sel-sel
tersebut yang selanjutnya akan di pompa secara terus-menerus oleh jantung melalui
pembuluh darah.
Otot jantung tidak pernah berhenti berdenyut. Arteri coroner mendistribusikan
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan njtrisi otot jantung. Sehingga arteri coroner
sangat vital untuk menjaga agar jantung dapat terus bekerja normal. Ada 2 arteri coroner
utama yang keluar dari aorta, yaitu arteri coroner kiri dan arteri coroner kanan.
Penyumbatan aliran darah pembuluh coroner akan berakibat pada kematian miokard, yang
merupakan dasar pathogenesis infark miokard akut.
Penyakit jantung coroner dipengaruhi oleh terhambatnya aliran darah dari
arteri coroner yang menyuplai darah ke jantung. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh
aterosklerosis, yakni penyempitan arteri yang disebabkan oleh terbentuknya plak pada
dinding pembuluh darah, sehingga mengurangi jumlah aliran darah.
2.3 FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER
1. Faktor Utama
a. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis ( factor coroner ) hal ini menyebabkan nyeri dada,
insufisiensi coroner lebih dapat pada penderita hipertensi disbanding normal.
b. Hiperkolesterolemia
Merupakan Kadar kolesterol yang dapat dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-
hari yang masuk dalam tubuh . Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar
kolesterol darah disamping diet adalah keturunan, umur, dan jenis kelamin, obesitas,
dan stress. Beberapa parameter yang dipakai untuk mengetahui adanya resiko PJK
Dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah :
Kolesterol Total
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah (200 mg/dl, bila > 200 mg / dl)
berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat.
KADAR KOLESTROL
TOTAL
NORMAL AGAK TINGGI TINGGI
<200 mg / dL 200-239 mg / dL >240 mg / dL
LDL Kolesterol
Merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan, kadar KDL
yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar
LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK
daripada kolesterol total.
c. Merokok
Orang yang merokok > 20 batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek
dua factor utama resiko lainnya.Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard
bertambah karena menurunnya konsumsi 02 akibat inhalasi co.Apabila berhenti
merokok penurunan resiko PJK akan berkurang 50% pada akhir tahun pertama setelah
pemberhentian merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti
merokok 10 tahun.
a. Umur
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan menigkat
dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan perempuan mulai
meningkat umur 20 tahun.
b. Jenis Kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-
laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti laki-laki lebih besar mempunyai resiko PJK
2-3 kali lebih besar daripada perempuan.
c. Diet
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak didalam susunan
makanan sehari-hari (Diet). Beberapa petunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh tinggi
Tinggi karbohidrat
d. Obesitas
Resiko PJK akan meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB ideal. Karena orang
yang mengalami obesitas didapatkan bersama-sama dengan hipertensi, DM, Dan
Hipertrigliseridemi.
e. Diabetes
f. Keturunan
Kerusakan sel akibat iskemia terjadi dalam berbagai tingkat manifestasi utama
iskemia. Miokardium adalah nyeri dada. Angina pectoris adalah nyeri dada yang hilang
timbul, tidak disertai kerusakan ireversibel sel-sel jantung. Iskemia yang lebih berat, disertai
kerusakan sel yang dinamakann infark miokardium. Jantung yang mengalami kerusakan
ireversibel dan akan mengalami degenerasi dan kemudian akan diganti dengan jaringann
parut. Bila kerusakan jantung sangat luas, jantung akan mengalami kegagalan, artinya ia tak
mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh akan darah dengann memberikan curah jantung yang
adekuat.
Manifestasi klinis lain penyakit arteri coroner dapat berupa perubahan pola EKG,
aneurisma ventrikel, distritma, dan kematian medadak.
1. Rehabilitasi jantung
Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyumbatan plak lemak dalam pembuluh
darah arteri. Maka mulai sekarang Pasien harus mengurangi makan makanan yang
mengandung lemak trans dan lemak jenuh, seperti gorengan dan fast food. Selain itu,
hindari juga makanan berkalori tinggi, makanan tinggi gula, dan makanan tinggi garam
yang akan memperparah penyumbatan pada pembuluh darah.
