Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

N PADA MASALAH SISTEM


MUSKULOSKELETAL DAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOMILITIS DI
RUANG IRNA III C RSUD KOTA MATARAM

Dosen Pengampu :
Ibu Ns, Mustiati., M.Kep.
Disusun Oleh :

I KOMANG AGUS NOVI BIMANTORO ( 21.9.1.007 )

PROGRAM D-III KEPERAWATANFAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM

2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

( ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. N PADA MASALAH SISTEM


MUSKULOSKELETAL DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOMILITIS DI RUANG III
C RUMAH SAKIT KOTA MATARAM )

Nama mahasiswa : I KOMANG AGUS NOVI BIMANTORO

NIM : 21.9.1.007

Laporan praktek ini telah disetujui dan di sahkan pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( I KOMANG AGUS NOVI BIMANTORO )

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( …………………………………….. ) ( …………………………………….. )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan keperawatan
pada pasien Tn. N dengan masalah sistem muskuloskeletal dan dengan diagnosa medis
osteomilitis di Ruang Irna III C RSUD Kota Mataram. Kami juga berterima kasih kepada Ibu
Ns, Musniati, M.Kep, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Osteomilitis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami selaku penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Mataram, Juni, 2023


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI KONSEP PENYAKIT OSTEOMIELITIS............................................................................5
A. DEFINISI.......................................................................................................................................
B. KLASIFIKASI................................................................................................................................
C. ETIOLOGI.....................................................................................................................................
D. TANDA DAN GEJALA.................................................................................................................
E. PATOFISOLOGI............................................................................................................................
F. KOMPLIKASI..............................................................................................................................
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................................................
H. PENATALAKSAAN....................................................................................................................
I. PENCEGAHAN...........................................................................................................................
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT OSTEOMIELITIS.............................................................14
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN...............................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN..................................................................................................
C. INTERVENSI KEPERAWATAN................................................................................................
D. EVALUASI KEPERAWATAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................23
TINJAUAN TEORI
KONSEP PENYAKIT OSTEOMIELITIS

A. DEFINISI

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah
kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

B. KLASIFIKASI

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana


mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi
pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang
tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis
local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan
kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada
luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang
terjadi pada tulang yang fraktur.

C. ETIOLOGI

Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah


Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.

2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi melalui 3 cara:

1) Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain
ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan
(pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik
ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral).
Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada
tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya.
2) Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di
daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau
kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah
atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi,
bisa menyebar ke tulang tengkorak.

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Smeltzer (2002)

1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

E. PATOFISOLOGI

(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%


sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon
inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan
edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses
tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
Osteomelitis

Staphylococcus, Haemophilus, Pseudomonas, Escherichia Coli

Masuk Melalui Aliran Darah,Penyebaran Langsung, Infeksi Dari Jaringan Lunak

Implamasi

Iskemia Dan Nefrosid

Infeksi
Kavitasis
Medula
Periosteum

Menyebar Ke Jaringan
Lunak Atau Sendi

Perubahan
Fungsi
Sendi

Kontraktur Perubahan
Pada Sendi Defomirtas Sendi Hipertrof Komponen
i Sendi
Perubahan
Kondisi MK : distensi cairan
Kesehatan Pada — Kolagen
Hambatan
Psikologis — Progteogtikasi
Mobilitas Fisik
— Jaringan Sub
MK :
Kondrial
Perubahan Nyeri Akut
Turgor
Mk :
Ansietas MK :
MK : Resiko
Gangguan Infeksi
Sumber : (Brunner, suddarth. (2001)
Integritas Kulit
F. KOMPLIKASI

1. Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3) Atritis septik
2. Lanjut :
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan 
fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

(Brunner, suddarth. (2001)

1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama


b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H. PENATALAKSAAN

(Brunner, suddarth. (2001)

1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan


penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang
ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.
I. PENCEGAHAN

1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda,
yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem
kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera
mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan
lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak
dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi
sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan Anda.
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan
menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur. Setelah
Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu menjaga tekanan
darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu meningkatkan sirkulasi
Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) kalkulator untuk
memeriksa.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk
wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-kekuatan,
segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur melebihi
batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan
kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda
jika Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-
obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi asupan alkohol Anda.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung
dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari moderat
untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan Anda secara
keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga menggunakan
program khusus disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini dan tingkat
kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan Anda tentang tingkat yang paling
cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150 menit
latihan seminggu, mulai dari tingkat yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai
contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum
secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai
kebugaran Anda mulai membaik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT OSTEOMIELITIS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan
utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada
daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya
osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara
2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma tulang,
infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a) Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b) Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena demam yang ia diderita.
c) Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d) Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e) Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f) Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g) Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h) Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit
yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i) Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j) Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
k) Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d inflamasi dan pembengkakan


2. Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan
beban berat badan.
3. Resiko terhadap perluasan infeksi b.d pembentukan abses tulang.
4. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan pengobatan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


. Keperawatan Kriteria Hasil

1. Nyeri akut b.d Setelah di berikan — Mengkaji — Untuk mengetahui


inflamasi dan tindakan asuhan karakteristik nyeri : tingkat rasa nyeri
pembengkakan keperawatan lokasi, durasi, sehingga dapat
selama 1x24 jam di intensitas nyeri menentukan jenis
harapkan masalah dengan menggunakan tindakannya.
Nyeri akut dapat skala nyeri (0-10)
teratasi dengan
Kriteria Hasil : — Mempertahankan im- — Mencegah pergeseran
 Tidak terjadi mobilisasi (back slab) tulang dan penekanan

nyeri pada jaringan yang

 Napsu makan luka.

menjadi
— Berikan sokongan — Peningkatan vena
normal,
(support) pada return, menurunkan
 ekspresi
ektremitas yang luka. edem, dan mengurangi
wajah rileks
nyeri.
dan
 suhu tubuh
— Amati perubahan — Untuk mengetahui
normal
suhu setiap 4 jam penyimpangan –
penyimpangan yang
terjadi

— Kompres air hangat — Mengurangi rasa nyeri


dan memberikan rasa
nyaman

Koaborasi
— Pemberian obat-
— Mengurangi rasa nyeri
obatan analgesic
2. Gangguan Setelah di berikan — Pertahankan tirah — Agar gangguan
mobilisasi tindakan asuhan baring dalam posisi mobilitas fisik dapat
fisik b.d nyeri, keperawatan yang di programkan berkurang
alat selama 1x24 jam di
imobilisasi harapkan masalah — Tinggikan — Dapat meringankan
dan Ganguan mobilitas ekstremitas yang masalah gangguan
keterbatasan fisik dapat teratasi sakit, instruksikan mobilitas fisik yang
menahan dengan klien / bantu dalam dialami klien
beban berat Kriteria hasil : latihan rentang gerak
badan.  Meningkatkan pada ekstremitas
mobilitas pada yang sakit dan tak
tingkat paling sakit
— Dapat meringankan
tinggi yang
— Beri penyanggah masalah gangguan
mungkin
pada ekstremitas mobilitas yang dialami
 Mempertahan
yang sakit pada saat klien
kan posisi
fungsional bergerak
— Agar klien tidak
 Meningkatkan
banyak melakukan
/ fungsi yang
— Jelaskan pandangan gerakan yang dapat
sakit
dan keterbatasan membahayakan
 Menunjukkna
dalam aktivitas
teknik mampu — Mengurangi terjadinya
melakukan penyimpangan –
aktivitas penyimpangan yang
— Berikan dorongan
pada klien untuk dapat terjadi
melakukan AKS
dalam lingkup
keterbatasan dan beri
bantuan sesuai
— Mengurangi gangguan
kebutuhan
mobilitas fisik

— Ubah posisi secara


periodic
— Mengurangi gangguan
Kolabortasi mobilitas fisik
— Fisioterapi /
aoakulasi terapi

3. Resiko Setelah di berikan — Pertahankan system — Mencegah pemasukan


terhadap tindakan asuhan kateter steril; berikan bakteri dari infeksi/
perluasan keperawatan perawatan kateter sepsis lanjut.
infeksi b.d selama 1x24 jam di regular dengan sabun
pembentukan harapkan masalah dan air, berikan salep
abses tulang. Resiko terhadap antibiotic disekitar
peluasan infeksi sisi kateter.
dapat teratasi
— Menghindari refleks
dengan — Ambulasi dengan
balik urine, yang dapat
Kriteria hasil: kantung drainase
memasukkan bakteri
 Mencapai dependen.
kedalam kandung
waktu
kemih.
penyembuhan

— Awasi tanda vital, — Pasien yang

perhatikan demam mengalami sistoskopi/

ringan, menggigil, TUR prostate beresiko

nadi dan pernapasan untuk syok bedah/

cepat, gelisah, peka, septic sehubungan

disorientasi. dengan manipulasi/


instrumentasi

— Observasi drainase — Adanya drain, insisi


dari luka, sekitar suprapubik
kateter suprapubik. meningkatkan resiko
untuk infeksi, yang
diindikasikan dengan
eritema, drainase
purulen.

— Ganti balutan dengan — Balutan basah


sering (insisi supra/ menyebabkan kulit
retropublik dan iritasi dan memberikan
perineal), media untuk
pembersihan dan pertumbuhan bakteri,
pengeringan kulit peningkatan resiko
sepanjang waktu infeksi luka.

— Gunakan pelindung — Memberikan


kulit tipe ostomy perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah
ekskoriasi dan
menurunkan resiko
infeksi.
Kolaborasi:
— Berikan antibiotic
— Mungkin diberikan
sesuai indikasi
secara profilaktik
sehubungan dengan
peningkatan resiko
infeksi pada
prostatektomi.

4. Ansietas b.d Setelah di berikan — Jelaskan tujuan — Mengorientasi program


kurang tindakan asuhan pengobatan pada pengobatan.
pengetahuan keperawatan pasien. Membantu
tentang selama 1x24 jam di menyadarkan klien
kondisi harapkan masalah untuk memperoleh
penyakit dan Asietas dapat kontrol.
pengobatan. teratasi dengan — Kaji patologi masalah
Kriteria hasil: individu. — Informasi menurunkan
 Ekspresi takut karena
wajah relaks ketidaktahuan.
 Cemas dan Memberika
rasa takut pengetahuan dasar
hilang atau untuk pemahaman
berkurang kondisi dinamik
— Kaji ulang tanda /
gejala yang — Berulangnya
memerlukan evaluasi pneumotorak/hemotora
medik cepat,contoh k memerlukan
nyeri dada tiba-tiba, intervensi medik untuk
dispnea, distres mencegah /
pernapasan lanjut. menurunkan potensial
komplikasi.
— Kaji ulang praktik
kesehatan yang baik, — Mempertahanan
istirahat. kesehatan umum
meningkatkan
penyembuhan dan
dapat mencegah
kekambuhan rapeutik.
Kolaborasi :
— Gunakan obat sedatif
sesuai dengan
— Banyak pasien yang
anjuran
membutuhkan obat
penenang untuk
mengontrol
ansietasnya

Sumber :
Dr. dr. Sugoto; M.Kes. (2016).
Dr. R. Heru Arlyadi, MPH. (2018).
Harif Fadhillah, S.Kp., SH (2019).
D. EVALUASI KEPERAWATAN

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan osteomielitis


diharapkan sebagai berikut:

1. Nyeri berkurang atau terkontrol dan rasa nyaman meningkat


2. Gangguan mobilitas fisik berkurang
3. Tidak terjadi resiko perluasan infeksi yang dialami
4. Ansietas hilang dan pasien mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi,(2010)., Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta


Brunner & Suddarth. (2002)., Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, EGC, Jakarta
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, EGC, Jakarta
Dr. dr. Sugoto; M.Kes. (2016)., Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, Cetakan III. Jakarta
Dr. R. Heru Arlyadi, MPH. (2018)., Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, Cetakan II. Jakarta
Harif Fadhillah, S.Kp., SH (2019)., Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Edisi 1, Cetakan II. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai