Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN OSTEOMIELITYS

OLEH

KELOMPOK 2:

NAMA : DONNY JEJEN MENNO

EFRAIM S. METE

EMERENSIANA SUSANA BENGA

FILMANDA NAKBENA

GERRY JUNIO A. NALLE

HERMANUS P.H BEKAK

KELAS/SEMESTER : B/V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi rahmat-Nya
kepada kita, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memetik manfaat dan dapat
mengembangkan potensi dirinya. Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas MAKALAH
dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOMYELITIS
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua.

Atas perhatiannya, saya mengucapkan terimakasih.

Kupang, Oktober 2020

penulis
DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................

KATA PENGANTAR..................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..........................................................................................


1.2 Tujuan......................................................................................................
1.3 Manfaat....................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek medis


2.1.2 Defenisi.................................................................................................

2.1.2 Etiologi..................................................................................................

2.1.3 Manifestasi klinis..................................................................................

2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................

2.1.5 Pathway.................................................................................................

2.1.6 komplikasi............................................................................................

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................

2.1.8 Penatalaksanaan Medis.........................................................................

2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian.............................................................................................

2.2.2 Diagnosa keperawatan(SDKI)..............................................................

2.2.3 Rencana Keperawatan(SLKI dan SIKI)................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian(identitas pasien)....................................................................


3.2 Analisa data dan diagnosa keperawatan..................................................

3.3 Rencana Keperawatan..............................................................................

3.4 Implementasi............................................................................................

3.5 Evaluasi(SOAP/IE)..................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..............................................................................................

4.2Saran.........................................................................................................

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomyelitis adalah infeksi tulang. Oestemyelitis dapat terjadi akibat
perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang (misal :
pembedahan tulang, luka pembakar senjata), atau hematogenus (ditularkan melalui
darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain. Stapfhylococcus aureus
menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang. Organisme patogenik lain yang sering
kali ditemukan adalah organism gram positif yang mencakup streptococcus dan
enterocockus, dilanjutkan dengan bakteri gram negatif yang mencakup spesies
pseudomonas (brunner & sudrath 2013)

Osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang


mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan
cepat. Osteomielitis adalah peradangan pada tulang yang dapat disebabkan oleh
adanya keterlibatan infeksi dari organisme – organisme tertentu (Kishner, 2015).
Umumnya organisme yang menginfeksi adalah bakteri pyogenik dan mikobakteri
(Parsonnet, 2010., Yeo, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) Osteomyelitis cenderung


terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. Pravelensi bervariasi 0,1 dan 1,8 % dan
lebih sering terjadi pada laki-laki. Sejumlah 760 penduduk mengalami kasus
osteomyelitis (WHO 2015). Berdasarkan data RISKESDAS 2018 pravelensi
penyakit osteomyelitis penurunan selama 5 tahun terakhir dengan presentasi
tertinggi di bandung sebanyak 82,3 %, bali 66,7% , dan terendah terdapat di
provinsi makasar 18,2 %.
Data riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) tahun 2013 rata-rata pravelensi
sendi sebesar 24,7 % . Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan pravelensi
OM tertinggi 33,1 %.

Oteomyelitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh


penyebaran hematogen ( melalui darah ) biasanya terjadi dimana terdapat trauma
atau terdapat resistensi darah , kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Selain itu juga dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi lunak, atau
kontaminasi langsung tulang. infeksi ini dapat timbul akut dan kronik ( smeltzer
dkk,2015)

Osteomyelitis sering menimbulkan berbagai keluhan/ gejala seperti demam


dan nyeri. hal ini terjadi karena infeksi tulang . Nyeri timbul saat beraktifitas dan
ketika saat tidur dan bangun pagi hari (Amin H.N , dkk 2015)

Penatalaksanaan Osteomyelitis diperlukan peran perawat masalah


keperawatan yang sering muncul pada asuhan keperawatan dengan Osteomyelitis
adalah nyeri . Penatalaksanaan osteomielitis harus dilakukan dengan cepat dan
tepat, dimana umumnya penatalaksaan dipengaruhi oleh gambaran histologi dan
durasi osteomielitis (akut dan kronis). Secara umum, tata laksana terapi
osteomielitis ini mencakup tindakan awal, tindakan non operatif (antibiotik),
tindakan operatif (pembedahan), serta prognosis. Yang mana pada tata laksana
terapi osteomielitis akut sangat ditekankan untuk sesegera mungkin memulai
antibiotik dengan tujuan mengurangi resiko bacteremia, kematian, serta kerusakan
tulang yang progresif. pada asuhan keperawatan ini diharapkan perawat dapat
berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (misalnya: hiponosis ,
akupruser, terapi music,biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,teknik imajinasi
terbimbing , kompres hangat) (Berendt, 2016)
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah diberikan stimulus kasus maya mahasiswa diharapkan mampu menyusun


