DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN
OLEH :
Kelompok 3
1. Arrahma Chantesa ()
2. Dinda Nabila (P032114401053)
3. Hafshah Ramadhani ()
Tingkat 2B
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
2022/2023
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
II. Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II . Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, kelompok
1 dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis membuat “Asuhan keperawatan pada klien
dengan osteomyelitis”.
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau
kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi
yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257). Osteomyelitis adalah infeksi substansi
tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571). Sedangkan menurut Bruce, osteomyelitis
adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya
merupakan infeksi bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan
osteomyelitis jika mereka menginvasi tulang (Ros, 1997:90). Menurut Price (1995:1200).
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang. Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang
panjang yang disebabkan oleh infeksi lokal akut atau trauma tulang, biasanya disebabkan
oleh escherichia coli, staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker,
1998:429).
Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang
yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik.
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan
demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik
adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995:1200).
Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995:463-464) yaitu :
Rangka manusia terdiri dari 213 tulang, dimana 126 merupakan bagian dari rangka
apendikular, 74 merupakan bagian dari rangka aksial, dan enam merupakan bagian dari
tulang-tulang pendengaran.
Osteomielitis hematogen paling sering melibatkan tulang vertebra, tetapi infeksi juga
dapat terjadi pada metafisis tulang panjang, panggul, dan klavikula.
Osteomielitis pascatrauma dimulai di luar korteks tulang dan masuk ke dalam kanal
meduler, biasanya ditemukan di tibia tetapi dapat terjadi di tulang mana pun. Osteomielitis
contiguous focus sering terjadi pada tulang kaki pada pasien dengan diabetes mellitus dan
gangguan vaskular.
2.1.3 Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme
penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff,
2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses
infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan akibat dari
osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi
dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan traumatik
osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor
penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalamiinfeksi
melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain
ketulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada
anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik
ilegal,rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi
juga bisaterjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti
yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah
tulangterbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar
yangmenembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahandan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yangmengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau
ulkus dikulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes
(kencing manis).Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke
tulang tengkorak
2.1.4 Patofisiologi
Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organisme
penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, dan pneumococcus. Metafisis tulang
terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeksi oleh bakteri melalui 3 jalur :
hematogen, melalui infeksi di dekatnya atau scara langsung selama pembedahan. Reaksi
inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar
ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang
yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan
disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar
(Overdoff, 2002:541, Rose, 1997:90).
Osteomielitis akut dapat muncul secara bertahap dengan onset selama beberapa hari
tetapi biasanya bermanifestasi secara dalam dua minggu. Gejala lokal yang sering timbul
antara lain eritema, pembengkakan, panas di tempat infeksi, nyeri tumpul dengan atau tanpa
gerakan dan terkadang gejala konstitusional seperti demam atau kedinginan.
Pada osteomielitis kronis, gejala dapat terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama,
biasanya lebih dari dua minggu. Pasien juga dapat mengalami pembengkakan, nyeri, dan
eritema di tempat infeksi, tetapi gejala konstitusional seperti demam lebih jarang terjadi.
Nyeri tekan pada palpasi pada tulang vertebra mungkin merupakan temuan signifikan
pada osteomielitis vertebra. Kemampuan untuk memeriksa ulkus ke tulang dengan instrumen
steril tumpul sangat sugestif dari osteomielitis.
2.1.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul dengan osteomielitis yang tidak diobati
dengan benar :
1) Artritis Septik
2) Fraktur Patologis
3) Karsinoma sel skuamosa
4) Pembentukan saluran sinus
5) Amiloidosis
6) Abses
7) Deformitas Tulang
8) Infeksi Sistemik
9) Infeksi jaringan lunak yang berdekatan
Perubahan ini mungkin tidak terlihat sampai 5-7 hari pada anak-anak dan 10-
14 hari pada orang dewasa. Film polos menunjukkan perubahan litik setelah
setidaknya 50-75% dari matriks tulang dihancurkan. Oleh karena itu, pemeriksaan
radiografi negatif tidak menyingkirkan diagnosis osteomielitis akut.
Penyembuhan patah tulang, kanker, dan tumor jinak mungkin tampak serupa
pada film biasa. Perubahan halus dapat menunjukkan fokus yang berdekatan atau
osteomielitis kronis.
3. CT Scan
Computed tomography (CT) berguna untuk memandu biopsi jarum pada
infeksi tertutup dan untuk perencanaan pra operasi untuk mendeteksi kelainan tulang,
benda asing, atau tulang nekrotik dan jaringan lunak. I
CT Scan dapat membantu dalam penilaian integritas tulang, gangguan
kortikal, dan keterlibatan jaringan lunak. Ini juga dapat mengungkapkan edema.
Fistula intraosseous dan defek kortikal yang mengarah ke saluran sinus jaringan lunak
juga ditunjukkan pada CT. Meskipun CT mungkin berperan dalam diagnosis
osteomielitis, fenomena scatter dapat mengakibatkan hilangnya resolusi gambar yang
signifikan ketika logam berada di dekat area peradangan.
4. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas yang sangat berguna
dalam mendeteksi osteomielitis dan mengukur keberhasilan terapi karena
sensitivitasnya yang tinggi dan resolusi spasial yang sangat baik. Luas dan lokasi
osteomielitis ditunjukkan bersama dengan perubahan patologis sumsum tulang dan
jaringan lunak.
5. Ultrasonografi
Pada ultrasonografi (US), adanya pengumpulan cairan yang berdekatan
dengan tulang tanpa mengganggu jaringan lunak biasanya menunjukkan osteomielitis.
Temuan lain pada USG termasuk elevasi dan penebalan periosteum. USG mungkin
juga berguna dalam kasus dengan perangkat keras ortopedi atau pada pasien yang
tidak dapat menjalani MRI.
6. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri Salmonella.
2.1.8 Penatalaksanaan
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi
(Boughman, 2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit
beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi organisme dan
memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol : teruskan selama 3
bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik pertahankan terapi
antibiotik tambahan.
2.1.9 Pathway
Trauma
Luka tembus/terbuka
Staphylococcus
Luka tekanan, trauma
aureus
jaringan lunak,
nekrose berhubungan
dengan keganasan, Faktur compound,
terapi radiasi serta prosedur operasi,
luka bakar Kuman masuk luka tusuk yang
melukai tulang
Metafisis tulang
Reaksi inflamasi
Pertahanan tubuh
menurun
Osteomyelitis
Kerusakan jaringan
Pembedahan Hospitalisasi
tulang
Insisi pembedahan Mis
Infeksi berlebihan
Gerak terbatas interpretasi
Port de’entry
Abses tulang
Kurang
Imobilisasi pengetahuan
Pertahanan sekunder
menurun Kelemahan Peningkatan
peristaltik usus
Perubahan bentuk
(ankylosing)
Resti penyebaran
infeksi Personal
hygiene Konstipasi
terganggu
Fungsi tulang
menurun
Terputusnya Kurang
Kemampuan perawatan
kontinuitas jaringan Gangguan
melakukan diri : personal eliminasi BAB :
pergerakan menrun hygiene Konstipasi
Merangsang syaraf
mielin C
alarmnyeri
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Provoking incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifat
menusuk
c. Region, radiation, relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,nyeri
tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-3
pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan SekarangBiasanya klien datang kerumah sakit dengan
keluhan awitan gejalaakut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhankeluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan
dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan DahuluKlien biasanya perrnah mengalami penyakit yang
hampir sama dengansekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang,infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit
keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
biladipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemikmenunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu