OLEH :
TP 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga Asuhan Keperawatan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan
transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus. Efusi pleura merupakan
visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
(Utama, 2018).
paru yang disebut pleura. Selaput ini berfungsi meneruskan tekanan negatif
Saluran napas bawah meliputi trakea, bronkus primer kiri dan kanan, dan
unsur pokok paru khususnya alveolus akan terkena dampak dari efusi pleura.
cairan pleura yang menekan alveolus. Selain itu, efusi pleura juga dapat
3
menimbulkan sputum di bagian bronkus ataupun cabang trachea. Hal ini dapat
di negara - negara industri. Efusi pleura memiliki prevalensi 320 kasus per
pleura 1,5 juta dengan multikausal seperti pneumonia, gagal jantung, emboli
paru, kanker dan sebagainya (Rubins, 2013). Secara geografis penyakit ini
Achmad Mochtar Kota Bukittinggi selama 3 bulan terakhir pada data yang
tersedia rawat inap pada bulan Oktober 2022, November 2022 dan Desember
2022 menunjukkan bahwa efusi pleura menjadi salah satu dari 10 besar
penyakit terbanyak dan masuk ke 7 besar penyakit rawat inap paru dengan
pleura banyak terjadi pada penderita TB paru dan tumor paru. Penderita
4
keatas, serta lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Tingginya insiden efusi pleura disebabkan oleh TB paru dan Tumor paru.
paru, ca mammae, dan penyakit paru lainnya. Sehingga apabila tidak segera
ditangani lebih lanjut, bisa mengakibatkan komplikasi yang lebih fatal hingga
sehari-hari yang tidak kondusif. Apabila tidak ditangani lebih awal, akan
paru akut bisa terkena bakteri TBC dan bisa timbul efusi pleura atau bahkan
masalah utama yang dapat terjadi. Kebutuhan oksigen yang tidak dapat
terpenuhi dapat menghambat kerja organ tubuh yang lain, seperti otak,
inspirasi maupun ekspirasi. Hal ini erat kaitannya dengan ventilasi, difusi, dan
transpor gas.
5
Berbagai penelitian terkait efusi pleura di Indonesia, yaitu di Rumah
Sakit Persahabatan, pada tahun 2010-2011, dari 119 pasien efusi pleura
terjadinya efusi pleura antara lain TB, pneumonia, empiema toraks, gagal
adalah penyebab utama dari efusi pleura, seperti penelitian di Rumah Sakit
H.Adam Malik Medan pada tahun 2011, dari 136 pasien efusi pleura
keperawatan, dalam fase ini perawat harus terdapat pelayanan sesuai kriteria
dalam standar praktik mengikuti kode etik dan perawat harus profesional
dapat terpenuhi dalam standar praktik, mengikuti kode etik dan perawat harus
6
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan terhadap Tn.Y dengan Efusi Pleura dan mengetahui lebih lanjut
Mochtar Bukittinggi.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Bukittinggi.
2) Tujuan Khusus
Mochtar
7
C. Manfaat
2. Bagi Mahasiswa
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1) Defenisi
lain (Nurarif et al, 2015). Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat
kehadiran dan peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura.
Pleura adalah selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian
antara lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir
lain (Nurarif & Kusuma, 2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau
9
2) Etiologi
Menurut Darmanto (2016), ada beberapa factor yang menjadi penyebab dari
lain disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli pada paru, sirosis hati
jaringan yang berdekatan dengan pleura. Selain itu adanya kerusakan pada
pada rongga pleura. Penyebab efusi pleura eksudatif juga bisa di sebabkan
oleh adanya bendungan pada pembuluh limfe. Penyebab lainnya dari efusi
1) Neoplasma
10
leukosit >2.500/mL. yang terdiri dari limfosit, sel maligna, dan sering
2) Infeksi
4) Penyakit intraabdominal
tidak hanya dapat menyebabkan efusi pleura eksudatif saja tetapi dapat
11
pleura eksudatif adalah kasus pasca bedah abdomen, perforasi usus,
5) Imunologik
napas.
4. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk Penyebab efusi pleura dari lokasi
terbentuknya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu unilateral dan bilateral.
Jenis efusi pleura unilateral tidak ada kaitannya dengan penyebab penyakit
12
5. Analisis cairan pleura Menurut Dramanto (2016), analisa dari cairan pleura
menjadi jernih dan berubah menjadi warna kuning, sedangkan jika efusi
keganasan atau emboli dari paru. Sedangkan cairan pleura yang kental dan
cairan pleura melebihi 50% dari hematocrit dari darah perifer, termasuk
dalam hemotoraks.
13
3) Klasifikasi
pleura.
kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)
4) Manifestasi Klinis
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
d. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
14
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
f. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
5) Patofisiologi
parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan
teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura,
sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa
dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan
oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler
Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan
terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .
15
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal - hal diatas ada perubahan
16
lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa
paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun (Nair & Peate,
2015).
17
6) WOC
18
7) Komplikasi
a. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase
yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan
c. Fibrosis paru
ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara
d. Kolaps Paru
19
e. Empiema
rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau
lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa
9) Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Thoraksentesis
nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
c. Antibiotic
20
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui
e. Water seal drainage (WSD) Water seal drainage (WSD) adalah suatu
g. Pemberian obat-obatan
21
d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin, agama,
22
2) Keluhan utama
Merupakan alasan utama masuk rumah sakit atau keluhan utama klien
masuk rumah sakit dengan efusi pleura seperti sesak nafas, batuk dan
nyeri pada dada saat sedang bernafas, kebanyakan gejala yang timbul
menggigil serta nyeri pada pleuritik, jika efusi pleura telah menyabar
maka akan menimbulkan dyspnea dan batuk. Efusi pleura yang sudah
pada perkusi, dan adanya penurunan bunyi pernapasan pada sisi yang
utama.
a. Munculnya keluhan
b. Karakteristik
23
meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-gejala
berkaitan dengan efusi pleura. Efusi pleura dapat juga tampak pada
5) Riwayat keluarga
generasi).
2. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernapasan
24
Inspeksi : Adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR
terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc. Disamping
itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada dada yang sakit. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung
maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung
lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut
menghilang. Pada posisi duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan
batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita
25
diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau,
2) Sistem kordiovaskuler
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada
ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini
adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan batas
jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk
untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah
bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah
3) Sistem neurologis
26
4) Sistem gastrointestinal
datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak,
massa.
adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat
5) Sistem muskuloskeletal
27
6) Sistem integumen
lesi pada kulit, pada Pasien dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis
3. Diagnosa Keperawatan
situasional/lingkungan
28
4. Analisa Data
Keperawatan
1. DS : Perubahan Gangguan
- Pusing alveolus-kapiler
-Penglihatan kabur
DO :
- PCO2 meningkat/menurun
- PO2 menurun
- Takikardi
- PH arteri meningkat/menurun
- Sianosis
- Gelisah
- Kesadaran menuru
- Ortopnea
29
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
- Gelisah
- Sianosis
- Frekuensi napas
berubah
- Gelisah
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur
- Tekanan darah
meningkat
- Proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
30
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis
makan n menelan
DO :
- Sariawan
- Diare
- Leukosit meningkat
- Nadi meningkat
31
5. Intervensi Keperawatan
Keperawattan (SIKI)
normal hipoventilasi
meningkat Terapeutik:
menurun napas
32
Kolaborasi :
oksigen
membaik
Edukasi
2000ml/hari
33
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
penggunaan analgetik
34
Terapeutik :
farmakologi untuk
nyeri
Edukasi :
nyeri
farmakologis untuk
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
35
3. Defisit Nutrisi Tujuan : Manajemen Nutrisi
- Identifikasi perlunya
meningkat Terapeutik :
kenyang Edukasi :
mampu
diprogramkan
36
Kolaborasi :
dibutuhkan
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
muntah
Terapeutik :
yang dicapai
6. Implementasi Keperawatan
37
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
7. Evaluasi
macam yaitu:
1. Evaluasi formatif
2. Evaluasi sumatif
38
layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan
telah ditetapkan
39
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn Y
No RM : 574225
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Nama : Ny. T
Usia : 60 tahun
Hubungan : Istri
40
No Telepon : 085265414730
Pendidikan : SD
c. Keluhan utama
Tn Y masuk rawatan paru melalui IGD pada tanggal 7 Januari 2023 pada
pukul 23.00 WIB dengan keluhan sesak nafas sejak 4 bulan yang lalu, sesak
batuk kering, pusing, dan badan terasa letih semenjak 5 hari sebelum dibawa
ke rumah sakit.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2023 pada pukul 13.30, pasien
di rawat di rawatan paru dengan keluhan sesak, sesak meningkat pada malam
hari, batuk berdahak sehingga klien sulit untuk bernafas. Klien mengeluh
nyeri di sekitar dada, nyeri menyebar dari dada hingga ke punggung, nyeri
terasa seperti tertimpa benda berat. Klien juga mengeluh nafsu makan
e. Riwayat keluarga
41
(Curcuma, Nistatin Drop, Fluconazol,
Aminophilin)
Hasil Laboratorium
a) Antropometri
TB : 165 cm
BB : 46 kg
BMI : 17
b) Clinical Sign
h. Pola eliminasi
a) Fisik
42
Intake Output
Diare
Muntah
Pendarahan
Balance + 100 cc
BAK
Warna : Kekuningan
BAB
Konsistensi : Cair
Warna : Kecoklatan
i. Pemeriksaan fisik
TD : 125/80
43
T : 36.6
RR : 24 x/i
HR : 110 x/i
c. Mata
Inspeksi : Alis tersebar merata, Mata sejajar dan simetris. Tidak ada
edema.
d. Hidung
Hidung tampak simetris, lurus, hidung terpasang selang NGT yang dialirkan.
b. Mulut
c. Telinga
Aurikel Simetris memiliki warna yang sama dengan kulit wajah. Daun
telinga sejajar
d. Pemeriksaan Dada
1) Pulmo (Paru)
44
Palpasi : Fremitus menurun pada dada sebelah kanan
2) Jantung
Perkusi : Dullnes
3) Abdomen
Perkusi : Pekak
8. Punggung
Adanya nyeri menjalar, tidak ada kelainan tulang punggung, lesi (-)
9. Genetalia
10. Ekstremitas
45
Atas : akral teraba hangat, CRT kecil dari 3 detik, sianosis (-) Edema (+)
Bawah : akral teraba hangat, CRT kecil dari 3 detik, sianosis (-), edema (+)
11. Kulit
alveolus-kapiler
napas
C. Data Fokus
kabur 3. RR : 24 X/i
dahak liter
46
batuk mengeluarkan batul, ronci (+)
kembung makanan
makan dihabiskan
mmHg
WSD
47
20. Leukosit : 21.73
D. Analisa Data
Keperawatan
bernafas alveolus-kapiler
kabur
DO :
- PCO2 49 mmHg
- N : 110 X/i
- RR : 24 x/i
bernafas
48
- Pola nafas abnormal
untuk bernafas
untuk batuk
- Suara pasien
menghilang
- Ronki (+/-)
kekuningan
- RR : 24 x/i
kanul 5 lpm
- Hb 16.6 g/Dl
terpasang WSD
menjalar ke punggung
49
R : Nyeri di seluruh bagian
dada, di daerah
punggung
datang tiba-tiba
pada daerah
NGT
- Skala nyeri 4
- Leukosit 21.73
- Klien tampak
terpasang WSD
dialirkan
- Klien tampak
dialirkan
50
- Leukosit 21.73
- TD : 128/82
- Daerah disekitar
terpasang WSD
tampak memerah
makan menurun
untuk menelan
terpasang
sering tersedak
51
DO :
sendok
pucat
- Albumin 2.6
- IMT 17
lemah
- Asites
E. Intervensi Keperawatan
52
dengan perubahan 3x 24 jam diharapkan oksigen
normal hipoventilasi
meningkat Terapeutik:
5. Diaforesis menurun
menggunakan o2 di rumah
Kolaborasi :
oksigen
53
2. Bersihan Jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
nafas tambahan
meningkat
perlu
(Edukasi)
2000ml/hari
2. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
54
3. Nyeri Akut b.d Tujuan : Setelah Manajemen Nyeri
nyeri
6. Identifikasipengaruh nyeri
Terapeutik
farmakologi untuk
mengurangi nyeri
55
2. Kondisikan lingkungan yang
pemilihan strategi
meredakan nyeri
(Edukasi)
1. Jelaskan penyebab,
2. Je;askan strategi
meredakan nyeri
farmakologi untuk
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
56
nutrisi terpenuhi intoleransi makanana
- Identifikasi perlunya
dihabiskan Terapeutik :
meningkat Edukasi :
meningkat mampu
Kolaborasi :
dibutuhkan
57
Promosi Berat Badan
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
muntah
Terapeutik :
Tanggal
58
13.30) 3. Monitoring integritas - Pasien mengeluh pusing
oksigen O:
bernafas
- Pasien tampak
pernafasan
kanan menurun
- Ortopnea
P : Intervensi 1,2,3,4
dilanjutkan
59
Rabu, Bersihan Jalan 1. Melakukan Kamis , 12 Januari 2023 (
saluran nafas O:
5. Kolaborasi dilajutkan
pemberian terapi
60
nebulizer (
combivent dan
ventolin 2x1 )
lemas
P : Intervensi 1,2,3,4,5,6,7
61
dilanjutkan
bernafas
Memberikan o2
- Klien terpasang nasal
kanul 5 lpm
P : Intervensi dilanjutkan
62
15.15) 3. Beri O2 sesuai - Pasien mengatakan dahak
4. Pastikan kepatenan O :
5. Kolaborasi bernafas
) A: Masalah keperawatan
teratasi sebagian
P: Intervensi 2,3,4,5
dilanjutkan
duduk O:
programkan bagian
63
6. Monitor adanya mual - Albumin 2.6
albumin lemas
1 kolf
P : Intervensi 4,5,6,7,8
dilanjutkan
64
4. Memberikan teknik - R : Nyeri menjalar di dada,
5. Menganjurkan tirah O :
sakit
- Nadi : 100x/menit
- Asites
P : Intervensi 2,3,4,5
dilanjutkan
65
menghilangkan nyeri nyeri dada berkurang
memerah
O:
- S : Skala nyeri 2
- Gelisah berkurang
- Meringis berkurang
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi 1,3,4,6
dilanjutkan
66
2023 perubahan 2. Monitoring posisi -Pasien mengatakan masih
akibat pemasangan O :
5. Memberikan o2 - RR : 18x/i
bernafas
- Ortopenia
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi 2,3,5
dilanjutkan
67
09.00) efektif - Pasien mengatakan
teknik relaksasi O:
4. Memonitoring - Sputum(-)
posisi alat O2 A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
68
dan muntah - Albumin 2.6
P : Intervensi 4,5,6,7
dilanjutkan
berkurang
O:
- PCO2 49 mmHg
- N : 100 X/i
- RR : 18x/i
69
bernafas
- Ortopnea
P : Intervensi 2,3
dilanjutkan
) - Q : Pasien mengatakan
- WSD dialirkan
O:
- S : Skala nyeri 0
- Gelisah berkurang
70
- Meringis berkurang
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentiksn
71
BAB IV
PEMBAHASAN
akan dibahas tentang kesenjangan antara bahasan teoritis dengan kenyataan yang
ditemukan pada pasien dilapangan terhadapat Tn. Y dengan Efusi Pleura di Ruangan
Rawat Paru RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2023. Dibagi lima sub
1. Pengkajian Keperawatan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
Perry, 2005). Dari hasil pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda
WIB diruangan Rawat Paru didapatkan data, pasien memiliki riwayat penyakit
paru kurang lebih 2 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki faktor resiko seperti
merokok. Pada saat pengkajian pasien terpasang oksigen 5 liter, terpasang infus
72
RL pada tangan sebelah kanan, terpasang WSD yang dialirkan, NGT yang
kanan, tidak tampak gambaran anechoik bebas gema dengan internal echo di
Dari hasil Rontgen Thoraks. Dari hasil Patologi Anatomik dengan cairan pleura
kurang lebih 700 ml, warna merah, endapan merah, tampak sebaran dan
kelompok sel sel masothel yang sebagian reaktif serta sebaran sel sel limfosit,
netrofil dan makrofag. Tidak tampak sel sel tumor ganas pada sediaan. Kesan,
2. Diagnosa Keperawatan
actual, potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat
potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian , tinjauan literatur yang
73
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
pengendalian situasional/lingkungan
alveolus-kapiler
jalan napas
makanan
Januari 2023 didapatkan PCO2 meningkat dan PO2 menurun, Bersihan jalan
74
napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas karena
yang menghambat jalan napas dan klien sulit untuk mengeluarkan batuk.