asuhan keperawatan pada pasien dengan osteomielitis

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

a. konsep medis tentang osteomielitis

1. Menjelaskan defenisi osteomielitis

2. Menyebutkan penyebab osteomielitis

3. Menjelaskan manifestasi klinis osteomielitis

4. Menjelaskan patofisiologi dan pathway osteomielitis

5. Menyebutkan komplikasi osteomielitis

6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik

7. Menjelaskan penatalaksanaan medis

b. Asuhan keperawatan

1. Mahasiswa mampu Menjelaskan Pengkajian

2. Mahasiswa mampu Menegakkan Diagnosa

3.Mahasiswa mampu Merencanakan Intervensi

4.Mahasiswa mampu Melaksanakan tindakan Implementasi

5.Mahasiswa mampu Melaksanakan Evaluasi


1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Perawat

Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang


masalah osteomielitis dan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
osteomielitis.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini diharapkan dapat di jadikan sebagai salah satu sumber ilmu
yang menambah pengetahuan dan wawsan dalam bidang keperawatan
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Aspek medis

2.1.1 Defenisi
Osteomielitis adalah peradangan pada tulang yang dapat disebabkan
oleh adanya keterlibatan infeksi dari organisme – organisme tertentu
(Kishner, 2015).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran
langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah di atas tuang,
dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak
menyebabkan demam dan pemeriksaan darah menunjukkan hasilnya yang
normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi anggota
gerak,biasanya memiliki nyeri yang menetap didaerah tersebut( Berbari et
al,2015) .

2.1.2 Etiologi

Penyebab osteomielitis kronis multifaktor. Adanya kondisi avaskuler dan


iskemik pada daerah infeksi dan pembentukan sequestrum pada daerah dengan
tekanan oksigen rendah sehingga tidak bisa dicapai oleh antibiotik. Rendahnya
tekanan oksigen mengurangi efektivitas bakterisidal dari polymorpholeukocytes
dan juga merubah infeksi aerobik menjadi anaerob (Wirganowicz, 1999).
Penyebab tersering osteomielitis termasuk patah tulang terbuka, penyebaran
bakteri secara hematogen, dan prosedur pembedahan orthopaedi yang mengalami
komplikasi infeksi (DeCoster dkk, 2008).
Organisme utama penyebab infeksi adalah Staphylococcus aureus, organisme
ini ditemukan baik sendiri maupun kombinasi dengan patogen yang lain pada 65%
hingga 70% pasien. Pseudomonas aeruginosa, penyebab tersering kedua,
ditemukan pada 20% hingga 37% pasien. Osteomielitis biasanya terdapat lebih dari
satu organisme pada 32% hingga 70% pasien. Atypical mycobacteria atau jamur
dapat menjadi patogen pada pasien dengan immunocompromised. Adanya implant
dapat mendukung terjadinya perlengketan mikroba dan pembentukan biofilm, dan
dapat mengganggu proses fagositosis sehingga mempermudah terjadinya infeksi.
Menghilangkan biofilm dengan cara mengeluarkan implant dan debridemen
jaringan mati diperlukan dalam pengobatan infeksi yang sukses (Patzakis dkk,
2005, Salomon dkk, 2010).

Zat-zat yang diproduksi oleh biofilm Staphylococcus aureus dapat


memberikan konstribusi terhadap kehilangan tulang selama osteomielitis kronis
dengan cara menurunkan viabilitas osteoblas dan potensi osteogenik sehingga
membatasi pertumbuhan tulang baru dan meningkatkan resorpsi tulang dengan
cara peningkatan ekspresi RANK-L oleh osteoblas (Sanchez dkk, 2013).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis osteomyelitis menurut Amin H.N, dkk 2015:

1. Osteomyelitis akut

a. Infeksi dibawa oleh darah

- sering terjadi dengan manifestasi klinis septikimia( misalnya : mengigil,

demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise , pembesaran kelenjar limfe

regional)

b. Infeksi menyebar dari rongga sum-sum ke korteks tulang

- Bagian yang terinfeksi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan


c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi

langsung:

- Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan

- sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

- Lab : anemia, leukositosis

2. Osteomyelitis Kronik

Ditandai dengan PUS (pasangan usia subur) yang selalu mengalir keluar dari sinus

atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi pembengkakan dan pengeluaran

pus , Lab: LED meningkat.

