Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

SEVEN JUMP PADA KASUS PENYAKIT JANTUNG


KORONER
Untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah I

Disusun oleh Kelompok 3:

1. MOHAMAD RAFLI NPM. 18.156.01.11.087


2. FINA APRILIA NPM. 18.156.01.11.080
3. SITI FATIMAH NPM. 18.156.01.11.099
4. HANNA RADA SORAYA NPM. 18.156.01.11.081
5. ATIKAH LAELASARI NPM. 18.156.01.11.073
6. DIAH AYU SAPUTRI NPM. 18.156.01.11.076

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKes MEDISTRA INDONESIA
TA. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

SEVEN JUMP

A. Seknario kasus
B. STEP 1
C. STEP 2
D. STEP 3
E. STEP 4
F. STEP 5
LO (Learning Objectives) yaitu penyakit jantung koroner
BAB II
LEARNING OBJECTIVES

A. Pengertian
Penyakit Arteri Koroner (Coronary Artery Disease) adalah penyakit yang
ditandaidengan adanya endapan lemak yang berkumpul di dalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran darah. Endapan
lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di percabangan
besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung.Proses pembentukan ateroma ini disebut
aterosklerosis.
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung
artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri
koroner. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri
koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex.  ( DepKes : 2001)
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana tersumbatnya aliran
pembuluh darah koroner jantung akibat penimbunan zat lemak (arteriosclerosis)
karena tidak cukupnya suplai darah yang mengandung oksigen untuk
menghidupkan jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa
menimbulkan kematian mendadak (Ronald H. Sitorus : 2006)
PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan 
O2 miokardium dengan suplai O2 yang disebabkan oleh proses arterosklerosis
yang merupakan kelainan digeneratif (Sarwono Waspadji, 2002 ; 1991).

B. Etiologi /Penyebab
Penyakit jantung coroner dapat disebabkan oleh beberapa hal :
1. Penyempitan (stenosis) dan penciutan (spasme) arteri koronaria, tetapi
penyempitan bertahap akan memungkinkan berkembangnya kolateral yang
cukup sebagai pengganti.
2. Aterosklerosis, menyebabkan sekitar 98% kasus PJK.
3. Penyempitan arteri koronaria pada sifilis, aortitis takayasu, berbagai jenis
arteritis yang mengenai arteri coronaria, dll.
C. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit jantung koroner :
1. Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada tidak
enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas tersengal-
sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh mengeluarkan banyak
keringat.
2. Nyeri dada
Sakit dada kiri (angina) dan nyeri terasa berasal dari dalam. Nyeri dada yang
dirasakan pasien juga bermacam-macam seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa
benda berat, disayat, panas. Nyeri dada dirasakan di dada kiri disertai penjalaran
ke lengan kiri, nyeri di ulu hati, dada kanan, nyeri dada yang menembus hingga
punggung, bahkan ke rahang dan leher.
1. Jantung berdebar (denyut nadi cepat).
2. Keringat dingin
3. Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada alasannya
4. Tekanan darah rendah atau stroke
5. Dalam kondisi sakit :
Sakit nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas dan tengah sampai
ke   telapak tangan. Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang.
Tanda Penyakit jantung koroner :
1. Biasanya kadar lemak yang tinggi tidak menimbulkan gejala. Kadang-kadang,
jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk suatu penumpukan
lemak yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di dalam kulit.
2. Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38°C
3. Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
4. Muka pucat pasi
5. Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
6. Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
7. Sesak nafas
8. Cemas dan gelisah
9. Pingsan
D. Patofisiologi
Bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol,
maka kadar kolesterol dalam darah bisa berlebih (disebut hiperkolesterolemia).
Kelebihan kadar kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding
pembuluh darah arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma (sumber utama
plak berasal dari LDL-Kolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan
kolesterol ke dalam hati, sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di dalam
dinding pembuluh darah). Ateroma berisi bahan lembut seperti keju, mengandung
sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan
ikat.
Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi suatu
penebalan pada dinding pembuluh darah arteri, sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis (terdapatnya
aterom pada dinding arteri, berisi kolesterol dan zat lemak lainnya). Hal ini
menyebabkan terjadinya arteriosklerosis (penebalan pada dinding arteri &
hilangnya kelenturan dinding arteri). Bila ateroma yang terbentuk semakin tebal,
dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan darah (trombus) yang
dapat menyumbat aliran darah dalam arteri tersebut.
Hal ini yang dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-zat
penting seperti oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila
mengenai arteri koronaria yang berfungsi mensuplai darah ke otot jantung (istilah
medisnya miokardium), maka suplai darah jadi berkurang dan menyebabkan
kematian di daerah tersebut (disebut sebagai infark miokard).
Konsekuensinya adalah terjadinya serangan jantung dan menyebabkan
timbulnya gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai angina pectoris).
Keadaan ini yang disebut sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK).

E. Faktor Resiko

Faktor resiko ada yang dapat dimodifikasi ada yang tidak dapat dimodifikasi

1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :


a. Merokok
Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung
pada dinding arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri,
nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang menimbulkan
reaksitrombosit, glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi
hipersensitifitas dinding arteri.
b. Hiperlipoproteinemia
DM, obesitas dan hiperlipoproteinemia behubungan dengan pengendapan
lemak.
c. Hiperkolesterolemia
Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan
dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah
tersebut menyempit dan proses ini disebut aterosklerosis.
d. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung,
sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel
kiri (faktormiokard). Serta tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner).
e. Diabetes mellitus
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi
penyakit pembuluh darah.
f. Obesitas dan sindrom metabolic
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan >
21 % pada perempuan. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol
dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai
melebihi 20% dari BB ideal.
1. Inaktifitas fisik
2. Perubahan keadaan sosial dan stress

Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FKUI menunjukkan orang yang


stress satu setengah kali lebih besar mendapatkan resiko PJK. Stress
disamping dapat menaikkan tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah.

g. Kelenjar tiroid yang kurang aktif.