Nyeri akut b.d agen pencidera fisiologis karena pasien mengeluh nyeri
pada daerah yang terpasang WSD dan NGT. Resiko Infeksi b.d proedur
alat invasif, pasien sulit tidur dan gelisah. Defisit nutrisi b.d
3. Intervensi Keperawatan
dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan
75
Dalam penyusunan perencanaan keperawatan Tn.Y melibatkan
keluarga dan tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi,
napas, terdapat bunyi nafas tambahan yaitu ronki akibat akumulasi sekret
ventolin + pulmicort 2 x 1
mengalami nyeri pada daerah yang terpasang WSD, adanya infeksi ditandai
pemberian analgetik.
76
4. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan yang disebabkan
karena pemasangan NGT dan rasa mual. Intervensi yang dilakukan berupa
4. Implementasi Keperawatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
dilakukan.
b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan
lainnya.
hari ke 2 karena keluhan baru muncul pada hari tersebut. Kemudian semua
sudah disusun sebelumnya dengan bantuan dari keluarga dan adanya kerja
5. Evaluasi
77
penatalaksanaan yang sudah berhasil dicapai (Potter dan Perry, 2005).
napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas, Nyeri Akut
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pleura pada pengkajian hari Rabu tanggal 11 Januari 2023 jam 13:30 Wib pada
klien Tn.Y, di Ruang Rawat Inap Paru RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
di dapatkan data, klien mengatakan sesak, batuk disertai dahak, nyeri disekitar
dada di daerah yang terpasang WSD, Nyeri terasa seperti tertimpa benda berat,
nafsu makan berkurang. Klien terpasang oksigen 5 liter, klien terpasang infus RL
tangan sebelah kanan, klien terpasang WSD dan NGT yang dialirkan dan klien
terpasang kateter. BB/TB:46 kg/165 cm.Tanda Vital Suhu: 36˚C Pernafasan :24
pemeriksaan. Hasil rontgent thorax 8 Januari 2023, Dari hasil patologi anatomik
dengan cairan pleura kurang lebih 700ml, warna merah, endapan merah,
didapatkan kesan tampak sebaran dan kelompok sel-sel masothel yang sebagian
reaktif serta sebaran sel-sel limfosit, netrofil dan makrofag . USG Thoraks
anechoick bebas gema dengan internal echo di supradial pleura bilateral terutama
79
kanan. Sesuai dengan data yang didapat penulis pada saat pengkajian, ditemukan
4 diagnosa yang dapat ditegakkan pada kasus, diagnosa tersebut antara lain :
alveolus-kapiler
jalan napas
makanan
Dalam melakukan perawatan pada klien dengan Efusi Pleura, kelompok telah
dan ditujukan untuk mencegah masalah yang diderita klien. Kesulitan yang
B. Saran
asuhan keperawatan.
80
2. Bagi Lahan Praktik
3. Bagi Perawat
81