2.1.4 patofisiologi

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi


tulang/osteomielitas. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan 
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium
2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau
lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan
nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi
kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi
dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

2.1.5 Pathway
2.1.6 komplikasi

Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak


terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab.
Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah
tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar
bahkan ke aliran darah sistemik.
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1.      Abses Tulang adalah benjolan yang berisi nanah dan nyeri jika disentuh
2.      Bakteremia adalah kondia ketika terdapat bakteri di dalam aliran darah
3.      Fraktur Patologis adalah fraktur tulang yang disebabkan oleh kelemahan struktur tulang
yang menyebabkan penurunan resistensi mekanis terhadap beban mekanis normal.
4.      Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic) adalah suatu alat yang
dipakai untuk menggantikan struktur dan fungsi suatu bagian biologis
5.      Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.hal ini terjadi ketika bakteri menyerang kulit yang
rusak attau normal
6.      Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium. disebabkan oleh infeksi bakteri atau
jamur di otak yang dipicu oleh cedera kepala

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laju endap darah dan C-reactive protein (CRP) merupakan tanda dari proses

inflamasi, baik disebabkan oleh infeksi maupun tidak. Keduanya dapat meningkat

sekitar 64% pada pasien osteomielitis kronis.

2. Hitung sel darah putih (WBC) sering normal pada sebagian besar pasien dengan

osteomielitis kronik atau infected nonunion.

3. Pemeriksaan x-ray dapat menunjukan daerah yang mencurigakan terhadap

infeksi, berupa resorpsi tulang, sequestrum, pembentukan tulang baru pada

periosteal atau endosteal dan iregularitas korteks.

4. CT scan menjelaskan tulang lebih detail, adanya sequestrum dan perubahan

kecil seperti erosi atau kerusakan korteks, reaksi periosteal atau endosteal, dan

fistula intraoseus.

5. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat dipercaya untuk mendeteksi


perubahan pada sum-sum tulang akibat dari infeksi. Ini merupakan modalitas

dengan sensitivitas tinggi untuk menilai pasien dengan osteomielitis. Peningkatan

cairan sekunder karena edema atau hyperemia menunjukan penurunan sinyal sum-

sum tulang pada T1, dan peningkatan sinyal pada T2.

2.1.8 Penatalaksanaan Medis

1.      Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2.      penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3.      Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4.      Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5.      Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6.      Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7.      Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8.      Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9.      Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a.       Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b.      Vitamin A,B dan C  : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c.       Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan
pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada
tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang masuk ke dalam darah.
2.2 Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan system
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi
pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi anamnesis riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1.) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor
registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk.
Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar.
Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif antara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4.
Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
2.) Riwayat penyakit sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema,
hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah) dan pada osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3.) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
dengan imunosupresif.
4.) Riwayat psikososial – spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam keluarga serta masyarakat, respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada
kasus osteomielitis, akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien
harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan
tulang.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat ( local).
1.) Keadaan umum meliputi :
a.) Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
b.) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada
kasus osteomielitis biasanya akut).
c.) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septicemia.
2.) B1 (Breathing) : pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus
seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapatkan suara napas
tambahan.
3.) B2 (Blood) : pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi didapatkan suara S1 dan S2
tunggal, tidak ada murmur.
4.) B3 (Brain) : Tingkat kesadaran biasanya compos mentis.
a) Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala)
b) Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
refleks menelan ada).
c) Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
d) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
e) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
tidak ada lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung.
g) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
h) Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku klien biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
i) Pemeriksaan saraf kranial :
Saraf I : biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman
Saraf II : tes ketajaman penglihatan normal.
Saraf III, IV, dan VI :Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
Saraf V : klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea tidak ada kelainan.
Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
Saraf VIII : tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli presepsi.
Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik
Saraf X : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Saraf XII : lidah simetris, tidak ada devisiasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
j). Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis

5.) B4 (Bladder) : pengkajian keadaan urine meliputi, warna, jumlah,


karakteristik,dan berat jenis. Biasanya osteomielitis tidak mengalami kelainan
pada system ini.
6.) B5 (Bowel) : inspeksi abdomen, bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi, turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi, suara timpani, ada pantulan
gelombang cairan. Auskultasi, peristaltik usus normal (20x/menit).
7.) B6 (Bone). Adanya osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembekakan sendi akan menggangu fungsi motorik
klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai
dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.
c. Look
Pada osteomelitis hematogen akut akan ditemukan gangguan
pergerakan sendi karena pembekan sendi dan gangguan bertambah berat bila
terjadi spasme local.
d. Feel.
Kaji adanya nyeri tekan.
e. Move
pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak (mobilitas) atau
tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan pasif. Pemeriksaan yang
didapat adalah adanya gangguan atau keterbatasan gerak sendi pada osteomelitis
akut.

Pola tidur dan istirahat. Semua klien osteomelitis merasak nyeri sehingga
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur., suasana, kebiasaan, dan kesulitan
serta penggunaan obat tidur.

