Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

OSTEOMIELITIS

Disusun Oleh : KELOMPOK 7

1. M. IMAMAL MUJAHIDIN (014SYE19)


2. SRIULATI NURKHOFIFAH (028SYE19)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI DIII KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan “MAKALAH KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH OSTEOMIELITIS” ini
dengan baik.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Tidak lupa kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja.

kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami sangat menerima kritik
dan saran dari pembaca.

Mataram, September 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Secara normal, tulang merupakan organ yang steril, serta tidak mudah untuk
terjadinya infeksi. Salah satu infeksi yang paling sering di bagian bedah
orthopedi adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah infeksi dari jaringan tulang
yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi
masuk dari luar tubuh) atau hematogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh)
(Gomes, 2017).

Osteomielitis dapat berupa proses inflamasi akut atau inflamasi kronik


dari tulang dan struktur sekitarnya sekunder karena infeksi (Ramachandran,
2017). Osteomielitis secara umum merupakan infeksi yang prosesnya lambat
dibandingkan infeksi akut pada kulit otot atau sendi, kadang sulit dibedakan
dengan selulitis (white, 2016). Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik.
Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari osteomielitis?
2. Bagaimana klasifikasi osteomielitis?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui definisi dari osteomielitis
2. untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi osteomielitis


Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi inflamasi tulang.
Osteomielitis bisa disebabkan oleh adanya infeksi dari beberapa organisme.
Organisme penginfeksi dapat berupa bakteri pyogenik dan mikobakteri
(Jurnal, 2020).

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon


(tulang) dan myelo (sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis
(inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis dimana tulang terinfeksi
oleh mikroorganisme, Osteomielitis didefinisikan sebagai osteomielitis
dengan gejala lebih dari 1 bulan (Solomon, 2016).

Dari hasil penulisan makalah di atas dapat diketahui bahwa Osteomielitis


merupakan suatu kondisi dimana terjadi inflamasi tulang yang disebabkan
oleh mikroorganisme

2.2 Etiologi
Penyebab osteomielitis multifaktor. Adanya kondisi avaskuler dan
iskemik pada daerah infeksi dan pembentukan sequestrum pada daerah
dengan tekanan oksigen rendah sehingga tidak bisa dicapai oleh antibiotik.
Rendahnya tekanan oksigen mengurangi efektivitas bakterisidal dari
polymorpholeukocytes dan juga merubah infeksi aerobik menjadi anaerob
(Solomon, 2016). Penyebab tersering osteomielitis termasuk patah tulang
terbuka, penyebaran bakteri secara hematogen, dan prosedur pembedahan
orthopaedi yang mengalami komplikasi infeksi (Chiappini dkk, 2016).
Zat-zat yang diproduksi oleh biofilm Staphylococcus aureus dapat
memberikan konstribusi terhadap kehilangan tulang selama osteomielitis
dengan cara menurunkan viabilitas osteoblas dan potensi osteogenik
sehingga membatasi pertumbuhan tulang baru dan meningkatkan resorpsi
tulang dengan cara peningkatan ekspresi RANK-L oleh osteoblas (Wang,
2017).

2.3 Manifestasi Klinis


Pasien dapat menderita nyeri pada daerah yang terkena, eritema, bengkak
dan terdapat sinus. Demam biasanya tidak ditemukan pada osteomielitis.
Oleh karena infeksi biasanya tenang, diperlukan kecurigaan yang tinggi
dalam diagnosis, terutama pada pasien dengan atrophic nonunion setelah
patah tulang terbuka atau fiksasi internal dari patah tulang tertutup. Pada
sekitar 0.2% hingga 1.6% pasien, sinus yang kronik dapat berakhir pada
metaplasia pada epitel traktus sinus, tranformasi ganas dan pembentukan
squamous cell carcinoma (Marjolin’s ulcer) ( Lo C, 2017).
Osteomielitis multifokal kronis merupakan kondisi yang jarang dengan
penyebab yang belum diketahui. Gambaran klinis berupa lemas yang
memberat, nyeri lokal dan nyeri tekan pada tempat infeksi. Lesi tulang dapat
muncul berurutan dengan lokasi predominan pada metafise tulang panjang,
dapat juga melibatkan bagian medial clavicula, korpus vertebra atau sendi
sacroiliakus. Lesi tulang sering berulang dan dapat simetris (Fucuta, 2018).

2.4 Klasifikasi osteomielitis


Dari uraian di atas dapat diklasifikasikan 2 macam osteomyelitis
(Ambarawati, 2017), yaitu;
1. Osteomielitis primer yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melaui
sirkulasi darah
2. Osteomielitis sekunder yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lam infeksi osteomielitis terbagi menjadi 3 yaitu:
1. osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya
terjadi pada anak anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen). Osteomielitis akut terbagi menjadi 2 yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari darah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada
anak anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah
yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis
dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma,
yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terloksasi dan melibatkan banyak jenis organisme
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut
akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya
terjadi karena ada luka atau trauma ( osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
2.5 Patofisiologi
Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis
hematogen biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak, jarang pada
orang dewasa, kecuali bila melibatkan tulang belakang. Osteomielitis dari
insufisiensi vaskuler sering terjadi pada diabetes melitus. Contiguous
osteomielitis paling sering terjadi setelah terjadi cedera pada ekstremitas.
Berbeda dari osteomielitis hematogen, kedua yang terakhir biasanya dengan
infeksi polimikroba, sering Staphylococcus aureus bercampur dengan
patogen lain (Saltoglu dkk, 2018).

Infected nonunion dan osteomielitis post trauma disebabkan oleh karena


kontaminasi mikroba setelah suatu patah tulang terbuka, luka tusuk, atau
pembedahan pada patah tulang tertutup. Pembentukan biofilm merupakan
kunci dari perkembangan infeksi. Biofilm merupakan suatu kumpulan koloni
mikroba yang ditutupi matriks polisakarida ekstraseluler (glycocalyx) yang
melekat pada permukaan implan atau tulang mati (Saltoglu dkk, 2018).

Fokus primer dari osteomielitis akut pada anak-anak terdapat pada


metafise. Bila tidak ditangani, terjadi peningkatan tekanan intramedula dan
eksudat menyebar melalui korteks metafise yang tipis menjadi abses
subperiosteal. Abses subperiosteal dapat menyebar dan mengangkat
periosteum sepanjang diafise. Nekrosis tulang terjadi karena kehilangan
aliran darah akibat dari peningkatan tekanan intramedulari dan kehilangan
suplai darah dari periosteal. Bagian yang avaskular dari tulang yang dikenal
sebagai sequestrum, dan seluruh panjang dari tulang dapat menjadi
sequestrum. Fragmen ini menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme
disebut sebagai sequestrum dan dapat terjadi episode infeksi klinis yang
berulang. Abses dapat keluar melalui kulit, membentuk sinus. Respon pasien
dibentuk oleh periosteum sebagai usaha memagari atau menyerap
sequestrum ini dan mengembalikan stabilitas, disebut involucrum (Ma dkk,
2018, Delpozo, 2018).
PATHWAY

Staphylococcu, haemophylus, pseudomonas, escherechia coli

Masuk kedalam aliran darah, penyebaran langsung, infeksi dari jaringan lunak

implamasi

Iskemia dan nefrosid

Infeksi kavitasis
Medularis
periosteum

Menyebar ke jaringan
lunak atau sendi

Perubahan fungsi
sendi

hipertrofi Perubahan
komponen
sendi

Distensi cairan
-kolagen
-progteogtikasi
- jaringan subkondrial
Nyeri Kronis

Risiko infeksi

(Fucuta, 2018)
2.6 Pemeriksaan penunjang
1. Osteomielitis akut

- Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukan pembengkakan jaringan lunak, den


setelah dua minggu tedapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang,
pengangkatan periosteum, dan pembentukan tulang bahu.
-Pemeriksaan MRI
-Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju endap darah.
-Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.

2. Osteomielitis kronik

-Pemeriksaan sinar-X, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum,


sequestra, atau pembentukan tulang padat.

-Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik.

-Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya normal)
(usbah, 2016).

2.7 Penatalaksanaan Keperawatan


1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita.
2. Penisilin cair 500.000 milion unin IV setiap 4 jam
3. Erithromisin 1-2 gr IV setiap 6 Jam
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan
6. Pemberian cairan intra Vena dan kalau perlu transfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan selama 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah dan menstabilkan tulang serta
ruang kosong yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan
tulang,otot,atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein vit A, B ,C dan K

2.8 Pencegahan
Pencegahan osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan
infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan
infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik
pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pasca operasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan
yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pasca operasi
aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial
terjadinya osteomyelitis (usbah, 2016).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

3.1 Pengkajian
1. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan
gejala akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti
trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang,
dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

3. Psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak
dapat sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah
sakit sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa
lembek bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan
panas. Efek sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380,
takhikardi, irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya,
apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik
diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau
banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
i. Seksual Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan masalah
seksual.
j. Koping - Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap
klien agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses
perawatan klien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses
pengobatan klien. Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah
karena nyeri yang ia rasakan.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Diagnosa 1: Nyeri Kronis berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan (SDKI)
2. Diagnosa 2: Risiko infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang (SDKI)
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
(SDKI) hasil (SLKI) Keperawatan Rasional
(SIKI)
1 Nyeri Kronis Setelah dilakukan Menejemen Menejemen
asuhan keperawatan Nyeri Nyeri
diharapkan nyeri dapat
menurun dengan 1. Identifikasi 1. untuk
kriteria hasil: lokasi, mengetahui lokasi
a. keluhan nyeri karakteristik, nyeri
menurun durasi, frekuensi,
b. meringis menurun kualitas,intensitas
c. gelisa menurun nyeri
d. perasaan takut
mengalami cedera 2. Identifikasi 2. untuk
berulang menurun skala nyeri mengetahui
tingkat nyeri
3. Identifikasi 3. untuk
faktor yang mengetahui posisi
memperberat dan nyaman pada saat
memperingan timbulnya nyeri
nyeri

4. Berikan teknik 4. untuk


nonfarmakologis meringankan rasa
untuk mengurangi nyeri
rasa nyeri

5. Jelaskan 5. agar pasien


strategi mengetahui cara
meredakan nyeri mengurangi rasa
nyeri
6. Ajarkan teknik 6. agar pasien
nonfarmakologis mengetahui cara
untuk mengurangi mengurangi rasa
rasa nyeri nyeri

7. Kolaborasi 7. memberikan
pemberian obat analgetik
analgetik, jika untuk meredakan
perlu nyeri
2. Risiko Infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Pencegahan
asuhan keperawatan, Infeksi Infeksi
diharapkan risiko 1. Monitor tanda 1. untuk
infeksi dapat menurun dan gejala infeksi mengetahui
dengan kriteria hasil: local dan sistemik timbulnya gejala
infeksi
a. Nyeri menurun
2. Cuci tangan 2. untuk
b. Bengkak menurun
sebelum dan mencegah
c. Kadar sel darah
sesudah kontak penularan infeksi
putih membaik
dengan pasien

3. Jelaskan tanda 3. agar pasien


dan gejala infeksi mengetahui
gejala-gejala yang
timbul saat infeksi

4. Ajarkan cara 4. agar pasien bisa


memeriksa melakukan
kondisi luka
pemeriksaan luka
operasi
secara mandiri

3.4 Evaluasi
Setelah mendapatkan implementasi keperawatan, maka pasien
dengan osteomyelitis diharapkan sebagai berikut:
a. keluhan nyeri menurun

b. meringis menurun

c. gelisa menurun

d. perasaan takut mengalami cedera berulang menurun

e. Nyeri menurun

f. Bengkak menurun

g. Kadar sel darah putih membaik


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalah di atas dapat diketahui bahwa
Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi inflamasi tulang yang
disebabkan oleh mikroorganisme.

Adapun penyebab - penyebab osteomielitis ini adalah:


1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain

4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa kesehatan atau agar lebih meningkatkan ilmu kesehatan
terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan
secara berkesinambungan.
2. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
osteomielitis.
DAFTAR PUSTAKA

Gomes D, Pareira M. Osteomielitis an overview of anti microbial therapi.


Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences vol. 49, jan/mar. 2017

Ramachandran M. Basic Orthopaedic Sciences. Second Edition. Danver :


CRC Press Taylor and Francis Group. 2017

White TO, Mackenzie SP. McRae’s Orthopedic Trauma and Emergency


Fracture Management. Third Edition. Edinburg : Elsevier. 2016. 107-109

ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 9 NO.4,APRIL,


2020

Solomon L, Warwick D. Apley & Solomon’s Sistem of Orthopaedics and


Trauma. Tenth Edition. CRC Press. 2016

Chiappini E, et al. A case of acute Osteomyelitis, internasional j aviron, res.


Public health. 2016. 13 539

Wang X, Yu S. Current data on extremities chronic osteomyelitis in


southwest China: epidemiology, microbiology and therapeutic
consequences. Scientific report, 7 : 16251. 2017

Saltoglu N, et al. Influence of multidrugs resistant organisms on the outcome


of diabetic foot infection. Interntional journal of infecious diseases
70(2018) 10-14

Del pozo EG, et al. Bacterial osteomielitis : microbiological, clinical,


theurapeutic, and evolutive characteristic of 344 episodes. Ref Esp
quimioter (2018); 31(3): 217- 225

Fucuta PS et al. Outcomes and risk factors for polimicrobial post traumatic
osteomielitis. IVISPRING, 2018; 3(1): 20-26

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis


Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St.
Louis: Elsevier
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2015). Kozier & Erbs's
Fundamentals of Nursing: Concept, Process, and Practice. 10h Ed.
USA: Pearson Education Inc.

Anda mungkin juga menyukai