Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN ANAK F.

PADA
MASALAH SISTEM IMUN DAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS OBSTRUKSI
FEBRIS DI RUANG RAWAT INAP ANAK PUSKESMAS GUNUNG SARI

Disusun Oleh :

I KOMANG AGUS NOVI BIMANTORO ( 21.9.1.007 )

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN
MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK

( ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN ANAK A. PADA MASALAH


SISTEM IMUN DENGAN DIAGNOSA OBSTRUKSI FEBRIS DI RUANG RAWAT
INAP ANAK RUMAH SAKIT PUSKESMAS GUNUNG SARI )
Nama mahasiswa : I KOMANG AGUS NOVI BIMANTORO
NIM : 21.9.1.007
Laporan praktek ini telah disetujui dan di sahkan pada
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

( I KOMANG AGUS NOVI BIMANTORO )

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( …………………………………….. ) ( …………………………………….. )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan tentang Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien Anak F. Pada Masalah
Sistem Imun Dan Dengan Diagnosa Medis Obstruksi Febris Di Ruang Rawat Inap Anak
Puskesmas Gunung Sari Kami juga berterima kasih kepada Ibu Ns, Siti Zuraida M.
M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Penyakit Obtruksi Febris. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami selaku penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Penulis
Komang agus novi bimantoro, Juli,
2023
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................2

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................6

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................6

B. TUJUAN...........................................................................................................................................7

C. METODE PENGUMPULAN DATA................................................................................................8

BAB II TINJAUN TEORI OBSTRUKSI FEBRIS......................................................................................9

A. DEFINISI..........................................................................................................................................9

B. KLASIFIKASI..................................................................................................................................9

C. ETIOLOGI......................................................................................................................................10

D. TANDA DAN GEJALA..................................................................................................................11

E. KOMPLIKASI................................................................................................................................11

F. PATOFISOLOGI............................................................................................................................11

G. PADWAY.......................................................................................................................................13

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................................................14

I. PENATALAKSAAN......................................................................................................................17

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK OBSTRUKSI FEBRIS...................................19

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.................................................................................................19

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................................................21

C. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................................................21

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................................................................23

E. EVALUASI KEPERAWATAN......................................................................................................23

BAB IIII PENUTUP..................................................................................................................................24

A. KESIMPULAN...............................................................................................................................24

B. SARAN...........................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam atau febris merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya
mencapai lebih dari 37,5 C. demam merupakan penyakit yang paling sering muncul pada
penyakit anak-anak. Sebagian besar demam pada anak di sebabkan oleh infeksi,
peradangan dan gangguan metabolic. Hal ini menyebabkan perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Jika demam tidak segera diatasi dapat menimbulkan efek
yang berbahaya pada anak yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, kejang demam sampai
kematian. (Sodikin, 2012).
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang berbeda
bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan dalam
mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak, jika
tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti,
hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran. Demam yang mencapai suhu 41°C angka
kematiannya mencapai 17%, dan pada suhu 43°C akan koma dengan kematian 70%, dan
pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa jam (Wardiyah, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh
Dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu 2 kematian tiap tahunnya (Setyowati,
2013). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19%
sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam. Penelitian oleh Jalil, Jumah, dan
AlBaghli (2007), di Kuwait menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan
sampai 36 bulan mengalami serangan demam rata-rata enam kali pertahunnya.
(Wardiyah, 2015).
B. TUJUAN

 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada Pasien
Anak F yang mengalami Masalah Obstruksi Febris Di Ruang Rawat Inap Anak
Puskesmas Gunung Sari.

 Tujuan Khusus
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam proses pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Pasien Anak F yang Masalah Obstruksi Febris Di Ruang Rawat Inap
Anak Puskesmas Gunung Sari. Untuk menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus,
khususnya dalam hal proses keperawatan yang terdiri dari :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan tindakan keperawatan
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan
5. Evaluasi
6. Dokumentasi
C. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual
dengan menggunakan panca indra. Mencatat hasil observasi secara khusus
tentang apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium dan dikecap akan lebih akurat
dibandingkan mencatat interprestasi seseorang tentang hal tersebut.

2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengupulan data secara
langsung antara perawat klien. Data wawancara adalah semua ungkapan klien,
tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman,
dan orang terdekat klien.

3. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Inspeksi yaitu pemeriksaan dengan melakukan observasi pada keadaan
umum, auskultasi aitu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat
stetoskop, perkusi yaitu melakukan pengetukan dan palpasi yaitu dengan
melakukan perabaan. Pemeriksaan ini dilakukan secara keseluruhan dari kepala
sampai ujung kaki,

4. Studi dokumentasi
Data yang diambil dari status klien yang ada diruangan baik itu berupa
catatan perawat ataupun instruksi dokter.

5. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data teori yang
berhubungan dengan isi karya tulis ilmiah tersebut, terdiri dari buku- buku, jurnal,
internet dan sumber-sumber lain.
BAB II
TINJAUN TEORI
OBSTRUKSI FEBRIS

A. DEFINISI

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh 37,7" C. Ada yang menyebutkan demam


sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (380- 40°C). Hiperpireksia, bila suhu
tubuh > 41,1° C, ada juga yang menyebutkan > 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas
normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Zein, 2012).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi
pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit - penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.
Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, 2016).

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:


1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan
turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi
dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat
demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang- kadang dikaitkan dengan suatu
penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera


dengan suatu sebab yang jelas seperti abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru
saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak
harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)

C. ETIOLOGI

Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di
dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya
penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara
lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang
lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobroni
(2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi.

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:


1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5°C - 39°C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

E. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi demam ↑ penguapan cairan tubuh


2. Kejang demam jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayan
otak.
3. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal.

F. PATOFISOLOGI

Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke
nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen
atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu
baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999).
G. PADWAY

Sumber : (Julia, 2000).


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012),

 Pemeriksaan radiologis:

Thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.

 Pemeriksaan labolatorium:

1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan


demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan
penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi
diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi. Banyak penyakit
infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan pemeriksaan
darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa penyakit infeksi yang umum di
Indonesia dengan manifestasi demam dapat dibedakan dengan
pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis demamnya. Beberapa
petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi dan non
infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin antara lain:
a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid,
tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai
dengan hematuria), SLE, ITP, dan malignansi.
b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD,
chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis,
leukemia (lebih dari 20.000).
d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptosopirosis,
malaria, ITP, dan anemia aplastik.
e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare
akut, DBD.
f. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut
g. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis
h. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
i. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit
seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler's
syndrome dan reaksi alergi
2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung. Proteinuria
ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai sebab.
Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross hematuria sering
dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat (Black Water Fever),
batu saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara mikroskopik,
dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab demam, seperti
amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai jenis jamur.
Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes sensitivitas serta
PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan mikroorganiosme yang
dicurigai sebagai penyebab.
4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan pada
pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria harus
diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan darah tebal
dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal, tidak difiksasi.
Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria harus susuai dengan
standard.
5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan
untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG), Malaria
(falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot), Leptospirosis,
Infeksi HIV.
6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga sebagai
akibat dari infeksi.
7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit infeksi,
seperti NS1 pada DBD
8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini untuk
menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.
Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam dimintakan
sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi pada demam
rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis seperti anti HCV,
HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain- lain.
9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan temuan
dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur setelah
pemberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip. Permintaan kultur
jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah dalam menelusuri
etiologi penyebab demam.
10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah
ditujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain akibat
penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga untuk
menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya, tuberkulosis selalu
sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi ginjal terjadi pada Weil's
diseases, hiponatremia bisa terjadi pada malaria dan DBD, enzim
transaminase selalu meninggi pada DBD, leptospirosis dan malaria.
I. PENATALAKSAAN

1. Secara Fisik
a) Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai
otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya
fungsi intelektual tertentu.
b) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e) Berikan cairan melalui mulut, minumsebanyak banyaknya Minuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a) Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b) Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c) Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
OBSTRUKSI FEBRIS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
 Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
 Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
ikterus
 Riwayat Masa Lampau
Penyakit yang pernah diderita: Tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
 Pernah dirawat dirumah sakit
 Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
 Riwayat kontak dengan penderita TBC
 Alergi
 Daya tahan yang menurun.
 Imunisasi/Vaksinasi : BCG
 Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula)
 Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
 Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
- Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota
keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak
- Kondisi rumah
- Merasa dikucilkan
- Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
- Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
- Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak
- Tidak bersemangat dan putus harapan.
 Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga,Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
 Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1. Pertumbuhan
- Kaji BBL,BB saat kunjungan
- BB normal
- BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
- kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R =
usia dalam tahun
- LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2.  Perkembangan
- lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek
dengan mata, mengoceh,
- usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,
tertawa, dan mengais  meringis
- usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan yang lain  dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
3. usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan
kat-kata, mengerti ajakan  sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam
permainan.
4. usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
5. usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan
hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat
pada anak lain dan bermain dengan mereka.
6. usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak,
menyusun kalimat dan lain-lain.
7. usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan
baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
8. usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penyakit demam sangat berisiko maka pasien perlu dirawat di rumah sakit, sedangkan
keperawatan pasien yang perlu diperhatikan ialah resiko peningkatan suhu tubuh,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
Diagnosa yang sering muncul adalah :
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
1. Hypertermia b/d proses 1. Pantau suhu klien (derajat dan
infeksi - Bebas dari kedinginan Suhu pola) perhatikan
tubuh stabil 36-37 C menggigil/diaforsis
2. Pantau suhu lingkungan,
batasi/tambahkan linen tempat
tidur sesuai indikasi
3. Berikan kompres hangat hindri
penggunaan akohol
4. Berikan miman sesuai
kebutuhan
5. Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik
2. Resiko injuri b/d infeksi 1. Kaji tanda-tanda komplikasi
mikroorganisme - Menunjukan homeostatis lanjut
tidak ada perdarahan mukosa 2. Kaji status kardiopulmonar
dan bebas dari komplikasi 3. Kolaborasi untuk pemantauan
lain laboratorium: monitor darah
rutin
4. Kolaborasi untuk pembereian
antibiotik
3. Resiko kurang volume - Tanda vital dalam batas 1. Ukur/catat haluaran urine dan
cairan b/d intake yang normal berat jenis. Catat ketidak
kurang dan deperosis - Haluran urine adekuat seimbangan masukan dan
- Tidak ada tanda-tanda haluran kumulatif
dehidrasi 2. Pantau tekanan darah dan
denyut jantung ukur CVP
3. Palpasi denyut perifer
4. Kaji membran mukosa kering,
tugor kulit yang kurang baik
dan rasa halus
5. Kolaborasi untuk pemberian
cairan IV sesuai indikasi
6. Pantau nilai laboratorium,
Ht/jumlah sel darah merah,
BUN,cre, Elek,LED, GDS
4. Cemas b/d hipertermi, 1. Kaji dan identifikasi serta
efek proses penyakit - Klien dapat menidentifikasi luruskan informasi yang
hal-hal yang dapat dimiliki klien mengenai
meningkatkan dan hipertermi
menurunkan suhu tubuh 2. Berikan informasi yang akurat
- klien mau berpartisipasi tentang penyebab hipertermi
dalam setiap tidakan yang 3. Validasi perasaan klien dan
yakinkan klien bahwa
kecemasam merupakan respon
yang normal
4. Diskusikan rencana tindakan
yang dilakukan berhubungan
dengan hipertermi dan keadaan
penyakit

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana


yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien.
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif


dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.
BAB IIII
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh 37,7" C. Ada yang menyebutkan demam


sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (380- 40°C). Hiperpireksia, bila suhu
tubuh > 41,1° C, ada juga yang menyebutkan > 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas
normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Zein, 2012).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam
tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi
pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak
merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit - penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.
Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(Wardiyah, 2016).
B. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang laporan pemdahuluan di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan laporan pendahuluan yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan
lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka laporan pendahuluan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1-3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id

M.Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktek.


Yogyakarta: Arr-Ruzz Media

Nur, Rohmah Resty P And Agus Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat
Pada Anak Demam Sarwo Prayogi, And Eko Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction

PPNI. T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI); Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

PPNI. T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Wardiyah, Aryanti, (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat


Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu
Keperawatan - Volume 4, No. 1. 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94

Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris
Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018 Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46 siska damayanti, Pdf

Zein. Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan: USU PRESS 2012

Anda mungkin juga menyukai