2.2.2 Diagnosa keperawatan (SDKI)


1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma
3. gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
2.2.3 Rencana Keperawatan ( SLKI dan SIKI)

DIAGNOSA outcome intervensi


KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan inflamasi tindakan  identifikasi
keperawatan local,karakteristik
selama 3x24 jam , ,durasi,frekuensi,
maka diharapkan kualitas,
pada 3( sedang) intensitas nyeri
diturunkan pada 5  identifikasi skala
( menurun) nyeri
dengan criteria Terapeutik
hasil :  berikan teknik
1. keluhan nonfarmakologis
nyeri untuk
menurun mengurangi rasa
2. meringis nyeri (mis.
menurun TENS,
3. perasaan hiponosis ,
takut akupruser, terapi
cedera music,biofeedbac
berulang k, terapi pijat,
menurun aroma
4. mual dan terapi,teknik
muntah imajinasi
menurun terbimbing ,
kompres hangat)
 control
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (suuhu,
ruangan,
pencahayaan ,
kebisingan)
Edukasi
- jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
analgetik
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Observasi
fisik berhubungan tindakan - identifikasi
dengan trauma keperawatan intoleransi fisik
selama 3x24 jam melakukan
diharapkan pada 3 pergerakan
(sedang) - monitor kondisi
diturunkan 1 selama
( menurun) melakukan
mobilisasi
Terapeutik
- libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
pergerakan
Edukasi
- jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
- anjurkan
mobilisasi dini

Gangguan Nutrisi kurang Seetelah Observasi:


dari kebutuhan tubuh dilakukan 3x 24 - identifikasi status
berhubungan dengan jam diharapakn nutrisi
muntah pada 2 ( cukup - identifikasi alergi
memburuk) dan intoleransi
diturunkan pada 4 makanan
(cukup membaik ) - monitor berat
Dengan criteria badan
hasil : Terapeutik
1. nafsu - sajikan makanan
makan yang menarik dan
membaik suhu yang sesuai
2. membran - berikan makanan
mukosa tinggi kalori dan
membaik protein
1. Edukasi :
- kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jumlah nutrient
yang dibutuhkan

I. Identitas Diri Klien BAB III


Nama: Tn. S
TINJAUAN KASUS
Tempat/Tgl Lahir : Kupang ,20 agustur 1965
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pemberian Asuhan Keperawatan pada klien selama
Umur: 55 Tahun
tanggal 2 september 2020 dan akan berakhir 4 september 2020
Jenis Kelamin : laki-laki
3.1 Pengkajian
Alamat : camplong

Status : Perkawinan
Agama/ Suku: kristen / suku dayak
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Dx me dis : Osteomilitis
Sumber informasi : pasien
Penanggung jawab : Ny.A
Keluarga yg dapat dapat dihubungi

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat :camplong
Hubungan dengan klien : istri

I. Status kesehatan saat ini


1. Keluhan Utama : klien mengatakan nyeri pada bagian lutut kiri

2. Riwayat Keluhan : Klien datang ke Rumah sakit di ruangan UGD kemudian dilakukan
pengkajian pasien mengatakan nyeri lutut bagian kiri timbul akibat terbentur gawang saat
main bola , nyeri yang ia rasakan seperti diris-iris. pasien juga mengatakan nyeri yang
dirasakan secara terus menerus dengan skala 6. Akhirnya pasien di bawa ke ruangan
perawatan setelah di lakukan pengkajian

3. Keluhan saat dikaji : klien mengatakan nyeri pada lutut kirinya masih terasa nyeri seperti
diris-iris , ia juga merasakan mual muntah dan demam.

I I I. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Penyakit yang pernah dialami : pasien mengatakan ia tidak pernah mengalami penyakit
seperti ini

2. Riwayat alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi pada dirinya

3. Pengobatan : pasien tidak sedang melakukan pengobatan apa- apa

IV. Riwayat penyakit keluarga :

pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang mengalami penyakit seperti ini
Genogram

V . Pengkajian pola - pola fungsi Kesehatan

1. Persepsi dan pemeliharaaan kesehatan : pasien mengatakan tidak mengerti bahwa


penyakit yang ia derita adalah penyakit berbahaya

2. pola nutrisi dan metabolik


a. Sebelum sakit :

Berat Badan :55Kg Tinggi Badan: 165C m LLA :25 C m

 Makan :

 Frekuensi 3 x/hari
Jenis makanan:
 Yang disukai : pasien mengatkan makanan yang ia sukai ikan goreng serta
sayur bayam
 Yang tidak disukai : pasien mengatakan tidak ada makanan yang ia sukai
 P antangan:pasien mengatakan tidak ada pantangan
Alergi : -

 Minum

 Frekuensi : kurang lebih 8x/hari


 Yang disukai : minum air putih dan kopi
 Yang tidak disukai : -
 Pantangan : -
 Alergi : -

b. Perubahan setelah sakit :

 BB saat sakit : 55Kg, perubahan BB 53 Kg

 Jenis diet : -

 Nafsu makan: pasien mengatakan tidak ada nafsu makan

 keluhan mual/muntah : pasien mengalami mual muntah saat sakit

 nafsu makan : pasien mengalami penurunan nafsu makan

 intake cairan: pasien mengatakan pola minumnya berkurang karena tidak


enak badan

3 . Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
 Buang Air Besar :
 Frekuensi : 1 x/hari
 Konsistensi : padat
 Karakter feses : berwarna kecoklatan , berbau tidak sedap
 BAB terakhir : kemarin malam
 Riwayat Perdarahan : tidak ada pendarahan
 Konstipasi : - D iare :-

 Buang air Kecil


 Frekuensi : 6X /hari
 Produksi : 0.1-1.5 CC/ hari
 Warna :kuning pekat Bau :amis
 Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : -
 Lain –lain :-
b. Perubahan setelah sakit :
 BAB : pasien mengatakan tidak mengalami perubahan saat BAB

 BAK : Pasien mengatakan tidak mengalami perubahan saat BAK

c. Pola aktifitas dan latihan

a. sebelum sakit
Kemampuan perawatan d iri 0 1 2 3 4

Makan/ minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi/ROM

0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu oran g lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

b. Perubahan setelah

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/ minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi/ROM

0: mandiri, 1: alat Bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

5. pola tidur dan istirahat

a. Sebelum sakit :
 waktu tidur : pasien mengatakan waktu tidur pukul 21.00-05.00
 Lama tidur: 9 jam
 Kebiasaan sebelum tidur: pasien mengatakan kebiasaannya sebelum tidur
adalah menonton TV
 Kesulitan dalam tidur: Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam tidur
b. Perubahan setelah sakit : pasien mengatakan saat sakit ia kesulitan dalam tidur karna
nyeri lutut

6. Pola Persepsual
a. Sebelum sakit :

 Penglihatan : pasien mengatakan penglihatan sedikit kabur

Fungsi penglihatan : penglihatan berfungsi saat cahaya di proses oleh mata dan
ditafsirkan oleh otak

Gangguan Fungsi : gangguan penglihatan adalah adanya kelainan yang menyebabkan


gangguanpada penglihatan normal . berbagai jenis gangguan penglihatan dapat
disebabkan oleh beberapa kondisi medis dan kelainan tertentu. gangguan penglihatan
seperti buta warna, penglihatan ganda.

 Pendengaran:

Fungsi Pendengaran: menangkap dan mengubah bunyi berupa energi mekanis


menjadi energi elektris secara efisien dan diteruskan ke otak untuk disadari dan
dimengerti

Kelainan Fungsi : gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan


yang disebabkan oleh terlalu seringnya terpapar suara yang nyaring/keras seperti
gendaqng telinga pecah , rusaknya tulang pendengaran.

 Penciuman:

Fungsi Penciuman: hilangnya indra penciuman

Kelainan Fungsi : kelainan fungsi penciuman Salesma atau Cold dan Flu, Sinusitis , dan
Rhinitis Allergica

 Pengecapan:

Fungsi Pengecapan: mendeteksi rasa suatu zat

Kelainan Fungsi :-

 Perabaan:

Fungsi Perabaan: bisa menyadari adanya sentuhan, tekanan serta panasnya suhu
di sekitar
Kelainan Fungsi : -

b. Perubahan setelah sakit : pasien mengatakan saat sakit hanya penglihatnnya yang
sedikit kabur

7 . Pola Peresepsi diri

a. Sebelum sakit :

Pandangan klien tentang penyakitnya :

Konsep diri :

1) Gambaran Diri : pasien mengatakan saya senang dengan anggota tubuh saya
meskipun saya terlihat kurusan

2) Identitas Diri : pasien mengatakan saya bersyukur diciptakan sebagai perempuan dan
saya bangga pada diri saya.

3) Peran : pasien mengatakan harapan saya sebagai kepala keluarga dan sebagai ayah
yang baik

4) Harga diri : pasien mengatakan saya senang semua keluarga mendukung saya dan
saya merasa diperhatikan dan saya ingin cepat sembuhserta segera beraktfitas seperti
biasanya lagi .

5) Ideal Diri :pasien mengatakan harapan saya sebagai kepala keluarga dan ayah yang
baik dan mampu mengajari anak2 saya yang baik.
b. Perubahan setelah sakit: pasien mengatakan ia merasa sedih saat sakit karna ia tidak
dapat melakukan aktifitas seperti biasanya ,

8 . Pola seksualitas dan reproduksi

a. Sebelum sakit :
 Hubungan seksual : -
 Gangguan hubungan seksual :-
b. Perubahan setelah sakit: -

9. Pola Peran dan Hubungan

a. Sebelum sakit :

 komunikasi :

hubungan dengan orang lain : pasien mengatakan dapat berhubungan dengan baik

dukungan keluarga : pasien mengatakan keluarganya selalu mendukung dalam


keadaan apapun dukungan teman /kelompok/ masyarakat: pasien mengatakan dia
mendapat dukungan dari teman, kelompok, maupun masyarakat

 konflik terhadap peran/nilai : -


 Lain –lain : -

b. Perubahan setelah sakit: pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik dengan
perawat, keluarga maupun teman.