Hipotiroid / hiposekresi terjadi bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan
sekret pada waktu bayi, sehingga menyebabkan kretinisme atau
terhambatnya pertumbuhan tubuh.Pada orang dewasa mengakibatkan
mixodema, proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk
bertambah berat dan gerakan lamban.
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
a.  Usia
Resiko PJK meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang
serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara
usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih
panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor pemicu.
b. Jenis kelamin laki-laki
Wanita agaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai
menopause, kemudian menjadi sama rentannya seperti pria; diduga
karena adanya efek perlindungan esterogen.
c. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua
yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan
timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh genetic dan
lingkungan masih belum diketahui. Tetapi, riwayat keluarga dapat juga
mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya
hidup yang menimbulkan stress atau obesitas.

F. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


Tergantung kebutuhannya beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana
sampai yang invasive sifatnya.
a. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya
PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu,
penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-
masing memberikan gambaran yang berbeda.
b. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen, dokter dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran. Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan
pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran
jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK
lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung.
Gambarannya biasanya jantung terlihat membesar.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko. Dari
pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut
dengan melihat kenaikan enzim jantung.
d. Treadmill.
Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil
ditegakkan, biasanya dokter jantung/ kardiologis akan merekomendasikan
untuk dilakukan treadmill.
Alat ini digunakan untuk pemeriksaan diagnostic PJK. Berupa ban berjalan
serupa dengan alat olah raga umumnya, namun dihubungkan dengan
monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik
jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas,
yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan
tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.Dari hasil
treadmill ini telah dapat diduga apakah seseorang menderita PJK. Memang
tidak 100% karena pemeriksaan dengan treadmill ini sensitifitasnya hanya
sekitar 84% pada pria sedangka untuk wanita hanya 72%. Berarti masih
mungkin ramalan ini meleset sekitar 16%, artinya dari 100 orang pria
penderita PJK yang terbukti benar hanya 84 orang. Biasanya perlu
pemeriksaan lanjut dengan melakukan kateterisasi jantung.
e. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi
(arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan atau melalui pembuluh
darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alat rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan
mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat
saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga
sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil
kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut.
Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau
mengendalikan bourgeois resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi
yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah
ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang
stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna
untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan
obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
melakukan bedah pintas koroner. (Carko, 2009)
G. Penatalaksanaan / Tindakan Medis
Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki kadar kolesterol
tinggi menurut UPT – Balai Informasi Tekhnologi LIPI adalah :
Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan.Karena
kolesterol dan lemak jenuh makanan telah terbukti menaikkan kolesterol-LDL, maka
masukan zat gizi ini harus dikurangi. Kalori berlebihan menaikkan LDL dan
trigliserida-VLDL, serta menurunkan HDL, yang membuat pengaturan berat badan
menjadi penting.
1. Berhenti merokok, sebab rokok dapat menurunkan kadar HDL.
2. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya. Diet rendah
kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL.
3. Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu mengurangi kadar
LDL-kolesterol dan menambah kadar HDL-kolesterol.
4. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).
5. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral biasanya menderita peningkatan
trigliserida yang bisa mempengaruhi HDL, yang tergantung atas komposisi
estrogen-progesteron pil. Kontrasepsi oral dengan dominan progestin bisa
menurunkan HDL.
6. Saat ini penggunaan obat-obat antioksidan menjadi babak baru dalam upaya
pengendalian faktor-faktor risiko PJK, dimana obat-obat tersebut relatif lebih
murah. Santoso (1998) mengemukakan bahwa perubahan oksidatif LDL
dapat dihambat dengan memberi antioksidan, misalnya vitamin yang larut
dalam lemak (vitamin A, vitamin E dan beta-karoten), vitamin C dan
probukal. Beberapa penelitian telah membuktikan manfaat vitamin E bila
dipakai dengan tujuan pencegahan primer, yaitu menghambat terjadinya PJK
pada pria, wanita, dan orang tua.
H. Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung koroner merupakan segala gangguan medis lainya
yang diakibatkan karena seseorang mengidap penyakit jantung koroner, dari beberapa
komplikasi yang terjadi bisa disebut bahwa komplikasi penyakit jantung koroner
semuanya memang sangat berbahaya dan bisa menjadi sangat mematikan oleh
karnanya bagi penderita penyakit jantung koroner harus benar-benar mendapatkan
pertolonagan medis yang intensif.
Penyakit komplikasi merupakan penyakit yang timbul dari adanya suatu penyakit
pada tubuh kita dan menimbulkan penyakit penyakit baru seperti penyakit maag yang
menimbulkan penyakit liver atau hati kemudian berubah menjadi sirosis atau
kolesterol yang tinggi yang bisa menyebabkan penyakit jantung dan lain lain atau
contoh lain darah tinggi yang kemudian berubah menjadi stroke dll.

I. Diagonosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri koronaria
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
3. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan b/d penurunan tekanan
darah, hipovolemia.

BABN III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus pemicunya

Anda mungkin juga menyukai