Ganti pola makan tinggi kalori dengan mengonsumsi makanan tinggi serat. Mulailah
rencanakan pola makan bergizi seimbang dengan mengacu prinsip Tumpeng PGS dari
Kemenkes RI. Namun jika Pasien didiagnosis penyakit jantung koroner, batasan garam,
gula, dan lemak dalam sehari mungkin harus lebih dikurangi lagi dari aturan normalnya.
3. Olahraga rutin
Dengan berolahraga rutin, lemak-lemak yang sebelumnya tertimbun di dalam tubuh dan
membuat pembuluh tersumbat dapat terbakar, risiko serangan jantung pun semakin
rendah. Sebelum melakukan olahraga, sebaiknya diskusikan terlebih dahulu dengan dokter
Pasien jenis olahraga apa yang boleh Pasien lakukan dan seberapa intensitas olahraga yang
aman. Usahakan untuk melakukan olahraga setiap hari, meskipun dalam durasi yang tak
terlalu lama.
4. Hindari stres
Stres adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan pembuluh darah Pasien tersumbat
dan oksigen tidak sampai ke jantung. Wajar memang bila seseorang mengalami tekanan
dan stres, namun yang terpenting adalah bagaimana mengelola stres tersebut. Pasien dapat
melakukan kegiatan-kegiatan yang Pasien sukai, untuk menurunkan tingkat stres yang
Pasien alami.
Kurang tidur bisa menyebabkan Pasien berisiko penyakit jantung koroner, sehingga bila
Pasien sudah mengalami penyakit tersebut, kebiasaan begadang hanya membuat kondisi
kesehatan Pasien semakin buruk. Dalam berbagai penelitian diketahui bahwa orang yang
durasi tidurnya kurang dari 7 jam per malam memiliki risiko penyakit jantung yang lebih
tinggi.
6. Tidak merokok
Kolesterol tinggi adalah salah satu penyebab serangan jantung mendadak. Untuk Pasien
yang sudah didiagnosis kondisi penyakit jantung koroner, baiknya mulai cek rutin kadar
kolesterol dalam darah.
Kebanyakan orang yang mengidap penyakit jantung koroner harus mencapai batas
kolesterol LDL di bawah 130 miligram per desiliter (mg / dL), atau 3,4 milimol per liter
(mmol / L). Namun apabila keadaan jantung Pasien sehat dan tidak memiliki faktor risiko
lain untuk penyakit jantung, target Pasien kolesterol LDL mungkin baiknya berada di
bawah 100 mg / dL (2,6 mmol / L).
Jangan lupa untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Umumnya butuh 1 tahun sekali
memeriksa tekanan darah apabila kondisi kesehatan Pasien normal.
Penyakit jantung koroner yang tidak tertangani dapat memicu sejumlah komplikasi, seperti:
Angina : Angina atau nyeri dada disebabkan oleh menyempitnya arteri, sehingga
jantung tidak mendapatkan cukup darah.
Serangan jantung : Komplikasi ini terjadi bila arteri tersumbat sepenuhnya, akibat
penumpukan lemak atau gumpalan darah. Kondisi ini akan merusak otot jantung.
Gagal jantung : Gagal jantung terjadi bila jantung tidak cukup kuat memompa darah.
Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan jantung.
Edema paru akut : Tpasien adanya kongesti paru tingkat lanjut, dimana cairan
mengalami kebocoran melalui dinding kapiler, dan meimbulkan dispnea yang sangat
berat. Kongesti paru terjadi jika dasar vascular paru menerima darah yang berlebihan
dari ventrikel kanan yang tidak mampu diakomodasi dan diambil oleh jantung kiri.
Sedikit ketidakseimbanngan antara aliran masuk sisi kanan dan sisi kiri
mengakibatkan kosekuensi yang berat. Oleh karena adanya timbunan cairan, paru
menjadi kaku dan tidak dapat mengembang serta udara tidak dapat masuk, akibatnya
terjadi hipoksia berat.Edema aru biasanya tidak terjadi menndadak, tetapi didahuli
oleh gejala kongesti yang dapat dipantau sebelumnya.
Henti jantung (henti sirkulasi) : Henti jantung terjadi bila jantung tiba-tiba berhenti
berdenyut. Akibatnya, terjadi terjadi penghentian sirkulasi efektif. Pada aritia, semua
kerja jantung berhenti, terjadi kedutan otot yang tidak seirama fibrilasi ventrikel,
terjadi kehilangan kesadaran mendadak, tidak adanya denyutan, dan bunyi janntung
tidak terdengar.