V I . Pemeriksaan Fisik

K eadaan Umum: baik K esadaran: G 2 C2 S3 Nilai GCS : 13

1. Tanda vital T D:120/90 mmHG Nadi:88 x/ mnt Suhu : 37,7 ºC RR:18x/ m nt

2. Kepala :
Inspeksi : berbentuk simetris

Palpasi : tidak ada benjolan , tidak ada sakit kepala

3. Mata :

Inspeksi : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis

Palpasi : -

4. Telinga :

Inspeksi : tes bisik atau weber sudah tidak normal

Palpasi : ada nyeri tekan

5. Hidung :

Inspeksi : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung

P alpasi : tidak ada benjolan

Mulut dan tenggorokan :

Inspeksi : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.

P alpasi : tidak ada benjolan

6. Dada :

Inspeksi : berbentuk simetris

Palpasi : tidak ada nyeri saat di tekan

Perkusi : terdengar bunyi timpani

7. Abdomen:

Inspeksi : bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

Auskultasi : peristaltik usus normal (20x/menit).


Palpasi : turgor baik, hepar tidak teraba

perkusi : suara timpani, ada pantulan gelombang cairan.

1 0. Genitalia :-

Inspeksi : -

P alpasi : -

1 1. E kster mitas :

Inspeksi : memiliki kedua kaki dan tanan yang lengkap

P alpasi : nyeri saat di sentuh pada bagian lutut

VII. Pemeriksaan penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal


1. Waktu perdarahan (BT) 1,3 m 1–3
2. Waktu pembekuan 4,00 m 1 -7
3. Hb 14 g/dl Laki – laki 13 – 18 g/dl
4. Ht 39 40 – 50
5. Trombosit 376, 000/dl 150.000 – 350.000
6. Leukosit 8,600/ul 5.000 – 10. 000
7. Serologi crp Positif 48 Negative
8. sel darah putih(WBC) 4000mcL 3500-10.500 mcL

VIII. PENGOBATAN

1. Pengobatan

Nama Dosis Cara Indikasi Kontrain


obat pemberia dikasi
n
1. penisilin Dosis Untuk Mengatasi Adanya riwayat
cair dewasa : mengkom berbagai infeksi reaksi
250 – 500, sumsi yang sensitif hipersensivitas
anak – anak penisilin terhadap obat terhadap obat ini
250 gunakan ini. atau obat
agar lebih golongan lainnya
mudah di
cerna.
2. ERITROM Oral: S Secara Sebagai alternatif untuk Penyakit hati(garam
ISIN Dewasa oral pasien yang alergi estolat)
dan penisilin untuk
Anak di pengobatan enteritis
atas 8 kampilobakter,
tahun,25 pneumonia, penyakit
0-500 legionaire,sifilis,uretriti
mg tiap 6 s non gonokokus,
jam atau prostatitis kronik, akne
0,5-1g vulgaris, dan
tiap 12 profilaksis difetri dan
jam. pertusis.
pada
infeksi
berat
dapat di
naikan
sampai
4g per
hari.
3. Gentamic Di Dioleskan Untuk
in oleskan tipis tipis mengobati Hipersensitif,infu
tipis pada kulit topical infeksi siensi ginjal
pada yang primer dan
daerah bermasala skunder pada
yang h setelah kulit yang
sakit kulit disebabkan oleh
sebanyak dibersihka bakteri yang
3-4 kali n dan peka terhadap
sehar dikeringka gentamicin
n

i
4. cefezolin H 25 dewasa 1 N infeksi bakteri -reaksi alergi
hingga g akan di Gram posetif -mual dan munta dan
50 berikan dan negatif, mual
mg/kg/ha 30-60 dengan dosis - sakit perut
ri lewat menit dewasa dan - diare ringan
infuse sebelum anak-anak. - otak kaku
dalam 3 operasi di dosis cefozolin -nyeri sendi
atau 4 lanjutkan pada pasien -perasaan gelisa
dosis oleh 0,5-1 ganguan ginjal -rasa yang tidak biasa
yang di g 6-8 jam perlu di atau tidak enak pada
bagi setelah sesuaikan (10) mulut
seimban operasi cefazolin juga -gatal gatal ringan atau
g. selama 24 merupakan lini ruam kulit.
semantar jam atau pertama
a jika hingga 5 profilaksis
infeksi hari untuk banyak
para, semua jenis operasi,
100mg/k dosis di
g/hari berikan
lewat dengan
infuse injeksi,
dalam 3 injeksii Im
atau 4 yang
dosis panjang.
yang di
bagi
seimban
ga, dosis
tidak
boleh
lebih
6g/hari
5. Ketorolax Dosis awal 10- Secara oral , Untuk penatalaksanaan Alergi OAINS, tukak
20 mg seriap 4- injeksi maupun jangka pendek terhadap peptik akut , peredaran
6 jam . jika paranteral nyeri akut sedang KV, diastesis hemoragik ,
diperlukan dosis samapi berat setelah hamil dan menyusui < 16
dapat prosedur bedah tahun
ditingkatkan 40
mg perhari

