DOSEN :
NAMA KELOMPOK :
WAQI’AH (P27820317026)
2019
KATA PENGANTAR
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
PENDAHULUAN
2.1 Pengertian
Osteomielitis adalah proses inflamasi akut atau kronis dari tulang dan struktur sekunder
tulang akibat dari infeksi organisme piogenik.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup, atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (missal
ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung, udang (misal
fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
2.2 Etiologi
Faktor Resiko
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis
reumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi
luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau
memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
2.3 Klasifikasi
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sring
terinfeksi biasanya merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisi
menyebabkan trombosis dan nekrosis lokal serta pertumbuhan bakteri pada tulang
itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi
bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang menyebar dari fokus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub – akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
fraktur.
1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan
malaise umum).
2. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak,
dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin
memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
3. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontiminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangar, nyeri
dan nyeri tekan.
4. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran
pus.
2.5 PatofisiologI
2.6 Pathway
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Pencegahan
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001)
a) Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b) Riwayat keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4. Riwayat psikososial
5. Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress
6. Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
Pola aktivitas : pola kebiasaan
c) Pemeriksaan fisik
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
3.2 Diagnosa keperawatan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan
ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku
melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien
dalam batas normal (36ºC-37ºC) dan tidak adanya komplikasi.
Intervensi :
Kolaborasi :
12) Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Tujuan :
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah
kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan
perubahan warna kulit
2) Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
3) Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai
indikasi
4) Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan
alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat
5) Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan
gips, dan dukung bantal setelah pemasangan
6) Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan
bawah beban atau gips.
4. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan
penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang
berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam
dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan
Intervensi :
3.4 Evaluasi
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
2. Hasil ( formatif )
fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
keperawatan.
d. kulit membaik
1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal
Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena pada akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kesalahan dan
masih kurang sempurna.
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
para pembaca. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan
membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
www.docstoc.com
www.news-medical.net
www.scribd.com