Osteomilitis
Disusun oleh:
Kelompok 2 Regular 2
Nafisah 165070200111004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
FUNDAMENTAL PATHOPHYSIOLOGY
OSTEOMILITIS
1. Definisi
2. Etiologi
Mikroorganisme penyebab paling sering adalah
staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme penyebab yang lain
adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff,
2002).
Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus,
jamur dan mikro organismelain. Golongan atau jenis patogen yang
sering adalah Staphylococcus aureusmenyebabkan 70%-80%
infeksi tulang, Pneumococcus, Typhus bacil, Proteus,Psedomonas,
/cherchia coli, Tuberculose bacil dan Spirochaeta (Efendi ,2007).
Penyebab terbanyak osteomielitis termasuk patah tulang
terbuka, penyebaran bakteri secara hematogen, dan prosedur
pembedahan orthopaedi yang mengalami komplikasi infeksi
3. Klasifikasi
a. Osteomielitis Primer
Osteomielitis primer disebabkan oleh implantasi
mikroorgnisme secara langsung ke dalam tulang dan biasanya
terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka
(compound fracture), luka tembus (terutama yang disebabkan
oleh senjata api), dan operasi bedah pada tulang merupakan
kausa tersering. Terapi operatif biasanya perlu dilakukan; terapi
dengan obat antimikroba hanya sebagai supportif saja.
Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut
dan kronik. Fase akut adalah fase sejak terjadinya infeksi sampai
10-15 hari. Pada fase ini anak tampak sangat sakit, panas tinggi,
pembengkakan dan gangguan fungsi anggota gerak yang
terkena. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan laju endap
darah yang meninggi dan lekositosis, sedang gambaran
radiologik tidak menunjukkan kelainan.
Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu
berat, anggota yang terkena merah dan bengkak atau disertai
terjadinya fistel. Pemeriksaan radiologik ditemukan suatu
involukrum dan sequester.
b. Osteomielitis Sekunder
Biasanya disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah.
Kadang kadang, osteomielitis sekunder dapat disebabkan oleh
perluasan infeksi secara langsung dari jaringan lunak di
dekatnya atau dari arthritis septik pada sendi yang berdekatan.
Tipe Anatomi
Tipe I Osteomielitis Medula
Tipe II Osteomielitis Superfisial
Tipe III Osteomielitis Lokal
Tipe IV Osteomielitis Difus
Tabel Klasifikasi Osteomielitis Kronis menurut Cierny-Mader
(Cierny dkk, 2003).
Sistemik Lokal
Malnutrisi Limfedema kronik
Gagal hati, gagal ginjal Stasis vena
Penyalahgunaan alcohol Gangguan pembuluh darah
utama
Defisiensi imun Arteritis
Hipoksia kronis Bekas luka yang luas
Keganasan Fibrosis akibat radiasi
Diabetes mellitus
Umur tua
Terapi steroid
Penyalahgunaan tembakau
Table Faktor Sistemik atau Lokal yang mempengaruhi imun,
metabolisme dan vaskularisasi local (Cierny dkk, 2003).
4. Patofisiologi
Secara ringkas, patofisiologi bergantung pada tingkat
kerusakan jaringna lunak dan penurunan suplai darah,
ketidakstabilan fragmen fraktur, serta inokulasi flora bakteri pada
system kekebalan tubuh.
Infeksi umumnya menyebar dari fokus intramedula utama
melalui kanal haversian dari korteks ke ruang subperiosteal,
membentuk abses subperiosteal. Jika ini pecah, infeksi meluas ke
jaringan lunak di atasnya. Peradangan metafiseal menyebabkan
eksudasi, peningkatan tekanan intraoseous, stasis pembuluh
darah, thrombosis, nekrosis tulang, dan resorbsi tulang. Terkadang
infeksi meluas ke sendi yang berdekatan.
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus
aureus. Organisme penyebab yang lain yaitu salmonella,
streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis tulang terkena dan
seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri
melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara
langsung selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal
menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus
mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau
menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati
terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah periteum, yang,
terangkan, diatas, dan sekitar jaringan granulasi, berlubang oleh
sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff,2002).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Heryati et al (2008):
- Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi,
pasien menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum.
- Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
- Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak ada gejala septicemia. Gejalanya,
yaitu daerah infeksi membengkak, hangat , nyeri, dan nyeri
tekan
- Osteomielitis kronis ditandai oleh pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
6. Pemeriksaan Diagnostik
7. Pencegahan
8. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan osteomielitis, yaitu: a) Istirahat dan
pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri, b) Pemberian
cairan intravena dan kalau perlu transfusi darah , c) Istirahat local
dengan pemasangan bidai atau traksi, d) Pemberian antibiotika
secepatnya sesuai penyebab, dan e) Drainase bedah (Lukman dan
Ningsih, 2009).
Penatalaksanaan Farmakologi :
a. Antibiotik Lokal
Penggunaan PMMA beads dengan antibiotik lokal dapat
mengurangi insiden infeksi pada patah tulang terbuka yang
berat. Bila perlu, debridemen ulang dapat dilakukan setelah 24
hingga 48 jam berdasarkan tingkat kontaminasi dan kerusakan
jaringan lunak. Konsentrasi antibiotik lokal yang tinggi dan
rendahnya level sistemik meningkatkan kerja terhadap patogen
dan mengurangi efek sistemik. Jumlah yang direkomendasikan
per 40 g PMMA adalah 2.4 hingga 4.8 g tobramycin, dan
vancomycin. Pada patah tulang tertutup, konsentrasi tinggi
antibiotik dari antibioticimpregnated polymethylmethacrylate
(PMMA) beads dapat menghilangkan koloni biofilm. Setelah
penyembuhan luka, depot dapat dibuang dan dapat dilakukan
rekonstruksi sebagai pembedahan yang bersih.
b. Antibiotik Sistemik
Pemberian secara intravena biasanya diberikan selama 4
sampai 6 minggu dan dapat dikerjakan pada pasien rawat jalan.
Manajemen dengan periode yang lebih singkat dari terapi
intravena (hingga 1 minggu), diiikuti oleh antibiotik oral selama 6
minggu, sukses dicatat pada 91% pasien.
Penatalaksanaan Pembedahan :
a. Debridemen
b. Stabilisasi tulang
c. NPWT
Penutupan luka primer setelah debridemen yang cermat
tidak berhubungan dengan peningkatan resiko infeksi, dapat
mencegah kontaminasi sekunder dan dapat mengurangi
morbiditas, lama dirawat dan biaya. Akan tetapi dapat
berpotensi terjadinya clostridial myonecrosis, yang dapat
berakhir bukan hanya hilangnya ekstremitas tetapi juga
kehilangan nyawa (Zalavras, 2003). .
Negative pressure wound therapy (NPWT) telah menjadi
terapi tambahan yang penting pada manajemen luka trauma
dan insisi pembedahan yang berhubungan dengan trauma
musculoskeletal. Mekanisme kerja NPWT termasuk stabilisasi
lingkungan luka, mengurangi edema, meningkatkan perfusi
jaringan, dan stimulasi sel-sel pada permukaan luka. NPWT
menstimulasi jaringan granulasi dan angiogenesis dapat
mendukung penutupan primer dan mengurangi kebutuhan
untuk transfer jaringan. Sebagai tambahan, NPWT mengurangi
kontaminasi bakteri gram negatif (Streubel dkk, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Cierny G 3rd, Mader JT, Penninck JJ (2003) A clinical staging system for
adult osteomyelitis. Clin Orthop Relat Res 414:7–24 [PubMed].
Overdoff, D.. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi revisi, hal 150-153,
Hendarton Natadidjaja (eds), Fakultas Kedokteran, Universitas Tri Sakti,
Jakarta.
Kalyoussef,Sabah. 2016. Pediatric Osteomyelitis Treatment &
Management.(https://emedicine.medscape.com/article/967095-
treatment#d5) ( Online ) . Di akses pada tanggal 8 Desember 2017
1. PENGKAJIAN
1. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal, nyeri local,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus
dari sinus disertai nyeri, eritema, dan demam sedang.
2. Kaji adanya faktor risiko (misal, lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah
ortopedi sebelumnya.
3. Pasien selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan
melakukan gerakan perlindungan.
4. Pada osteomyelitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi.
5. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulent
dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat
reaksi sistemuk infeksi.
6. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
7. Pada osteomyelitik kronik, peningkatan suhu mungkin minimal,
yang terjadi pada sore dan malam hari.
(Lukman dan Ningsih, 2009).
Pemeriksaan Penunjang :
No. Intervensi 1 2 3 4 5
No. Intervensi 1 2 3 4 5
1. Nyeri tekan
2. Fraktur tulang
3. Kontractur sendi
4. Kekuatan otot dan spasi
5. Pergerakan sendi
No Intervensi
1 Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknta terahadapfungsi
sendi
2 Kolaborasi dengan ahli terap fisiki pusang dalam mengembakan
dan membubarkan sebuah program
3 Dukungan latihan room aktif , sesuai jadwal yang daiatur dan
direnaca
4 Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh Yang optimaL
5 Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknta terahadapfungsi
sendi
c. Risiko infeksi berhubungan dengan pembentukan abses
tulang yang infeksinya bisa menyebar.
1. Kemerahan
5. Malaise
6. Lethargy
Keterangan :
1: Sangat terganggu 4: Sedikit terganggu
2: Banyak terganggu 5: Tidak terganggu
3: Cukup terganggu
NO Intervensi
1 Kaji kerusakan jaringan lunak
7 Rawat luka setiap hari atau setiap kali bila pembalut basah
atau kotor.