3.2 Analisa Data


DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS : inflamasi Nyeri akut
P :klien mengatakan nyeri
lutut timbul akibat
terbentuk tiang gawang
Q : klien mengatakan Nyeri
yang dirasakan seperti
diris-iris
R: klien mengatakan nyeri
hanya dirasakan di bagian
lutut kiri
S: klien mengatakan skala
nyeri yang ia rasakan 6
T : klien mengatakan nyeri
yang dirasakan secara terus
menerus
DO:
 pasien tampak
memegang lutut
kaki bagian kiri
 Wajah pasien
tampak meringis
 suhu tubuhnya
37,7°C

DS: Gangguan mobilitas fisik Trauma


Klien mengatakan ia
kesulitan dalam bergerak
DO:
- Klien tampak
kesulitan
mengerakan kaki
- klien tampak
bengkak pada kaki
DS: Resiko nutrisi kurang dari Muntah
Klien mengatakan kebutuhan tubuh
ia mengalami mual
dan muntah serta
penurunan nafsu
makan

DO :
- Klien tampak lemah
- mukosa bibir kering

3.3 Diagnosa keperawatan (SDKI) :

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma
3. resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah

3.4 Prioritas Masalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi


2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan trauma

3.6 Intervensi
3.7 RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA Outcome Intervensi


DX KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan Setelah Observasi
dilakukan  identifikasi
dengan inflamasi
tindakan local,karakteristik,
keperawatan durasi,frekuensi,k
selama 3x24 jam ualitas, intensitas
,maka nyeri
diharapkan pada  identifikasi skala
3(sedang) nyeri
diturunkan pada Terapeutik
5(menurun)
dengan criteria  berikan teknik
hasil : nonfarmakologis
1. keluhan untuk mengurangi
nyeri rasa nyeri (mis.
menurun TENS, hiponosis ,
2. meringis akupruser, terapi
menurun music,biofeedbac
3. perasaan k, terapi pijat,
takut aroma
cedera terapi,teknik
berulang imajinasi
menurun terbimbing ,
4. mual dan kompres hangat)
muntah  control
menurun lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (suhu,
ruangan,
pencahayaan ,
kebisingan)
Edukasi
- jelaskan
penyebab,periode
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi
meredakan nyeri
- anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Kolaborasi
- kolaborasi
pemberian
analgetik
2. Gangguan mobilitas Setelah Observasi
dilakukan - identifikasi
fisik berhubungan
tindakan intoleransi fisik
dengan trauma keperawatan melakukan
selama 3x24 jam pergerakan
diharapkan pada - monitor kondisi
3 (sedang) selama melakukan
diturunkan 1 mobilisasi
( menurun) Terapeutik
dengan criteria
-
libatkan keluarga
hasil :
untuk membantu
1. kemudah
pasien dalam
an dalam
pergerakan
melakuk
Edukasi
an
kegiatan - jelaskan tujuan
sehari- dan prosedur
hari mobilisasi
2. perasaan - anjurkan
lemah mobilisasi dini
3. kecepata
n
berjalan

3.8 Implementasi Dan Evaluasi


NO IMPLEMENTASI EVALUASI
DX DIAGNOSA
KEPERAWA
TAN
1. Nyeri akut Jam : 07.00 Jam : 14.00
berhubungan dengan S : Pasien mengatakan
inflamasi 1).Mengidentifikasi lutut bagian kiri masih
nyeri
local,karakteristik,durasi,fr
O: Pasien tampak
ekuensi,kualitas, intensitas memgang lutut kirinya
A: Masalah belum
nyeri
teratasi
2).Mengidentifikasi skala P : Intervensi
dilanjutkan ( 1,2 , 7)
nyeri
Hasilnya : se
telah dilakukan tindakan
keperawatan pasien mengatakan
masih nyeri
Jam : 09.00
3).Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hiponosis ,
akupruser, terapi
music,biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,teknik
imajinasi terbimbing
,kompres hangat)
4).Mengcontrol
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suuhu, ruangan,
pencahayaan , kebisingan)
5). Menjelaskan
penyebab,periode dan
pemicu nyeri
Hasilnya : setelah dilakukan
tindakan keperawatan pasien
mengatakan nyeri sedikit
berkurang dan sudah mengerti
mengenai teknik nyeri .

