OSTEOMIELITIS
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan “MAKALAH KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH OSTEOMIELITIS” ini
dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Etiologi
Penyebab osteomielitis multifaktor. Adanya kondisi avaskuler dan
iskemik pada daerah infeksi dan pembentukan sequestrum pada daerah
dengan tekanan oksigen rendah sehingga tidak bisa dicapai oleh antibiotik.
Rendahnya tekanan oksigen mengurangi efektivitas bakterisidal dari
polymorpholeukocytes dan juga merubah infeksi aerobik menjadi anaerob
(Solomon, 2016). Penyebab tersering osteomielitis termasuk patah tulang
terbuka, penyebaran bakteri secara hematogen, dan prosedur pembedahan
orthopaedi yang mengalami komplikasi infeksi (Chiappini dkk, 2016).
Zat-zat yang diproduksi oleh biofilm Staphylococcus aureus dapat
memberikan konstribusi terhadap kehilangan tulang selama osteomielitis
dengan cara menurunkan viabilitas osteoblas dan potensi osteogenik
sehingga membatasi pertumbuhan tulang baru dan meningkatkan resorpsi
tulang dengan cara peningkatan ekspresi RANK-L oleh osteoblas (Wang,
2017).
Masuk kedalam aliran darah, penyebaran langsung, infeksi dari jaringan lunak
implamasi
Infeksi kavitasis
Medularis
periosteum
Menyebar ke jaringan
lunak atau sendi
Perubahan fungsi
sendi
hipertrofi Perubahan
komponen
sendi
Distensi cairan
-kolagen
-progteogtikasi
- jaringan subkondrial
Nyeri Kronis
Risiko infeksi
(Fucuta, 2018)
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Osteomielitis akut
2. Osteomielitis kronik
-Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya normal)
(usbah, 2016).
2.8 Pencegahan
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan
infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan
infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pasca operasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan
yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pasca operasi
aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial
terjadinya osteomyelitis (usbah, 2016).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS
3.1 Pengkajian
1. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan
gejala akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti
trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang,
dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak
dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah
sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380,
takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya,
apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik
diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau
banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
i. Seksual Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan masalah
seksual.
j. Koping - Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap
klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses
perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses
pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah
karena nyeri yang ia rasakan.
7. Kolaborasi 7. memberikan
pemberian obat analgetik
analgetik, jika untuk meredakan
perlu nyeri
2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Pencegahan
asuhan keperawatan, Infeksi Infeksi
diharapkan risiko 1. Monitor tanda 1. untuk
infeksi dapat menurun dan gejala infeksi mengetahui
dengan kriteria hasil: local dan sistemik timbulnya gejala
infeksi
a. Nyeri menurun
2. Cuci tangan 2. untuk
b. Bengkak menurun
sebelum dan mencegah
c. Kadar sel darah
sesudah kontak penularan infeksi
putih membaik
dengan pasien
3.4 Evaluasi
Setelah mendapatkan implementasi keperawatan, maka pasien
dengan osteomyelitis diharapkan sebagai berikut:
a. keluhan nyeri menurun
b. meringis menurun
c. gelisa menurun
e. Nyeri menurun
f. Bengkak menurun
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa kesehatan atau agar lebih meningkatkan ilmu kesehatan
terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan
secara berkesinambungan.
2. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA
Fucuta PS et al. Outcomes and risk factors for polimicrobial post traumatic
osteomielitis. IVISPRING, 2018; 3(1): 20-26