DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4
TINGKAT : 2 B
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas membuat makalah ini dengan baik
dan selesai secara tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas perkuliahan dari dosen pengampu Keperawatan medikal bedah I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami
sebagai penulis dan bagi para pembaca tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan efusi pleura.
Penyusunan makalah ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesikan penulisan proposal penelitian ini.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Konsep Medik................................................................................................3
2.1.1 Definisi....................................................................................................3
2.1.2 Anatomi dan fisiologi..............................................................................4
2.1.3 Etiolgi......................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi............................................................................................7
2.1.5 Patoflowdiagram.....................................................................................7
2.1.6 Manifestasi klinik....................................................................................9
2.2.7 Komplikasi..............................................................................................9
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik........................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.........................................................................12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................14
2.2.1 Pengkajian.............................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................19
2.2.3 Intervensi keperawatan.........................................................................20
2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................28
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...........................................................................28
PENUTUP..............................................................................................................29
3.1 kesimpulan...................................................................................................29
3.2 Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
menurun, serta sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya
masyarakat tentang pengetahuan kesehatan (Puspita, Soleha, & Berta, 2015).
Efusi pleura dapat berupa transudat atau eksudat. Transudat terjadi karena
adanya peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada payah jantung
kongestif. Keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari
pembuluh. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia, contohnya
pada penyakit hati dan ginjal, atau penekanan tumor pada vena kava. Eksudat
timbul sekunder dari peradangan atau keganasan pleura, dan akibat
peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening. Jika
efusi pleura mengandung nanah, disebut empiema. Empiema diakibatkan oleh
perluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan merupakan komplikasi
dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura.
Empiema yang tidak ditangani dengan drainage yang baik dapat
membahayakan dinding thoraks. Eksudat yang mengalami peradangan akan
mengalami organisasi, dan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis
dan visceral. Ini disebut sebagai fibrothoraks. Jika fibrothoraks luas maka
dapat menimbulkan hambatan mekanisme yang berat pada jaringan – jaringan
yang terdapat dibawahnya (Saferi&Mariza, 2013).
1.3 Tujuan
Menganalisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Efusi Pleura Dengan
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Pola Nafas.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian studi literatur ini dapat digunakan sebagai bahan kajian atau
literatur dalam pengembangan ilmu kesehatan yang berkaitan dengan asuhan
2
keperawatan pada klien efusi pleura dengan masalah keperawatan
ketidakefektifan pola nafas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan
cairan dalam rongga pleura. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang
mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Soemantri, 2008). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan dalam rongga pleura berupa transudat dan eksudat
yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi di kapiler dan pleura viseralis (Muttaqin, 2012).
a. Batuk
b. Sesak napas
4
c. Nyeri pleuritis
g. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
h. Pada pemeriksaan fisik :
5
superior paru kiri yang analog dengan lobus medius paru kanan, yakni
disebut sebagai lingula pulmonis. Di antara lobus – lobus paru kanan
terdapat dua fissura, yakni fissura horizontalis dan fissura obliqua,
sementara di antara lobus superior dan lobus inferior paru kiri terdapat
fissura obliqua.
Paru sendiri memiliki kemampuan recoil, yakni kemampuan untuk
mengembang dan mengempis dengan sendirinya. Elastisitas paru untuk
mengembang dan mengempis ini di sebabkan karena adanya surfactan
yang dihasilkan oleh sel alveolar tipe 2.16 Namun selain itu
mengembang dan mengempisnya paru juga sangat dibantu oleh otot –
otot dinding thoraks dan otot pernafasan lainnya, serta tekanan negatif
yang teradapat di dalam cavum pleura.
B. Cavum thoraks
C. Pleura
6
melapisi radiks pulmonis, pleura ini merupakan pelura yang
menghubungkan pleura parietal dan pleura visceral.
2.1.3 Etiolgi
Menurut Wijayaningsih (2013: 31) etiologi terjadinya efusi pleura
yaitu:
7
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada
proses penyakit neoplastic, tromboembolik, kardiovaskuler,
dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari lima
mekanisme dasar yaitu :
2.1.4 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2012: 126) patofisioligi efusi pleura
yaitu normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga
pleura. Jumlah cairan rongga pleura tetap, karena danya tekanan
hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cmH2O. akumulasi cairan
pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotic koloid menurun
(misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat ada proses peradangan atau
neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis akibat kegagalan
jantung) dan tekanan negatif intrapleura apabila terjadi atelektsis
paru.
8
2.1.5 Patoflowdiagram
9
2.1.6 Manifestasi klinik
Menurut Huda dan Kusuma (2016: 185) manifestasi klinis
efusi pleura yaitu :
2.2.7 Komplikasi
1. Fibrothoraks
10
jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan
(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran –
membran pleura tersebut.
2. Atelektasis
3. Fibrosis
a. Radiografi dada
b. Ultrasonografi thoraks
11
dapat membantu menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau
kompleks. Efusi sederhana dapat diidentifikasi sebagai cairan
dalam rongga pleura dengan echotexture homogen seperti yang
terlihat pada sebagian besar efusi transudatif, sedangkan efusi yang
kompleks bersifat echogenic, sering terlihat septasi di dalam cairan,
danselalu eksudat. Bedside Ultrasound dianjurkan saat melakukan
thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan
prosedural.
c. Biopsi pleura
1.Warna cairan
12
2. Biokimia, untuk membedakan transudasi dan eksudasi.
4. Bakteriologi
e. CT Scan Thoraks
a. Thorakosintesis
13
manifestasi lain (seperti demam, pleuritis; radang selaput
dada) atau kegagalan untuk menanggapi terapi pada pasien
harus segera dipertimbangkan dilakukan thorasentesis
diagnostik.
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Kimia darah
14
d. Water Seal Drainage (WSD)
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, statu
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
15
pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan
bernafas serta batuk non produktif.
f. Riwayat Psikososial
16
4) Pola nutrisi dan metabolisme
h. Pola eliminasi
1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
17
2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungaN rumah
yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.
k. Pemeriksaan Fisik
2) Sistem Respirasi
18
3) Sistem Cardiovasculer
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada
ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
4) Sistem Pencernaan
d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
e) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga diperlukan
pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau somnolen atau comma.
19
Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi
sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
f) Sistem Muskuloskeletal
g) Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai
kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-
lunakkasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi seseorang,
20
d. Bersihan jalan nafas
2) Kriteria hasil
a) Dyspnea menurun
d) Otopnea menurun
3) Intervensi
Observasi
21
b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing
, ronchi kering)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
2) Kriteria hasil :
c) Meringis menurun
3) Intervensi
Observasi
22
a) Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
2) Kriteria hasil
3) Intervensi
Observasi
23
a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
Terapeutik
Edukasi
2) Kriteria hasil :
a) Mengigil menurun
c) Takikardia menurun
d) Takipnea menurun
3) Intervensi
Observasi
24
b) Monitor suhu tubuh
Terapeuik
Edukasi
2) Kriteria hasil
3) Intervensi
Observasi
25
e) Timbang berat badan
Terapeutik
Kolaborasi
2) Kriteria hasil
3) Intervensi
Observasi
terapeutik
26
d) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b. Kriteria hasil :
3) gelisah menurun
c. Intervensi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
27
1) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
b. Kriteria hasil :
1) Demam menurun
3) Bengkak menurun
4) Kemerahan menurun
c. Intervensi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
28
2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penderita efusi pleura TB dan non-TB tidak ada perbedaan yang bermakna
dari jenis kelamin, riwayat merokok, sedangkan ada perbedaan yang
bermakna pada segi umur.
Kadar LDH pada efusi pleura TB lebih tinggi dibandingkan efusi pleura
non-TB, sedangkan konsentrasi protein, glukosa, jumlah sel, sel PMN, dan
sel MN cairan pleura pada kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan
yang bermakna.
Kadar IFN-γ cairan pleura pada semua pasien efusi pleura TB pada
penelitian ini jauh lebih tinggi dengan nilai reratanya mencapai 5x nilai cut
off point pada referensi yang ada.
3.2 Saran
Penderita efusi pleura eksudatif bila ditemukan usia >36 tahun, glukosa
rendah pada analisa cairan pleura, kadar LDH tinggi dan IFN-γ yang tinggi
perlu dipikirkan efusi pleura TB.
Kadar IFN-γ pada efusi pleura TB lebih tinggi pada cut off point yang
sudah ada sehingga perlu penelitian yang lebih lanjut dengan sampel yang
lebih banyak dan membandingkan antara IFN-γ dengan biomarker lainnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Herlia tika. 2020. Askep efusi pleura. Kalimantan timur: poltekkes samarinda.
Marvellini yan Richard. 2020. Gambaran volume efusi pleura. Jakarta: universitas
Kristen Indonesia.
Dewi NNIT. 2021. Konsep dasar efusi pleura. Denpasar: poltekkes Denpasar.
31