OLEH
KELOMPOK 2:
EFRAIM S. METE
FILMANDA NAKBENA
KELAS/SEMESTER : B/V
KUPANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat-Nya
kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memetik manfaat dan dapat
mengembangkan potensi dirinya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas MAKALAH
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMYELITIS
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua.
penulis
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
2.1.2 Etiologi..................................................................................................
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................
2.1.5 Pathway.................................................................................................
2.1.6 komplikasi............................................................................................
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................
3.4 Implementasi............................................................................................
3.5 Evaluasi(SOAP/IE)..................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................
4.2Saran.........................................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
b. Asuhan keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat di jadikan sebagai salah satu sumber ilmu
yang menambah pengetahuan dan wawsan dalam bidang keperawatan
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang yang dapat disebabkan
oleh adanya keterlibatan infeksi dari organisme – organisme tertentu
(Kishner, 2015).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran
langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah di atas tuang,
dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak
menyebabkan demam dan pemeriksaan darah menunjukkan hasilnya yang
normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi anggota
gerak,biasanya memiliki nyeri yang menetap didaerah tersebut( Berbari et
al,2015) .
2.1.2 Etiologi
1. Osteomyelitis akut
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise , pembesaran kelenjar limfe
regional)
langsung:
2. Osteomyelitis Kronik
Ditandai dengan PUS (pasangan usia subur) yang selalu mengalir keluar dari sinus
2.1.4 patofisiologi
2.1.5 Pathway
2.1.6 komplikasi
1. Laju endap darah dan C-reactive protein (CRP) merupakan tanda dari proses
inflamasi, baik disebabkan oleh infeksi maupun tidak. Keduanya dapat meningkat
2. Hitung sel darah putih (WBC) sering normal pada sebagian besar pasien dengan
kecil seperti erosi atau kerusakan korteks, reaksi periosteal atau endosteal, dan
fistula intraoseus.
cairan sekunder karena edema atau hyperemia menunjukan penurunan sinyal sum-
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan
pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada
tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang masuk ke dalam darah.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan system
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi
pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1.) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar.
Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
2.) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah) dan pada osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3.) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
dengan imunosupresif.
4.) Riwayat psikososial – spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada
kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulang.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat ( local).
1.) Keadaan umum meliputi :
a.) Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
b.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada
kasus osteomielitis biasanya akut).
c.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septicemia.
2.) B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas
tambahan.
3.) B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
4.) B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
a) Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala)
b) Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
refleks menelan ada).
c) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
d) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
e) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.
g) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
h) Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku klien biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
i) Pemeriksaan saraf kranial :
Saraf I : biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
Saraf II : tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III, IV, dan VI :Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
Saraf V : klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli presepsi.
Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik
Saraf X : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Saraf XII : lidah simetris, tidak ada devisiasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
j). Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis
Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomelitis merasak nyeri sehingga
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur., suasana, kebiasaan, dan kesulitan
serta penggunaan obat tidur.
Status : Perkawinan
Agama/ Suku: kristen / suku dayak
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Dx me dis : Osteomilitis
Sumber informasi : pasien
Penanggung jawab : Ny.A
Keluarga yg dapat dapat dihubungi
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat :camplong
Hubungan dengan klien : istri
2. Riwayat Keluhan : Klien datang ke Rumah sakit di ruangan UGD kemudian dilakukan
pengkajian pasien mengatakan nyeri lutut bagian kiri timbul akibat terbentur gawang saat
main bola , nyeri yang ia rasakan seperti diris-iris. pasien juga mengatakan nyeri yang
dirasakan secara terus menerus dengan skala 6. Akhirnya pasien di bawa ke ruangan
perawatan setelah di lakukan pengkajian
3. Keluhan saat dikaji : klien mengatakan nyeri pada lutut kirinya masih terasa nyeri seperti
diris-iris , ia juga merasakan mual muntah dan demam.
1. Penyakit yang pernah dialami : pasien mengatakan ia tidak pernah mengalami penyakit
seperti ini
pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti ini
Genogram
Makan :
Frekuensi 3 x/hari
Jenis makanan:
Yang disukai : pasien mengatkan makanan yang ia sukai ikan goreng serta
sayur bayam
Yang tidak disukai : pasien mengatakan tidak ada makanan yang ia sukai
P antangan:pasien mengatakan tidak ada pantangan
Alergi : -
Minum
Jenis diet : -
3 . Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
Buang Air Besar :
Frekuensi : 1 x/hari
Konsistensi : padat
Karakter feses : berwarna kecoklatan , berbau tidak sedap
BAB terakhir : kemarin malam
Riwayat Perdarahan : tidak ada pendarahan
Konstipasi : - D iare :-
a. sebelum sakit
Kemampuan perawatan d iri 0 1 2 3 4
Makan/ minum
ᵧ
Mandi
ᵧ
Toileting
ᵧ
Berpakaian
ᵧ
Mobilitas di tempat tidur
ᵧ
Berpindah
ᵧ
Ambulasi/ROM
ᵧ
0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu oran g lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
b. Perubahan setelah
a. Sebelum sakit :
waktu tidur : pasien mengatakan waktu tidur pukul 21.00-05.00
Lama tidur: 9 jam
Kebiasaan sebelum tidur: pasien mengatakan kebiasaannya sebelum tidur
adalah menonton TV
Kesulitan dalam tidur: Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam tidur
b. Perubahan setelah sakit : pasien mengatakan saat sakit ia kesulitan dalam tidur karna
nyeri lutut
6. Pola Persepsual
a. Sebelum sakit :
Fungsi penglihatan : penglihatan berfungsi saat cahaya di proses oleh mata dan
ditafsirkan oleh otak
Pendengaran:
Penciuman:
Kelainan Fungsi : kelainan fungsi penciuman Salesma atau Cold dan Flu, Sinusitis , dan
Rhinitis Allergica
Pengecapan:
Kelainan Fungsi :-
Perabaan:
Fungsi Perabaan: bisa menyadari adanya sentuhan, tekanan serta panasnya suhu
di sekitar
Kelainan Fungsi : -
b. Perubahan setelah sakit : pasien mengatakan saat sakit hanya penglihatnnya yang
sedikit kabur
a. Sebelum sakit :
Konsep diri :
1) Gambaran Diri : pasien mengatakan saya senang dengan anggota tubuh saya
meskipun saya terlihat kurusan
2) Identitas Diri : pasien mengatakan saya bersyukur diciptakan sebagai perempuan dan
saya bangga pada diri saya.
3) Peran : pasien mengatakan harapan saya sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah
yang baik
4) Harga diri : pasien mengatakan saya senang semua keluarga mendukung saya dan
saya merasa diperhatikan dan saya ingin cepat sembuhserta segera beraktfitas seperti
biasanya lagi .
5) Ideal Diri :pasien mengatakan harapan saya sebagai kepala keluarga dan ayah yang
baik dan mampu mengajari anak2 saya yang baik.
b. Perubahan setelah sakit: pasien mengatakan ia merasa sedih saat sakit karna ia tidak
dapat melakukan aktifitas seperti biasanya ,
a. Sebelum sakit :
Hubungan seksual : -
Gangguan hubungan seksual :-
b. Perubahan setelah sakit: -
a. Sebelum sakit :
komunikasi :
hubungan dengan orang lain : pasien mengatakan dapat berhubungan dengan baik
b. Perubahan setelah sakit: pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik dengan
perawat, keluarga maupun teman.
V I . Pemeriksaan Fisik
2. Kepala :
Inspeksi : berbentuk simetris
3. Mata :
Palpasi : -
4. Telinga :
5. Hidung :
Inspeksi : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
6. Dada :
7. Abdomen:
1 0. Genitalia :-
Inspeksi : -
P alpasi : -
1 1. E kster mitas :
VIII. PENGOBATAN
1. Pengobatan
i
4. cefezolin H 25 dewasa 1 N infeksi bakteri -reaksi alergi
hingga g akan di Gram posetif -mual dan munta dan
50 berikan dan negatif, mual
mg/kg/ha 30-60 dengan dosis - sakit perut
ri lewat menit dewasa dan - diare ringan
infuse sebelum anak-anak. - otak kaku
dalam 3 operasi di dosis cefozolin -nyeri sendi
atau 4 lanjutkan pada pasien -perasaan gelisa
dosis oleh 0,5-1 ganguan ginjal -rasa yang tidak biasa
yang di g 6-8 jam perlu di atau tidak enak pada
bagi setelah sesuaikan (10) mulut
seimban operasi cefazolin juga -gatal gatal ringan atau
g. selama 24 merupakan lini ruam kulit.
semantar jam atau pertama
a jika hingga 5 profilaksis
infeksi hari untuk banyak
para, semua jenis operasi,
100mg/k dosis di
g/hari berikan
lewat dengan
infuse injeksi,
dalam 3 injeksii Im
atau 4 yang
dosis panjang.
yang di
bagi
seimban
ga, dosis
tidak
boleh
lebih
6g/hari
5. Ketorolax Dosis awal 10- Secara oral , Untuk penatalaksanaan Alergi OAINS, tukak
20 mg seriap 4- injeksi maupun jangka pendek terhadap peptik akut , peredaran
6 jam . jika paranteral nyeri akut sedang KV, diastesis hemoragik ,
diperlukan dosis samapi berat setelah hamil dan menyusui < 16
dapat prosedur bedah tahun
ditingkatkan 40
mg perhari
DO :
- Klien tampak lemah
- mukosa bibir kering
3.6 Intervensi
3.7 RENCANA KEPERAWATAN
Jam 10.00
6). Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
7). menganjurkan
memberikan analgetik
secara tepat
8). Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Hasilnya:Setelah dilakukan
tindakan keperawatan pasien
mengatakan nyeri yang ia rasakan
sudah membaik setelah diberikan
analgetik
Catatan Perkembangan
BAB IV
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di
mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat
dan malaise umum).
Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi
2.2 Saran
1. Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan
osteomielitis.
2. Mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA