Anda di halaman 1dari 21

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSIS MEDIS OSTEOMILITIS


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 2

DOSEN :

DYAH WIJAYANTI, S.KEP,NS.M.KEP

NAMA KELOMPOK :

SANDRA DWI AMANDA A. (P27820317021)

ADINDA YOANIS CAROLINE (P27820317022)

LINTANG OLIVIYANTARI (P27820317023)

ETDELIN VIA AUDINA (P27820317024)

ANIS NURUL HIDAYYAH (P27820317025)

WAQI’AH (P27820317026)

APRILIYAH NOOR KHASANAH (P27820317027)

LAILATUL MAGHFIROH (P27820327028)

MAS’ULA LUTFIAH HANIM (P27820317029)

GITA SIVIYANA (P27820317030)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

PRODI DIII KEPERWATAN SUTOPO SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 dengan judul
“Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosis Medis Osteomilitis”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 7 Agustus 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satupenyakit
infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya disebabkanoleh bakteri, namun
jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang,
vertebra ,tulang pelvic, tulang tengkorak dan mandibula.Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit
ini, seperti diyakini bahwa infeksi akanberlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal
hal yang sebenarnya adalahosteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut
punya alirandarah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan
dibagian tubuh yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Osteomielitis adalah penyakit yang
sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki
pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic
terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan
ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi
yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan
fibula.(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi
neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel
sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus
per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat
yang mendasari. (Randall, 2011).
Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki
mekanimepertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang
terinfeksi.Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak danorang tua, juga
pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius. Diagnosa osteomielitis ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran radiologik.Pasien yang beresiko tinggi
mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinyaburuk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes
mellitus.
Selain itu, pasien yang menderitaartitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang
mengalami sepsisrentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukanevakuasi
hematoma pasca operasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan osteomielitis.
2. Untuk mengetahui penyebab osteomielitis.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomielitis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari osteomielitis
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan osteomielitis.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan klien yang mengalami osteomielitis.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan klien yang mengalami osteomielitis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Osteomielitis adalah proses inflamasi akut atau kronis dari tulang dan struktur sekunder
tulang akibat dari infeksi organisme piogenik.
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup, atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (missal
ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung, udang (misal
fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).

2.2 Etiologi

Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme


penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff,
2002:571).

Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan


keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah
proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan
akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan
traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua
karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).

Faktor Resiko
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis
reumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi
luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau
memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

2.3 Klasifikasi

Berdasarkan lama infeksi osteomielitis dibagi menjadi tiga, yaitu :


1. Osteomielitis akut
Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa
dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah 9osteomielitis
hematogen). Osteomielitis akut dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sring
terinfeksi biasanya merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisi
menyebabkan trombosis dan nekrosis lokal serta pertumbuhan bakteri pada tulang
itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi
bakteri yang disebabkan oleh trauma, yang menyebar dari fokus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub – akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
fraktur.

2.4 Manifestasi Klinis

1. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan
malaise umum).
2. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak,
dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin
memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
3. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontiminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangar, nyeri
dan nyeri tekan.
4. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran
pus.

2.5 PatofisiologI

Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus.


Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus.
Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh
bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung
selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan
nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan
tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan
granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar

2.6 Pathway

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan sinar-x awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada
sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan
periosteum, dan pembentukan tulang baru.
2. Pemindaian tulang mengidentifikasi area infeksi.
3. MRI dapat membantu diagnosis definitif awal
4. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap
darah.
5. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang
sesuai.

2.8 Penatalaksanaan

1. Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan


mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman satin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
2. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah
dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi, disebabkan oleh lebili dari satu patogen.
3. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena. Bila infeksi
tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3
bulan.
4. Pembedahan dilakukan bila tidak menunjukan respon terhadap antibiotik
5. Lakukan irigasi larutan salin fisiologis selama 7- 8 hari pada jaringan purulen dan
jaringan nekrotik diangkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.

2.9 Pencegahan

1. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.


2. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
3. Perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan
insiden osteomielitis pascaoperasi.
4. Pemberian antibiotika profilaksis, diberikan pada pasien pembedahan untuk mencapai
kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam
setelah operasi akan sangat membantu.
5. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi
superfisial dan potensial terjadinya osteoniielitis.
2.10 Komplikasi

Komplikasi dari osteomielitis adalah sebagai berikut:


1. Abses tulang
2. Abses paraveteebral
3. Bakterimia/sepsis
4. Fraktur
5. Lepasnya inplant prostetik
6. Selulitis
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001)

Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:

a) Identifikasi klien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

b) Riwayat keperawatan
1. Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri
pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa
lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4. Riwayat psikososial
5. Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress
6. Kebiasaan sehari-hari
 Pola nutrisi : anoreksia, mual, muntah.
 Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
 Pola aktivitas : pola kebiasaan
c) Pemeriksaan fisik
1. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon


manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.

Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E.


Doengoes : hal ) :

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.


2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
4. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang, kerusakan kulit
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan
ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi

Kriteria hasil :

Tidak ada nyeri, klien tampak rileks, tidak ada mengerang dan perilaku
melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24 per menit, suhu klien
dalam batas normal (36ºC-37ºC) dan tidak adanya komplikasi.

Intervensi :

1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring


2) Tinggikan ekstermitas yang mengalami nyeri
3) Hindari penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang
mengalami nyeri
4) Evaluasi keluhan nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan
karakteristik, termasuk intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk
nyeri perubahan pada tanda vital dan emosi atau perilaku.
5) Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan
infeksi pada tulang.
6) Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
7) Beri alternative tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau
perubahan posisi.
8) Dorong menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi
progresif, latihan napas dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan
terapeutik.
9) Selidiki adanya keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi
progresif atau buruk tidak hilang dengan analgesik.
10) Jelaskan prosedur sebelum melakukan tindakan keperawatan.
11) Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama dan sesuai kebutuhan.

Kolaborasi :
12) Berikan obat analgesik seperti hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas


fisik yaitu klien mampu beradaptasi dan mempertahankan mobilitas fungsionalnya

Kriteria hasil :

Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas, mempertahankan posisi


fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan
mengkompensasikan bagian tubuh.

Intervensi :

1) Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan


dan perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi
2) Bantu atau dorong perawatan diri atau keberihan diri
(mandi,mencukur)
3) Awasi tekanan darah klien dengan melakukan aktivitas fisik,
perhatikan keluhan pusing
4) Tempatkan dalam posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi
secara periodic
5) Awasi kebiasaan eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
6) Berikan atau bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat
sesegera mungkin
7) Konsul dengan ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
8) Rujuk ke perawat spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai
indikasi
3. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.

Tujuan :

setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah gangguan


infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.

Kriteria hasil :

Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik untuk mencegah
kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

Intervensi :

1) Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan dan
perubahan warna kulit
2) Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan
3) Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai
indikasi
4) Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan
alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat
5) Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan
gips, dan dukung bantal setelah pemasangan
6) Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan
bawah beban atau gips.
4. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit

Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan
penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak terjadinya infeksi yang
berkelanjutan.

Kriteria hasil :

Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase purulen dan demam
dan juga tidak terjadinya infeksi yang berkepanjangan

Intervensi :

1) Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas


2) Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar
atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak sedap
3) Berikan perawatan luka
4) Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam
5) Kaji tonus otot, reflek tendon
6) Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal
atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
7) Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
8) Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan
berhasil di capai.

Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan :


1. Proses ( sumatif )

Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi
dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.

2. Hasil ( formatif )

fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan
keperawatan.

Evaluasi yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi :

a. Mengalami peredaan nyeri


1. Melaporkan berkurangnya nyeri
2. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3. Tidak mengalami ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi dalam aktifitas perawatan diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

c. Tidak terjadi perluasan infeksi


1) Memakai antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tidak ada pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah (LED) kembali normal

d. kulit membaik

1) Menyatakan kenyamanan
2) Mempertahankan intergritas kulit
3) Mempertahankan proses penyembuhan dalam batas normal

d. Mematuhi rencana terapeutik

1. Memakai antibiotic sesuai resep


2. Melindungi tulang yang lemah
3. Melakukan perawatan luka yang benar
4. Melaporkan bila ada masalah segera
BAB IV
PENUTUP

Penyusun mengucapkan syukur alhamdullilah kepada Allah SWT, karena pada akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kesalahan dan
masih kurang sempurna.
Penyusun berharap dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta
para pembaca. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada para pembaca atas kesediaan
membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C, dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
www.docstoc.com
www.news-medical.net
www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai