Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN AKTIFITAS PATOLOGIS SISTEM


MUSKOLOSKELETAL OSTEOMYELITIS

Disusun Oleh:
1. Amanda Cahya R. (3220213857)
2. Hanifah Lintang U. (3220213878)
3. Mailani Wahyu Putri U. (3220213883)
4. Muhammad Zakariya (3220213886)
5. Putri Diah Astuti (3220213889)
6. Samaritan Oktavianes (3220213896)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES NOTOKUSUMO YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan ridho-
Nya kami mendapatkan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Aktfitas Mushkoloskeletal Osteomilitis”
tepat pada waktunya, adapun tujuan dari penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis. Tidak lupa kami mengucapkan
banyak terimakasih untuk rekan-rekan anggota yang telah mencari materi dan lainnya kami
juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini, dengan makalah ini kami buat semoga makalah ini dapat bermanfaat
terimakasih.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteomyelitis merupakan suatu proses peradangan yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan tulang. Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit infeksi yang paling sulit pengobatannya dikarenakan sifat
heterogenitasnya, presentasi klinis dan patofisiologinya.
Data insiden kasus osteomyelitis diselurh dunia masih belum ada, namun di
Amerika Serikat insidensi osteomyelitis adalah 21,8 kasus dari 100.000 orang per
tahun pada rentagtahun1969-2009. Tahun 2000-2009, kasus osteomyelitis adalah 24,4
dari 100.000 orang pertahun. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan
pada tahun 1969-1979, yang mana kasus osteomyelitis adalah 11,4 dari 100.000 orang
per tahun. Sekitar 50-70 % , kasus osteomyelitis disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus.
Secara umum osteomyelitis terbagi menjadi osteomyelitis akut dan
osteomyelitis kronis yang memiliki manajemen pengobatan yang berbeda.
Manajemen osteomielitis saat ini masih kurang memuaskan dan masih sedikitnya
bukti ilmiah pedoman pengobatan, sehingga sering sekali osteomielitis akut
berkembang menjadi osteomielitis kronik, sebagaimana penelitian yang dilakukan di
Amerika, ditemukan sekitar 25% osteomielitis akut berlanjut menjadi osteomielitis
kronis.8,9,10 Kondisi ini yang menyebabkan osteomielitis semakin sulit diobati
karena sering disertai kekambuhan.11 Salah satu penyebabnya adalah terhambatnya
eradikasi kuman oleh antibiotika dikarenakan Staphylococcus aureus menghasilkan
biofilm yang dapat menyebabkan antibiotika sulit menembus dinding bakteri.
Manajemen penatalaksanaan osteomielitis kronis memerlukan debridemen
dan rekonstruksi bedah yang diikuti dengan terapi antibiotika. Tahap pertama adalah
debridemen radikal dan penyisipan kombinasi bone cement-antibiotika ke dalam
defek tulang. Tahap kedua dilakukan 6 hingga 8 minggu kemudian yaitu
pengangkatan bone cement dan digantikan dengan bone graft.
Bone cement adalah substansi yang digunakan untuk mengisi ruang kosong
pada tulang yang diakibatkan oleh osteomielitis sehingga tulang tetap stabil. Beberapa
jenis bone cement yang digunakan adalah Polymethyl methacrylate (PMMA),
Calcium Phosphate Cements (CPCs) dan Glass polyalkenoate Cements (GPCs).
Namun, bone cement yang paling banyak digunakan di praktik klinis adalah
Polymethyl methacrylate (PMMA) dikarenakan memilki kekuatan mekanik yang
tinggi.
Penggunaan bone cement PMMA yang dikombinasikan dengan antibiotika
lokal pada kasus osteomielitis bertujuan untuk menghambat pertumbuhan kuman
secara langsung.15 Hal ini dikarenakan kemampuan bone cement PMMA untuk
melepaskan konsentrasi antibiotika lokal yang tinggi dan konsisten. Persyaratan
antibiotika yang dapat dicampur dengan bone cement adalah tahan panas. Banyak
antibiotika yang telah menunjukkan efektivitas ketika dicampur dengan bone cement
PMMA, namun salah satu yang paling efektif adalah gentamisin karena memiliki
spektrum kerja yang luas dan bersifat tahan panas, 17,18 namun potensi antibakteri
kombinasi gentamisin bone cement PMMA terhadap Kadar Hambat Minimal (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) bakteri Staphylococcus aureus masih belum ada.
Gentamisin adalah salah satu antibiotika golongan aminoglikosida.
Gentamisin bersifat bakterisid dan memiliki spektrum kerja yang luas, salah satunya
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus secara umum
masih sensitif terhadap gentamisin. Penelitian yang dilakukan oleh Jerzy dkk
memperlihatkan 92% kultur Staphylococcus aureus yang diperoleh dari 30 pasien
osteomielitis kronis, memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap gentamisin. Untuk itu
peneliti tertarik untuk meneliti potensi aktivitas antibakteri gentamisin bone cement
Polymethyl methacrylate (PMMA) terhadap kultur Staphylococcus aureus.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mengetahui potensi aktivitas antibakteri gentamisin bone cement polymethyl
methacrylate (PMMA) terhadap kultur Staphylococcus aureus.
b. Tujuan khusus
Mengidentifikasi kadar hambat minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM)
dari beberapa konsentrasi kombinasi gentamisin bone cement polymethyl
methacrylate (PMMA) terhadap kultur Staphylococcus aureus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi dan tingginya tekanan jaringan dan pembentukan infolukrum
(pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. 2001)
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berikut:

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae
(Depkes RI, 1995).
2.      Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3.      Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
4.      Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,
infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

B.     Klasifikasi Osteomielitis (Henderson, 1997)


Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1.      Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2.      Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak
dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen
biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi
ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan
daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan
nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi
bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

C. Etiologi (Henderson, 1997)


Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1. Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Streptococcus hemolitikus
4. Pseudomonas aurenginosa
5. Escherechia coli
6. Clastridium perfringen
7. Neisseria gonorhoeae
8. Salmonella thyposa

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :


a. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya
terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada
dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik ilegal, rentan terhadap
infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam
telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya.
b. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi
buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
c. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau
minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya
pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa
menyebar ke tulang tengkorak.

D. Manifestasi klinis (Henderson, 1997)


1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam,
menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka
dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya
timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri
akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari
penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan
abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan
pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada
sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah
tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun
(osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang
yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit
dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

E. Komplikasi (Brunner, suddarth. (2001)


Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan
pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi
osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang
terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran
darah sistemik.

Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:


1. Abses Tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur Patologis
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.

F. Patofisiologi (Brunner, suddarth. (2001)


Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme
patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi
dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah
periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan
drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis
dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan
tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

G. Pemeriksaan penunjang (Brunner, suddarth. (2001)


1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji
sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri
salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian
tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2
minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
1. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan
besar adalah osteomielitis

H. Penatalaksanaan medis (Brunner, suddarth. (2001)


1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan penderita
dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak
menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah,
dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya
menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh
balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat
kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan
menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan
fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses
pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan
hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.

I. Pencegahan osteomielitis (Depkes RI, 1995).


1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya buruk
bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda
merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri Anda, dan
kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan
sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan
sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian.
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan dan
kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet
kalori terkontrol dan olahraga teratur.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga sampai
empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira
setengah pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh.
Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik
tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem peredaran
darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah.
Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum
secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda
mulai membaik.
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.


Brunner, Suddarth,(2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 3,EGC : Jakarta.
Brunner,suddarth.2001.Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit, EGC :
Jakarta
Carpenito, 1990. Diagnosis Keperawatan Pada Praktek Klinik.
Depkes RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.
Dorland, W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland.Terbitan EGC :
Jakarta.
Dorland, 2002.Kamuskedokteran dorland.Terbitat EGC :Jakarta.
Henderson, 1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.
KAMUS KEDOKTERAN Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al. Jakarta :
EGC, pp : 1565, 1.
NANDA,2012-2014. NIC fifth edition. NOC fifth edition. :Nyeri akut b/d agen
injuri fisik,Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas tulang,Gangguan
integritass kulit b/d imobilitas fisik,Ansietas b/d stasus kesehatan,Resiko infeksi
b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Nursalam, 2001. Konsep dan Metode Keperawatan.
PENYAKIT TULANG & PERSENDIAN. Jakarta : pustaka populer obor.
Price, Wilson, 2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai