PADA
MASALAH SISTEM IMUN DAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS OBSTRUKSI
FEBRIS DI RUANG RAWAT INAP ANAK PUSKESMAS GUNUNG SARI
Disusun Oleh :
Mahasiswa
Mengetahui
( …………………………………….. ) ( …………………………………….. )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan tentang Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien Anak F. Pada Masalah
Sistem Imun Dan Dengan Diagnosa Medis Obstruksi Febris Di Ruang Rawat Inap Anak
Puskesmas Gunung Sari Kami juga berterima kasih kepada Ibu Ns, Siti Zuraida M.
M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak yang memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Penyakit Obtruksi Febris. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami selaku penulis maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
Komang agus novi bimantoro, Juli,
2023
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................6
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................6
B. TUJUAN...........................................................................................................................................7
A. DEFINISI..........................................................................................................................................9
B. KLASIFIKASI..................................................................................................................................9
C. ETIOLOGI......................................................................................................................................10
E. KOMPLIKASI................................................................................................................................11
F. PATOFISOLOGI............................................................................................................................11
G. PADWAY.......................................................................................................................................13
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................................................14
I. PENATALAKSAAN......................................................................................................................17
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN.................................................................................................19
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................................................21
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................................................................21
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................................................................23
E. EVALUASI KEPERAWATAN......................................................................................................23
A. KESIMPULAN...............................................................................................................................24
B. SARAN...........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Demam atau febris merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh mengalami
peningkatan di atas normal. Seseorang dapat dikatakan demam jika suhu tubuhnya
mencapai lebih dari 37,5 C. demam merupakan penyakit yang paling sering muncul pada
penyakit anak-anak. Sebagian besar demam pada anak di sebabkan oleh infeksi,
peradangan dan gangguan metabolic. Hal ini menyebabkan perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Jika demam tidak segera diatasi dapat menimbulkan efek
yang berbahaya pada anak yaitu dapat menyebabkan dehidrasi, kejang demam sampai
kematian. (Sodikin, 2012).
Demam pada anak dibutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri yang berbeda
bila dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan dalam
mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan keselamatan anak, jika
tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti,
hipertermi, kejang dan penurunan kesadaran. Demam yang mencapai suhu 41°C angka
kematiannya mencapai 17%, dan pada suhu 43°C akan koma dengan kematian 70%, dan
pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa jam (Wardiyah, 2015).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh
Dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu 2 kematian tiap tahunnya (Setyowati,
2013). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19%
sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam. Penelitian oleh Jalil, Jumah, dan
AlBaghli (2007), di Kuwait menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan
sampai 36 bulan mengalami serangan demam rata-rata enam kali pertahunnya.
(Wardiyah, 2015).
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran nyata pelaksanaan asuhan keperawatan pada Pasien
Anak F yang mengalami Masalah Obstruksi Febris Di Ruang Rawat Inap Anak
Puskesmas Gunung Sari.
Tujuan Khusus
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam proses pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Pasien Anak F yang Masalah Obstruksi Febris Di Ruang Rawat Inap
Anak Puskesmas Gunung Sari. Untuk menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus,
khususnya dalam hal proses keperawatan yang terdiri dari :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan tindakan keperawatan
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan
5. Evaluasi
6. Dokumentasi
C. METODE PENGUMPULAN DATA
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual
dengan menggunakan panca indra. Mencatat hasil observasi secara khusus
tentang apa yang dilihat, didengar, dirasa, dicium dan dikecap akan lebih akurat
dibandingkan mencatat interprestasi seseorang tentang hal tersebut.
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengupulan data secara
langsung antara perawat klien. Data wawancara adalah semua ungkapan klien,
tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk keluarga, teman,
dan orang terdekat klien.
3. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dengan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Inspeksi yaitu pemeriksaan dengan melakukan observasi pada keadaan
umum, auskultasi aitu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat
stetoskop, perkusi yaitu melakukan pengetukan dan palpasi yaitu dengan
melakukan perabaan. Pemeriksaan ini dilakukan secara keseluruhan dari kepala
sampai ujung kaki,
4. Studi dokumentasi
Data yang diambil dari status klien yang ada diruangan baik itu berupa
catatan perawat ataupun instruksi dokter.
5. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data teori yang
berhubungan dengan isi karya tulis ilmiah tersebut, terdiri dari buku- buku, jurnal,
internet dan sumber-sumber lain.
BAB II
TINJAUN TEORI
OBSTRUKSI FEBRIS
A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di
dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus panas. Biasanya
penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari dengan
pemeriksaan medis yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga
dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian
obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara
lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang
lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat
toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobroni
(2015) bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan.
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia.
4. Malaria.
5. Otitis media.
6. Imunisasi.
E. KOMPLIKASI
F. PATOFISOLOGI
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set point, tetapi ada
peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set point. (Julia, 2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak terhadap
infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi atau zat asing
masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan dilepaskannya
pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh
(pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing (non infeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang terdapat
pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus. Dalam
hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan
peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan
suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat. Pengeluaran panas menurun, terjadilah ketidakseimbangan
pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan merangsang
aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk memerangi zat asing
tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam amino yang berperan
dalam pembentukan antibodi atau sistem kekebalan tubuh. (Sinarty, 2003)
Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa menggigil atau krisis/flush.
Menggigil. Bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari tingkat normal ke
nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari kerusakan jaringan,zat pirogen
atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu
baru.
Krisis/flush. Bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan mendadak
disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada pada nilai rendah,
mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Guyton, 1999).
G. PADWAY
Pemeriksaan radiologis:
Thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
Pemeriksaan labolatorium:
1. Secara Fisik
a) Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai
otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya
fungsi intelektual tertentu.
b) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
c) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
d) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
e) Berikan cairan melalui mulut, minumsebanyak banyaknya Minuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
f) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk pemberian antipiretik:
a) Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b) Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c) Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
OBSTRUKSI FEBRIS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Identitas Data Umum (selain identitas klien, juga identitas orangtua; asal kota dan
daerah, jumlah keluarga)
Keluhan Utama (penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit)
Riwayat kehamilan dan kelahiran:
Prenatal : (kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil)
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
Post Natal : kurang asupan nutrisi , bayi menderita penyakit infeksi , asfiksia
ikterus
Riwayat Masa Lampau
Penyakit yang pernah diderita: Tanyakan, apakah klien pernah sakit batuk yang
lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah
diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak teratur?
Pernah dirawat dirumah sakit
Obat-obat yang digunakan/riwayat Pengobatan
Riwayat kontak dengan penderita TBC
Alergi
Daya tahan yang menurun.
Imunisasi/Vaksinasi : BCG
Riwayat Penyakit Sekarang (Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat
benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula)
Riwayat Keluarga (adakah yang menderita TB atau Penyakit Infeksi lainnya,
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama)
Riwayat Kesehatan Lingkungan dan sosial ekonomi
- Lingkungan tempat tinggal (Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah),
pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota
keluarga yang banyak), pola sosialisasi anak
- Kondisi rumah
- Merasa dikucilkan
- Aspek psikososial (Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri)
- Biasanya pada keluarga yang kurang mampu
- Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu
yang lama dan biaya yang banyak
- Tidak bersemangat dan putus harapan.
Riwayat psikososial spiritual (Yang mengasuh, Hubungan dengan anggota
keluarga,Hubungan dengan teman sebayanya, Pembawaan secara umum,
Pelaksanaan spiritual)
Pengkajian TUMBANG menggunakan KMS,KKA, dan DDST
1. Pertumbuhan
- Kaji BBL,BB saat kunjungan
- BB normal
- BB normal, mis : ( 6-12 tahun ) umur
- kaji berat badan lahir dan berat badan saat kunjungan TB = 64 x 77R =
usia dalam tahun
- LL dan luka saat lahir dan saat kunjungan
2. Perkembangan
- lahir kurang 3 bulan = belajar mengangkat kepala, mengikuti objek
dengan mata, mengoceh,
- usia 3-6 bulan mengangkat kepala 90 derajat, belajar meraih benda,
tertawa, dan mengais meringis
- usia 6-9 bulan = duduk tanpa di Bantu, tengkuarap, berbalik sendiri,
merangkak, meraih benda, memindahkan benda dari tangan satu ke
tangan yang lain dan mengeluarkan kata-kata tanpa arti.
3. usia 9-12 bulan = dapat berdiri sendiri menurunkan sesuatu mengeluarkan
kat-kata, mengerti ajakan sederhana, dan larangan berpartisipasi dalam
permainan.
4. usia 12-18 bulan = mengeksplorasi rumah dan sekelilingnya menyusun 2-3
kata dapat mengatakan 3-10 kata , rasa cemburu, bersaing
5. usia 18-24 bulan = naik–turun tangga, menyusun 6 kata menunjuk kata dan
hidung, belajar makan sendiri, menggambar garis, memperlihatkan minat
pada anak lain dan bermain dengan mereka.
6. usia 2-3 tahun = belajar melompat, memanjat buat jembatan dengan 3 kotak,
menyusun kalimat dan lain-lain.
7. usia 3-4 tahun = belajar sendiri berpakaian, menggambar berbicara dengan
baik, menyebut warna, dan menyayangi saudara.
8. usia 4-5 tahun = melompat, menari, menggambar orang, dan menghitung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penyakit demam sangat berisiko maka pasien perlu dirawat di rumah sakit, sedangkan
keperawatan pasien yang perlu diperhatikan ialah resiko peningkatan suhu tubuh,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit.
Diagnosa yang sering muncul adalah :
1. Hyperthermia berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
3. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
4. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang laporan pemdahuluan di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan laporan pendahuluan yang telah di
jelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan
lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka laporan pendahuluan.
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1-3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
Nur, Rohmah Resty P And Agus Suryani, (2018) Penerapan Kompres Hangat
Pada Anak Demam Sarwo Prayogi, And Eko Dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi Thesis. Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta. Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan Febris
Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2018 Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46 siska damayanti, Pdf
Zein. Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan: USU PRESS 2012