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama : nyeri dada
3.Riwayat penyakit sekarang
P : Nyeri setelah beraktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat dan setelah
diberikan netrogliserin.
Q : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien.
R : Lokasi nyeri di daerah substemal atau nyeri di atas periakrdium. Penyebaran
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri serta ketidak mampuan bahu dan
tangan.
Q : Klien biasa ditanya dengan lmenggunakan rentang 0-5 danklien akan menilai
seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan. Biasanya pada saat angina skala nyeri
berkisar antara 4-5.
T : Sifat mulai timbulnya, gejala timbul mendadak. Lama timbulnya (durasi) nyeri
dada dilakukan lebih dari 15 menit.
4.Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang mendukung. Dengan mengkaji
apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM, dan
hyperlipidemia. Tanyakan mengenai obat antiagina nitrat dan penghambat beta serta
obat-obat anti hipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu.
Tanyakan juga mengenai alergi obat dan reaksi alergi obat apa yang timbul.
Seringkali klien tidak biasa membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping
obat.
5.Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga serta bila
anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
6.Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan
social di tanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya
minum alcohol atau obat tertentu. kebiasan merokok juga di kaji dengan
menanyakan tentang kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang per
hari,dan jensi rokok. Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data
biografi juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu : nama, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang di anut oleh klien. Dalam
mekngajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien. Bila
klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang di ajukan bukan pertanyaan
terbuka, tetapi pertanyaan tertutup yang jawabannya “ ya” atau “tidak”. Pertanyaan
yang dapat dijawab dengan gerak tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan
kepala saja, sehingga tidak memerlukan energy yang besar.
7.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik klien terdiri atas keadaan umum dan B1-B6
a. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum klien biasanya didapatkan kesadaran baik atau
compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi
system saraf pusat.
b. Pemeriksaan 11 Pola Fungsi Gordon
Pasien mengalami gangguan pada pola nutrisi, yaitu mual, muntah, anoreksia
yang disertai penurunan berat badan. Pasien juga biasanya akan mengalami
penurunan turgor kulit, berkeringat banyak.
4) Pola eliminasi
Pada elimiasi fekal tidak ada gangguan, tetapi pada eliminasi urin pasienn
akan mengalami oliguria , anuria, proteinuria dan hematuria. Da juga pasie
biasanya akan mengalami bising usus yang meningkat.
5) Pola tidur-istirahat
Pasien akan mengalami kedaan susah tidur dikarenakan adanya takikardia, dan
dipsnea pada saat istirahat. Dan juga pasien biasanya akan mengalami sesak
saat tidur terlentang dan gatal karena adannya uremia.
Pasien biasanya akan lebih banyak diam, menarik diri akibat kondisi
penyakitnya.
c. Pemeriksaan Persystem
1. B1 (Breathing)
Terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal, dan keluhan napas seperti
tercekik. Biasanya juga terdapat dispnea kardia.sesak nafas ini terjadi akibat
pengarahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic dari
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi
karena terdapat kegagalan peningkatan curah darah ventrikal kiri pada waktu
melakukan kegiatan fisik. Dyspnea kardia dapat timbul pada waktu beristirahat
bila keadaannya sudah parah.
2. B2 (bleading)
Pemeriksaan B2 yang dilakukan dapat melalui teknik inspeksi, palpasi,
auskulasi, dan perkusi.
Palpasi : denyut nadi perifer melemah.
Auskulasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup pada IMA.
Perkusi : tidak ada penggeseran batas jantung.
3. B3 (brain)
Kesadaran biasanya CM, tidak dapatkan sianosi perifer, pengkajian objektif
kjklien berupa adanya wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis,
merintih, meregang, dan menggeliat.
4. B4 (bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan denganasupan cairan.
5. B5 (bowel)
Kaji pola makan klien apakah sebelumnya terdapat peningkatan kosumsi
garam dan lemak. Adanya nyeri akan memberikan respon mual dan muntah.
6. B6 (bone)
Hasil yang biasa terdapat pada pemeriksaan B6 adalah sebagai berikut,
aktivitas, gejala :kelemahan, tidak dapat tidur, gerak statis, dan jadwal
olahraga tidak teratur.
Tpasien : takikardi, dispnea pada saat istirahat/aktivitas, dankesulitan
melakukan tugas perawatan diri.
8.Pemeriksaan diagnostic
a) Tes laboratorium seperti enzim jantung dan kimia darah
b) EKG
c) Echocardiogram
d) Kateteriasi jantung
e) CT angjogram koroner
f) Magnetic resonance angjogram
9. Penyimpanan KDM
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas Tidak Efektif yang berhubungan dengan Hambatan upaya nafas
(D.0005)
2. Gangguan Pertukaran Gas yang berhubungan dengan Ketidakseimbangannn
ventilasi-perfusi (D.0003)
3. Resiko Perfusi Gastrointestinal Tidak Efektif yang berhubungan dengan
Penurunan kinerja ventrikel kiri (D.0013)
4. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agenpencedera fisiologis (D.0077)
5. Defisit Nutrisi yang berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan
(D.0019)
6. Retensi Urin yang berhubungan dengan Kerusakan arkus reflex (D.0050)
7. Intoleransi Aktivitas yang berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056)
8. Ansietas berhubungan dengan Ancaman terhadap kematian (D.0080)
C. Intervensi
Edukasi :
- Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan batuk teknik
efektif
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika
perlu.
2. Pemantauan Respirasi
(1.01014)
Observasi :
- Monitor frekuensi,
irama, dan upaya nafas
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Terapeutik :
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi
- Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi :
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
2. Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan 1. Pematauan Respirasi 1. Pertukaran Gas
Gas yang intervensi selama 1 (L.01003)
Observasi :
berhubungan dengan X 24 jam
- Tingkat kesadarann
Ketidakseimbangannn diharapkan - Monitor
meningkat
ventilasi-perfusi Masalah gangguan frekuensi,irama,
oksigen membaik.
Terapeutik :
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi :
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu.
3. Resiko Perfusi Setelah dilakukan 1. Konseling Nutrisi 2. Perfusi
Gastrointestinal intervensi selama 1 (1.03094) gastrointestinal
Tidak Efektif yang X 24 jam (L.02010)
Observasi :
berhubungan dengan diharapkan Resiko
- Nafsu makan
Penurunan kinerja perfusi - Identifikasi kebiasaan
meningkat
ventrikel kiri gastrointestinal makan dan perilaku
menurun. Menurun
- Identifikasi kemajuan
modifikasi diet secara - Nyeri abdomen
regular menurun
pemenuhan kebutuhan
gizi. - Tekanan darah
membaik.
Edukasi :
- Informasikan perlunya
modifikasi diet
Kolaborasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
analgetik.
1. Pemberian analgesic
(1.08243)
Observasi :
- Identifikasi
karakteristik nyeri
(mis. Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi, intensitas,
frekuensi, dan durasi )
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic
- Monitor efektivitas
analgesic.
Terapeutik :
- Diskusikan jenis
analgesic yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal
- Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu
- Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan.
Edukasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
pemberian dosis dan
jenis analgesic.
2. Edukasi menejemen
nyeri (1.12391)
Observasi :
- Identifikasi keesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan penyebab,
periode, strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
1. Konseling nutrisi
(1.03094)
2. Manajemen gangguan
makan (1.03111)
3. Pemantauan nutrisi
(1.03123)
4. Dukungan kepatuhan
program pengobatan
(1.12361)
6. Retensi Urin yang Setelah dilakukan 1. Kateterisasi Urin 2. Eliminasi Urin
berhubungan dengan intervensi selama 2 (1.04148) (L.04034)
Kerusakan arkus X 24 jam
Observasi : - Sensasi berkemih
reflex (D.0050) diharapkan Retensi
meningkat
urin dapat diatasi - Periksa kondisi pasien
(kesadaran,ttv,daerah - Desakan berkemih
perineal,distensi menurun
kandung
- Distensi kandung
kemih,inkontinensia
kemih menurun
urin)
- Urin menetes
Terapeutik :
menurun
- Siapkan peralatan,
- Frekuensi BAK
bahan-bahan dan
membaik
ruangan tindakan
- Karakteristik urin
- Siapkan pasien :
membaik.
bebaskann pakaian
bawah dan posisikan ke 3. Kontinensia Urin
dorsal recumbent
(wanita) dan supine (L.04036)
(laki-laki)
- Kemampuan
- Pasang sarung tangan berkemih meningkat
Edukasi :
- Anjurkan menarik
nafas saat insersi
selang kateter.
7. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan 1. Manajemen Energi 1. Toleransi Aktivitas
yang berhubungan intervensi selama 3 (1.05178) (L.05047)
dengan X 24 jam
Observasi : - Frekuesi nadi
Ketidakseimbangan diharapkan
meningkat
antara suplai dan intolerasi aktivitas - Identifikasi gagguan
- Ajurkann melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Ajurkan meghubungi
perawat jika tpasien
dann gejala kelelahann
tidak berkuranng
Kolaborasi :
2. Terapi Aktivitas
(1.05186)
Observasi :
- Monitor respon
emosional, fisik,
social, dan spiritual
terhadap aktivitas
- Identifikasi strategi
meningkatkan
partisipasi dalam
aktivitas
- Identifikasi makna
aktivitas rutin
(mis.bekerja) dan
waktu luang.
Terapeutik :
- Fasilitas memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan social
- Fasilitasi aktivitas
rutin (mis.mobilisasi,
dan perawatan diri)
sesuai kebutuhan
- Libatkan keluarga
dalam aktivitas
- Jadwalkan aktivitas
dalam rutinitas sehari-
hari.
Edukasi :
- Ajarkan cara
melakukan aktivitas
sehari-hari
- Anjurkan melakukan
aktifitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
kesehatan
- Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas.
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
terapis dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas , jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu.
8. Ansietas Setelah dilakukan 1.Reduksi Ansietas Luaran Utama
berhubungan dengan intervensi selama 3 (1.09314)
1. Tingkat ansietas
Ancaman terhadap X 24 jam
Observasi : (L.09093)
kematian (D.0080) diharapkan tingkat
Ansietas menurun. - Identifikasi saat - Perilaku gelisah
tingkat ansietas menurun
berubah (mis. kondisi,
- Konsentrasi
waktu, stressor)
membaik
- Monitor tpasien-
- Pola tidur membaik
tpasien ansietas
(verbal maupun non - Pola berkemih
verbal) membaik
- Motivasi - Kemampuan
mengidentifikasi membuat keputusan
situasi yang memicu meningkat
kecemasan.
- Pemahaman makna
Edukasi : situasi
- Beri waktu
mengungkapkan
perasaan tentang
terapi.
Edukasi :
- Anjurkan memakai
pakaian yang nyaman
dan tidak sempit
- Anjurkan bernafas
perlahan dan nafas
dalam
- Anjurkan berlatih
diantara sesi regular
dengan perawat.
Intervensi Pendukung :
1. Bantuan control
marah
2. Biblioterapi (1.09254)
3. Dukungan emosi
(1.09256).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah tekanan
darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang aktivitas fisik
(olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor
sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan
pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat,
menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari
stress kerja.
Kadar kolesterol yang tinggi lebih dominan terjadi pada pekerja kantoran
dibandingkan dengan pekerja kasar. Terdapat perbedaan yang signifikan kadar kolesterol
pada pekerja kantoran dan pekerja kasar. Pada pekerja dengan aktivitas rendah perlu
kiranya melakukan control terhadap kadar kolesterol darah dan menjaga jenis makanan
yang dikonsumsi rendah kolesterol. Berolahraga secara rutin perlu dilakukan untuk
menjaga kelancaran peredaran darah dan keseimbangan metabolisme.
3.2 SARAN
Gofir, Abdul. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika.
Kabo,Peter. 1996. EKG Dan Penaggulangan beberapa penyakit jantung untuk dokter umum.
PPNI. 2018. Stpasienr Luara Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil keperawatan,
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/komplikasi :03-09-2020
https://artikelkesmas.blogspot.com/2015/02/makalah-penyakit-jantung-koroner_72.html : 03-
09-2020
https://www.academia.edu/33411421/KONSEP_PENYAKIT_JANTUNG_KORONER_KO
NSEP_MEDIS_2.1_Pengertian_Penyakit_Jantung_Koroner : 03-09-2020