Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DAN REMAJA DENGAN HIV/AIDS

Untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Keperawtan HIV/AIDS
Disusun oleh :
DIAH AYU SAPUTRI
Npm : 18.156.01.11.076

Kelas 2C Ilmu Keperawatan


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKes MEDISTRA INDONESIA
TA. 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman kami, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi 09 april 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan penelitian....................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian...............................................................................................3
2.2 Etiologi...................................................................................................3
2.3 Patofisiologi...........................................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala....................................................................................4
2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................7
2.6 Komplikasi.............................................................................................8
2.7 Pemeriksaan diagnostik..........................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan...........................................................................................14
3.2 Saran ....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi HIV/AIDS ( Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune Deficiency
Syndrom ) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983. enam tahun kemudian ( 1989 ), AIDS
sudah termasuk penyakit yang mengancam anak di amerika. Di seluruh dunia, AIDS
menyebabkan kematian pada lebih dari 8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1
orang setiap 10 detik, karena itu infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian
tertinggi akibat satu jenis agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan Amman pada
tahun 1983 di Amerika serikat.Sejak itu laporan jumlah AIDS pada anak di Amerika
makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di Amerika dilaporkan 1995
maupun pada anak yang berumur kurang dari 13 tahun menderita HIV dan pada bulan
Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus
AIDS yang dilaporkan di Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak
dengan AIDS. Kasus infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak
tertinggi didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta orang, lebih
dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya karena AIDS. Setiap
tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena AIDS, 500 000 diantaranya adalah
anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang
terutama di negara terbelakang atau berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini
maka dari 37,8 juta orang pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta
anak- anak dibawah 15 tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana konsep medis dari HIV AIDS pada anak dan remaja?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep medis dari HIV AIDS pada anak dan remaja ?
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain :
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014)
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari
infeksi oleh HIV. (Anwar Hafis,2014)

2.2 Etiologi
Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh virus
immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1 (HIV-1) yang
melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam jumlah yang
lebih rendah pada monosit dan makrofag.
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
a. Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
b. Pemakaian obat oleh ibunya
c. Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
d. Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

2.3 Patofisiologi
HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral.Subset limfosit ini, yang mencakup limfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga meperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit.Mekanisme infeksi
HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4.
HIV secara istimewa menginfeksi limfosit dengan antigen permukaan CD4, yang
bekerja sebagai reseptor viral.Subset limfosit ini, yang mencakup linfosit penolong
dengan peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga memperlihatkan
pengurangan bertahap bersamaan dengan perkembangan penyakit. Mekanisme infeksi
HIV yang menyebabkan penurunan sel CD4 ini tidak pasti, meskipun kemungkinan
mencakup infeksi litik sel CD4 itu sendiri; induksi apoptosis melalui antigen viral, yang
dapat bekerja sebagai superantigen; penghancuran sel yang terinfeksi melalui mekanisme
imun antiviral penjamu dan kematian atau disfungsi precursor limfosit atau sel asesorius
pada timus dan kelenjar getah bening. HIV dapat menginfeksi jenis sel selain limfosit.
Infeksi HIV pada monosit, tidak seperti infeksi pada limfosit CD4, tidak menyebabkan
kematian sel. Monosit yang terinfeksi dapat berperang sebagai reservoir virus laten tetapi
tidak dapat diinduksi, dan dapat membawa virus ke organ, terutama otak, dan menetap di
otak. Percobaan hibridisasi memperlihatkan asam nukleat viral pada sel-sel kromafin
mukosa usus, epitel glomerular dan tubular dan astroglia.Pada jaringan janin, pemulihan
virus yang paling konsisten adalah dari otak, hati, dan paru. Patologi terkait HIV
melibatkan banyak organ, meskipun sering sulit untuk mengetahui apakah kerusakan
terutama disebabkan oleh infeksi virus local atau komplikasi infeksi lain atau autoimun.
Stadium tanda infeksi HIV pada orang dewasa adalah fase infeksi akut, sering
simtomatik, disertai viremia derajat tinggi, diikuti periode penahanan imun pada replikasi
viral, selama individu biasanya bebas gejala, dan priode akhir gangguan imun sitomatik
progresif, dengan peningkatan replikasi viral. Selama fase asitomatik kedua-bertahap dan
dan progresif, kelainan fungsi imun tampak pada saat tes, dan beban viral lambat dan
biasanya stabil. Fase akhir, dengan gangguan imun simtomatik, gangguan fungsi dan
organ, dan keganasan terkait HIV, dihubungkan dengan peningkatan replikasi viral dan
sering dengan perubahan pada jenis vital, pengurangan limfosit CD4 yang berlebihan dan
infeksi aportunistik.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir, meskipun “ priode
inkubasi “ atau interval sebelum muncul gejala infeksi HIV, secara umum lebih singkat
pada infeksi perinatal dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan
regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan dengan fungsi sel B;
hipergameglobulinemia dengan produksi antibody nonfungsional lebih universal diantara
anak-anak yang terinfeksi HIV dari pada dewasa, sering meningkat pada usia 3 sampai 6
bulan. Ketidak mampuan untuk berespon terhadap antigen baru ini dengan produksi
imunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi tanpa pajanan antigen sebelumnya,
berperang pada infeksi dan keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV
pediatrik.Deplesi limfosit CD4 sering merupakan temuan lanjutan, dan mungkin tidak
berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-anak dengan infeksi HIV sering
memiliki jumlah limfosit yang normal, dan 15% pasien dengan AIDS periatrik mungkin
memiliki resiko limfosit CD4 terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang
untuk beberapa alasan menderita imunopatologi yang berbeda dengan dewasa, dan
kerentanan perkembangan system saraf pusat menerangkan frekuensi relatif ensefalopati
yang terjadi pada infeksi HIV anak.

2.4 Tanda dan Gejala


Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderitaan
AIDS
a. Panas lebih dari 1 bulan,
b. Batuk-batuk
c. Sariawan dan nyeri menelan,
d. Badan menjadi kurus sekali,
e. Diare,
f. Sesak napas,
g. Pembesaran kelenjar getah bening,
h. Kesadaran menurun,
i. Penurunan ketajaman penglihatan,
j. Bercak ungu kehitaman di kulit. (Anwar Hafis,2014)
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan
gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat
disebabkan penyakit tifoid atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-
sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular
AIDS, maka orang tersebut dianjurkan untuk tes darah HIV. (Anwar Hafis,2014)
Pathway

HIV-1

Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual

Transplasental Perinatal

Limfosit T Aliran darah / mukosa

Kel. Limfe
Sel Host

Hiperplasi Replikasi Kel. Getah


CD4+
folikel virus masit bening perifer

Internalisasi
Limfadenopati Viremia Lim B
Enzim RT-ase
Destruksi sel Inf. Akut
Kel. Sel. B
Transkripsi terbalik
CD4
Laten
Mengubah RNA Pe Ab Pe Ig
menjadi DNA spesifik
Krisis total
Integritas DNA Hiper gamma
provirus ke Host globulinemia

Transkripsi / translasi
& propagasi virus Respon IgM

me

Inf. Oportunistik

Keganasan sekunder

AIDS

Monosit Tahan sitopatik HIV Penyebaran patogenesis


makrorag

Gangguan fungsi monosit & makrofag SSP

- Kematoksis 
- Fagositosis 
2.5 Tanda dan Gejala
Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderitaan
AIDS
k. Panas lebih dari 1 bulan,
l. Batuk-batuk
m. Sariawan dan nyeri menelan,
n. Badan menjadi kurus sekali,
o. Diare,
p. Sesak napas,
q. Pembesaran kelenjar getah bening,
r. Kesadaran menurun,
s. Penurunan ketajaman penglihatan,
t. Bercak ungu kehitaman di kulit. (Anwar Hafis,2014)
Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat
merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas
dapat disebabkan penyakit tifoid atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala
bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang
mudah tertular AIDS, maka orang tersebut dianjurkan untuk tes darah HIV. (Anwar
Hafis,2014)

2.6 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral
akut, demensia HIV), infeksi opurtunistik, atau kanker yang terkait AIDS.Perjalanan
penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.
(Anwar Hafis,2014)
a. Infeksi retroviral akut
Frekuensi gejala infeksi netroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis
menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatosplenomegali, nyeri tenggorokan,
mialgia, rash seperti morbili,ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit
atipik, sindrom Gillian Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh
sendiri tanpa pengobatan. (Anwar Hafis,2014)
b. Masa Asimtomatik
Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat terjadi limfadenopati
umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela(window
period). (Anwar Hafis,2014)
c. Masa gejala dini
Pada masa ini jumlah CD4 berkisar antar 100-300.Gejala yang timbul adalah akibat
infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herpez zoster, leukoplakia,
ITP, dan tuberkulosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC).
(Anwar Hafis,2014)
d. Masa gejala lanjut
Pada masa ini jumlah CD4, di bawah 200.Penurunan daya tahan ini menyebabkan
resiko tinggi rendahnya infeksi opurtunistik berat atau keganasan. (Anwar
Hafis,2014)

2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain :
a. Pneumonia pneumocystis(PCP)
b. Tuberculosis(TBC)
c. Esofagitis
d. Diare
e. Toksoplasmositis
f. Leukoensefalopati multifocal prigesif
g. Sarcoma kaposi
h. Kanker getah bening
i. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV). (Anwar Hafis,2014)

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik untuk penderita AIDS. (Anwar Hafis,2014)adalah :
a. Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.
b. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan.
c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait.jangan
lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosit total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan rontgen. (Anwar Hafis,2014)
2.9 Pemeriksaan Penunjang
a. Elisa : Enzyme-linked imunosorbent assay (uji awal yang umum) – mendeteksi
antibodi terhadap antigen HIV (umumnya dipakai untuk skrining HIV pada individu
yang berusia lebih dari 2 tahun).
b. Western blot (uji konfirmasi yang umum) – mendeteksi adanya antibodi terhadap
beberapa protein spesifik HIV.
c. Kultur HIV – standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi.
d. Reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction [PCR]) – mendeteksi asam
deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini bermanfaat untuk mendiagnosis HIV
pada bayi dan anak.
e. Uji antigen HIV – mendeteksi antigen HIV.
f. HIV, IgA, IgM – mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi (secara
eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).

Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV tidak mudah.Dengan
menggunakan gabungan dari tes-tes di atas, diagnosis dapat ditetapkan pada kebanyakan
anak yang terinfeksi sebelum berusia 6 bulan.

a. Temuan laboratorium ini umumnya terdapat pada bayi dan anak-anak yang terinfeksi
HIV : Penurunan rasio CD4 terhadap CD8.
b. Limfopenia.
c. Anemia, trombositopenia.
d. Hipergammaglobulinemia (IgG, IgA, IgM).
e. Penurunan respon terhadap tes kulit (candida albican, tetanus).
f. Respon buruk terhadap vaksin yang didapat (dipteria, tetanus, morbili )
g. Haemophilus influenzae tipe B
h. Penurunan jumlah limfosit CD4+ absolut.
i. Penurunan persentase CD4+.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami


penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014)

Penyebab penyakit AIDS adalah HIV yaitu virus yang masuk dalam kelompok retrovirus
yang biasanya menyerang organ – organ vital system kekebalan tubuh manusia. Sindrom
immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh virus immunodefisiensi manusia
/ Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe 1 (HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit
T helper CD4+ , yang juga ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan
makrofag.

Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:

 Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi


 Pemakaian obat oleh ibunya
 Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
 Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi

Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain :

 Esofagitis
 Diare
 Toksoplasmositis
 Leukoensefalopati multifocal prigesif
 Kanker getah bening
 Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV). (Anwar Hafis,2014)

3.2 Saran
1. Memberikan support kepada penderita HIV agar tidak putus asa
2. Mencegah penyebaran HIV dengan pemeriksaan kesehatan anda dan anak secara rutin
3. Dan kita sebagai perawat terus memberikan asuhan keperawtan kepada penderita agar
mendapatkan pertolongan dalam pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiDyP38jNzo
AhXZV30KHZjjBe4QFjAAegQIBhAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ners.unair.ac.id
%2Fmaterikuliah%2FBUKU-AIDS-2007.pdf&usg=AOvVaw0nttWbiPipU2bb9-V5d0ZC

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiDyP38jNzo
AhXZV30KHZjjBe4QFjABegQIBxAB&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F34884395%2FASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_DENGAN_HIV_AIDS&
usg=AOvVaw38B1Uc0xcPF9xn0v9ndRsN

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiDyP38jNzo
AhXZV30KHZjjBe4QFjACegQIARAB&url=https%3A%2F%2Fid.scribd.com%2Fdoc
%2F115711911%2FAsuhan-Keperawatan-Anak-Dengan-
Hiv&usg=AOvVaw2dsZn1JvwuCqrJm9gOeFFQ

Anda mungkin juga menyukai