Jam 10.00
6). Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
7). menganjurkan
memberikan analgetik
secara tepat
8). Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Hasilnya:Setelah dilakukan
tindakan keperawatan pasien
mengatakan nyeri yang ia rasakan
sudah membaik setelah diberikan
analgetik

Gangguan mobilitas Jam : 07.00 Jam : 14.00


2. fisik berhubungan
dengan trauma 1) Mengidentifikasi S: Pasien mengatakan
intoleransi fisik belum dapat melakukan
melakukan aktivitas sendiri
pergerakan O: pasien tampak
Hasilnya : setelah dilakukan dibantu oleh
tindakan keperawatan pasien keluarganya
mengatakan belum bisa A: Masalah belum
melakukan aktivitas sendiri teratasi
P: intervensi di
Jam: 10.00 lanjutkan (1,2)
2) Memonitor kondisi
selama melakukan
mobilisasi
3) Melibatkan
keluarga untuk
membantu pasien
dalam pergerakan
4) Menjelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
5) Menganjurkan
mobilisasi dini
Hasilnya: setelah dilakukan
tindakan keperawatan Pasien
mengatakan pergerakannya masih
dibantu oleh keluarga dan sudah
memahami tujuan dari mobilisasi

Catatan Perkembangan

1. Tanggal 3 september 2020


NO DX DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN EVALUASI
KEPERAWATA
N
1) Nyeri akut Jam : 14.00
berhubungan Jam : 07.00
S : Pasien mengatakan
dengan inflamasi 1).Mengidentifikasi
masih nyeri sudah agak
local,karakteristik,durasi,frekuens
membaik
i,kualitas, intensitas nyeri
O: Pasien tampak sekali-
2).Mengidentifikasi skala nyeri
kali memegang lutu
Hasilnya : pasien masih sedikit
bagian kiri
mengeluh nyeri skala nyeri sudah
A: masalah belum
turun menjadi 3
teratasi
Jam : 10.00
P: Intervensi dilanjutkan
7). menganjurkan pemberian
analgetik secara tepat waktu
Hasilnya : setelah di lakukan
tindakan keperawatan pasien
diberikan obat analgetik atau
nyeri berupa ketorolac sebanyak
60mg

2) Gangguan Jam :07.00 Jam : 14.00


mobilitas fisik
S: Pasien mengatakan
berhubungan 1) Mengidentifikasi
dengan trauma intoleransi fisik masih ada hambatan
melakukan
dalam beregrak
pergerakan
Hasilnya : setelah dilakukan O: Pasien tampak dibantu
tindakan keperawatan pasien
oleh keluarga
mengatakan belum bisa
melakukan aktivitas sendiri A: Intervensi di
lanjutkkan (1,2)
Jam: 10.00
2) Memonitor kondisi
selama melakukan
mobilisasi
Hasilnya : pasien masih dibantu
dengan alat bantu dan keluarga
2. Tanggal 4 september 2020
NO DX DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN EVALUASI
KEPERAWATA
N
3) Nyeri akut Jam : 14.00
berhubungan Jam : 07.00
S : Pasien mengatakan
dengan inflamasi 1).Mengidentifikasi
masih nyeri sudah
local,karakteristik,durasi,frekuens
membaik
i,kualitas, intensitas nyeri
O: Pasien tampak tidak
2).Mengidentifikasi skala nyeri
lagi memegang lutut
Hasilnya : pasien sudah tidak lagi
bagian kiri
merasakan nyeri Jam : 10.00
A: masalah teratasi
7). menganjurkan pemberian
P: Intervensi dihentikan
analgetik secara tepat waktu
Hasilnya : setelah di lakukan
tindakan keperawatan pasien
diberikan obat analgetik atau
nyeri berupa ketorolac sebanyak
60mg dan sudah membaik

4) Gangguan Jam :07.00 Jam : 14.00


mobilitas fisik
S: Pasien mengatakan
berhubungan 3) Mengidentifikasi
dengan trauma intoleransi fisik sudah tidak ada lagi
melakukan
hambatan dalam berjalan
pergerakan
Hasilnya : setelah dilakukan O: Pasien tampak berjalan
tindakan keperawatan pasien
dan beraktivitas sendiri
mengatakan sudah dapat
beraktivitas sendiri A: Intervensi di hentikan
Jam: 10.00
4) Memonitor kondisi
selama melakukan
mobilisasi
Hasilnya : pasien masih sudah
bisa berjalan sendiri tanpa alat
bantu ataupun keluarga

BAB IV

PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di
mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat
dan malaise umum).
Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien
dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi

2.2 Saran
1.  Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan
osteomielitis.
2. Mahasiswa

Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua


mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien pada pasien dengan
osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai