Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN SEMINAR KASUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


”EFUSI PLEURA”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
1. Ayu Febryanti
2. Fera Chaprialin
3. Hikma Pujiarti
4. Kurniawan
5. Nadia Anggita Sari
6. Indri Ramadanti
7. Resty Permatasari
8. Rexy Septadiansyah
9. Rosari Apriani
10. Wilda Mariska Putri

Dosen Pembimbing : Agus Suryaman, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


IkesT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi
cairan pleura yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau
eksudasi yang berlebihan (Medical Science, Nusantara Medical Science
Jurnal, 2018). Menurut WHO (2018), efusi pleura merupakan suatu gejala
penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis
penyakit ini terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di
negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. WHO
memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah menghirup udara kotor
akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak penduduk yang berisiko
tinggi terkena penyakit paru dan saluran pernapasan seperti efusi pleura.
Menurut WHO (2018) Efusi pleura terjadi pada 30 % penderita TB
paru dan merupakan penyebab morbiditas terbesar akibat TB ekstra paru.
Penderita dengan Efusi pleura banyak di temui pada kelompok umur 44-49
tahun keatas (30,7%), serta lebih banyak terjadi pada laki-laki (54,7%)
dibandingkan perempuan (45,3%). Tingginya insiden efusi pleura
disebabkan oleh TB paru dan Tumor paru. Menurut Baughman 2000 dalam
Khairani, dkk (2012. 45), efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak
nafas, bunyi pekak atau datar saat perkusi di area nyang berisi cairan,
bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi
tempat yang sakit. Umunya pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri
dada, batuk dan demam. Pada pemeriksaan fisik dapat di temukan
abnormalitas dengan bunyi redup pada perkusi, penurunan fremitus pada
palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi
sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat di gunakan untuk mengkonfirmasi
terjadinya efusi pleura (Khairani dkk, 2012).

Dampak yang terjadi jika efusi pleura tidak segera di tangani yaitu
menyebabkan terjadinya atelektasis pengembangan paru yang tidak
sempurna yang di sebabkan oleh penekanan akibat penumpukan cairan
pleura, fibrosis paru dimana keadaan patologis tedapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan, empisema dimana terdapat kumpulan nanah
dalam rongga antar paru-paru dan kolaps paru (Headher, 2011).
Menurut Riskesdas (2013) terdapat 508.330 jiwa yang menderita
penyakit paru obstruktif kronis dan terdapat 2,7 % penderita Efusi pleura.
Menurut hasil Studi Berta & Puspita dalam Causes Of Pleural Efusion
In Metro 2017 terdapat 537 insidensi pleura pada periode Januari-
Desember 2017. Sebanyak 60,9% adalah berjenis kelamin laki-laki dan 39,1
% berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 10, 4 % berusia kurang dari 35
tahun, 39,3% berusia 35-55 tahun, 34,6 % berusia 56-70 tahun, dan 15,6
% berusia lebih dari 70 tahun.
Tindakan yang dapat dilakukan pada efusi pleura adalah pemasangan
WSD untuk mengembalikan kondisi di dalam cavum pleura kembali normal.
WSD adalah suatu sistem drainage yang menggunakan water sealed untuk
mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura (rongga pleura) tujuannya
adalah untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut, dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura/
lubricant (Arif, 2008).
Permasalahan efusi pleura pasca pemasangan WSD, antara lain nyeri
akut berhubungan dengan tindakan insisi pemasangan WSD, pola napas tidak
efektif, gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang, risiko infeksi
berhubungan dengan tindakan insisi / invansif akibat pemasangan selang
WSD kesakitan ketika bernafas dan mendadak merasakan sesak. Sesak nafas
terjadi karena masih adanya timbunan cairan dalam ronga paru yang akan
memberikan kompresi patologi pada paru sehingga ekspensinya
terganggu, dan berkurangnya kemampuan meregang otot inspirasi akibat
terjadi restriksi oleh cairan (Syahrudin dkk., 2009). Permasalahan ini
perlu ditangani dan salah satu penanganannya dengan pemberian chest
terapy
1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Memahami konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan efusi pleura dan dapat mengaplikasikannya
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mampu mengidentifikasi pengkajian keperawatan pada
pasien dengan efusi pleura
2. Mampu menentukan diagnosa keperawatan dengan masalah
efusi pleura
3. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan efusi pleura
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien
dengan masalah efusi pleura
5. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien
dengan masalah efusi pleura
BAB II
TINJAUN TEORI

2.1. Konsep Dasar Teori Efusi Pleura

2.1.1. Pengertian efusi pleura

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang


terletak antara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Huda, 2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara
atau cairan berkumpul di rongga pleura yang dapat mneyebabkan paru
kolaps sebagian atau seluruhnya (Smelzer & Bare, 2017).

2.1.2 Anatomi dan fisiologi paru-paru


Paru-paru terletak didalam rongga dada. Paru terbagi menjadi dua
bagian yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan dibagi oleh dua buah
visura kedalam tiga lobus yaitu lobus atas, tengah dan bawah. Paru kiri
dibagi oleh sebuah visura kedalam dua lobus atas dan bawah. Paru-paru
manusia dibungkus oleh selaput tipis yang bernama pleura. Pleura
terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis
yaitu selaput tipis yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura
parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada (Hedu
2016).

Paru-paru dan dinding dada mempunyai struktur yang elastis. Dalam


keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding
dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada
karena memiliki struktur yang elastis. Tekanan yang masuk pada ruangan
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer
(Guyton, 2007).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah
dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan
oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat
aktivitas dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap
dapat berjalan agar pasokan kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa
normal (Jayanti, 2013).

Menurut Guyton (2007) untuk melaksanakan fungsi tersebut,


pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu :

1. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya


udara antara alveoli dan atmosfer.
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
3. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah
dan cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.

2.1.3. Etiologi

Efusi pleura di sebabkan oleh :


1. Hambatan rearbsorpsi cairan dari rongga pleura, karena adanya
bendungan seperti pada dekompresi kordis, penyakit ginjal, tumor
medastinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindrima kava
superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberkolosis,
pneumonia, virus). Bronkiektasisi, abses amuba yang menembus ke
rongga pleura, karena tumor yang menyebabkan masuknya cairan
berdarah dan trauma. Di Indonesia 80 % diakibatkan oleh
tuberkolosis

2.1.4. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup
untuk membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan
ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini
diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil
lainnya (10-
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga posisi cairan
disini mencapai 1 L sehari.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini
terjadi bila keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi terganggu
misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan
osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Berdasarkan
kejadiannya efusi di bedakan menjadi transudat dan eksudat pleura.
Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena
disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena
tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh
keganasan atau infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya
akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung
banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah
sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzr & Bare,
2012. Hal. 199)

2.1.5. Manifestasi Klinik


1. Batuk.
2. Dispnea berfariasi.
3. Adanya keluhan nyeri dada.
4. Pada efusi pleura berat adanya penonjolan interkosta.
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada
bagian yang mengalami efusi pleura.
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.
7. Fremitus fokal dan raba berkurang. (Berta & Puspita 2017)

2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan radiologik (rontgen dada).
Pada foto toraks postero anterior posis tegak maka akan di jumpai
gambaran sudut kostofenikus yang tumpul baik dilihat dari depan
maupun dari samping. Dengan jumlah yang besar, cairan yang
mengalir bebas akan menampakkan gambaran mniscuss sign
dari foto toraks postero anterior (Roberts Jr et all, 2014).
2. Ultrasonorgafi dada.
USG toraks dapat mengintifikasi efusi yang terlokalisir,
membedakan cairan dari pelebaran pleura dan dapat
membedakan lesi paru antara yang padat dan yang cair (Roberts Jr
et all, 2014).
3. Torakosentesisi/ pungsi pleura.
Efusi pleura di katakan ganas jika pada pemeriksaan sitologi cairan
pleura di temukan sel-sel keganasan (Liu Y H et all, 2010).
4. Biopsi pleura.
Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika di lakukan didaerah
dengan tingkat kejadian tuberkolosis yang tinggi. Walaupun
torakoskopi dan biopsi jarum dengan tuntunan CT scan dapat di
laukan untuk hasil diagnostik yang lebih akurat. (Havelock T
etal, 2010).

2.1.7. Penatalaksanaan Medis (Wuryanto, 2016)


1. WSD (water seal drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispneau dan lina-lain, maka cairan efusi
sebanyak 1-2 liter
1,2 liter perlu di keluarkan sesegra mungkin untuk mencegah
terjadinya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
pengeluaran cairan berikutnya dilakukan 1 jam kemudian.
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik.
3. Pleurodesis untuk mencegah terjhadinya efusi pleura
setelah inspirasi.
4. Antibiotika jika terdapat emfisema.
5. Operatif.
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Efusi Pleura
2.2.1. Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi / identitas
a. Biodata pasien : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan,
Agama, Status, Alamat.
b. Biodata penanggung jawab : Nama, Umur, Jenis kelamin,
Pekerjaan, Agama, Status, Alamat.
c. Riwayat kesehatan : keadaan umum, TTV dan keluhan-keluhan
pasien.
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang menyebabkan pasien
datang kerumah sakit atau mencari pengobatan/ pertolongan.
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa
sesak nafas, nyeri dada akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan
terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dengan efusi pleura biasanya akan diawali dengan tanda-
tanda sesak nafas, batuk, nyeri dada, berat badan menurun dan tanda
lainnya. Perlu juga untuk di tanyakan sejak kapan keluhan tersebut
mulai timbul.

Apa tindakan yang telah di lakukan untuk menurunkan atau


mengatasi keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Tanyakan kepada pasien apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
TBC, pneumonia, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui apakah ada faktor predisposisi atau tidak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
ynag di sinyalir sebagai penyebab efusi pleura seperti Ca paru, asma, TB
paru dan lain-lain.
6. Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup
sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit yang
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, yang bisa
menimbulkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, konsumsi alkohol
dan penggunaan oabt-obatan.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, perlu juga ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan setelah masuk rumah sakit. Pasien dengan efusi
pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak
nafas dan nyeri dada.
c. Pola eliminasi
Dalam pola eliminasi perlu ditanyakan kebiasaan defekasi
sebelum dan sesudah masuk rumah sakit. Karena keadaan umum
pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur
abdomen menyebabkan penurunan peristaltik.
d. Pola aktivitas dan latihan
Karena adanya sesak nafas pasien akan mengalami keleahan pada
saat sesak nafas. Pasien juga akan mengurangi kativitasnya karena
nyeri dada.
e. Pola istrahat dan tidur
Pasien akan mengalami gangguan tidur karena sesak nafas dan nyeri.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa kurang nyaman
karena suasanan yang berbeda dengan suasana rumah.
f. Pola hubungan peran
Pasien akan mengalami perubahan peran saat sakit.
g. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kaji apakah kehidupan beragama klien berubah atau tidak saat
berada di rumah sakit.
2.2.2. Diagnosa Keperawatan (Herdman, NANDA Diagnosis 2017)
1. Ketidakfektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya sesak dan nyeri dada
2.2.3. Intervensi keperawatan ( Bulechek, NIC 2016)
Susunan rencana keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah di tetapkan,
yaitu :
1. Ketidakfektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
Tujuan : pasien akan mempertahankan pola nafas yang efektif
selama dalam perawatan.
Kriteria
Hasil :
1. Frekuensi pernapasan dalam batas normal.
2. Irama napas yang normal.
3. Kedalaman inspirasi.
4. Tidak adanya suara nafas tambahan.
5. Tidak ada retraksi dinding dada.
Intervensi :
Menajemen Jalan Napas :
1. Monitor tanda-tanda vital.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
3. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas tambahan.
4. Identifikasi kebutuhan aktual atau potensial pasien
untuk memasukkan alat bantu untuk membuka jalan napas.
5. Monitor respirasi dan status O2.
Oxygen Therapi :
1. Pertahankan jalan nafas yang paten.
2. Atur peralatan oxygenasi.
3. Monitor aliran oksygen.
4. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
5. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap terapi oksygen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makan.
Tujuan : pasien akan terbebas dari infeksi selama dalam
perawatan. Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3. Tidak ada tanda tanda
malnutrisi. Intervensi :
Monitor Satuts Nutrisi :
1. Monitor adanya penurunan berat badan.
2. Monitor lingkungan selama makan.
3. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
Manajem Nutrisi :
1. Kaji adanya alergi makanan.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang di butuhkan pasien.
3. Berikan makanan yang terpilih.
4. Berikan informasi mengenai kebutuhan nutrisi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan halangan lingkungan.
Tujuan : pasien akan terbebas dari rasa nyeri selama dalam
perawatan. Kriteria hasil :
1. Tidur selama 6-7 jam dalam sehari.
2. Pola dan kualitas tidur yang terukur.
3. Perasaan yang segar setelah bangun tidur.
4. Tempat tidur yang nyaman.
5. Suhu rungan yang nyaman
Intervensi :
Manajemen Lingkungan : Nyaman
1. Ciptakan lingkungan yang tenag dan mendukung.
2. Hindari gangguan yang tidak perlu dan sediakan waktu
untuk istrahat.
3. Sedikana lingkungan yang aman dan bersih.
4. Pertimbangkan keadaan yang mengakibatkan
ketidaknyamanan seperti posisi selang, seprei yang kusut dan
lingkungan yang bising.

2.2.4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan yang di alami
poasien. Untuk itu diharapkan agar tindakan yang di berikan sesuai
dengan prioritas masalah dan intervensi keperawatan.

2.2.5. Evaluasi (Morehead, NOC 2016)


Evaluasi ekeperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria
hasil yang di buat dalam intervensi keperawatan.
Dalam harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, menggambarkan
kesimpulan tantang tujuan yang di capai.
Evaluasi keperawatan dari asuhan keperawatan pasien dengan efusi
pleura adalah :
1. Keefektifan pola napas
2. Keseimbangan nutrisi
3. Kefektifan pola tidur
BAB III
TINJAUAN ASKEP

Tn. W berusia 69 tahun Pendidikan terakhir SD dan pekerjaan pasien


adalah pensiunan PNS masuk ke RS dengan keluhan sesak napas dan rasa sesak
bertambah saat berubah posisi. Pasien merasa sesak sejak 5 bulan yang lalu dan
semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dada bagian kiri dan batuk.
Pasien masuk melalui UGD pada tanggal 06 Desember 2020, Jam 08.30 WIB dan
pasien segera dilakukan pemasangan O2 3 l/menit dan infus NaCl 14 tetes/ menit .
Pasien di pindahkan ke ruangan Komodo pada tanggal 06 Desember 2020, Jam
16.00 WIB. Pasien mengatakan bawah ia menderita TBC 3 tahun yang lalu dan
diobati secara tuntas. Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan
obat-obatan, akan tetapi klien memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah 2
bungkus/ hari. Pasien tidak mengonsumsi alkohol dan pasien mengonsumsi kopi
sebanyak 2 gelas/ hari. Pasien mengatakan tidak ada anggota kelurga yang
menderita penyakit yang sama dengannya ataupun penyakit keturunan lainnya.
Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan menurun. Pasien mengatakan bahwa
saat ini ia belum dapat tidur dengan nyenyak karena terkadang sesak nafas dan
pasien juga mudah terbangun. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien
tampak sesak nafas, tekanan darah : 110/70 mmHg, pernapasan : 30 X/ menit,
nadi : 80 X/ menit, suhu tubuh : 37°C. Tinggi badan 160 Cm; berat badan sebelum
sakit 60 Kg, berat badan saat ini 54 kg. Pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri
di area dada kiri,nyeri seperti tertusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala
nyeri 5. Saat di inspeksi tampak ekspansi paru asimetris (pengembangan dada
kanan lebih lambat dari pada dada kiri), tampak pengguanaan otot bantu
pernapasan, vokal fremitus pada paru kanan dan kiri tidak sama paru kanan
mengalami penurunan, terdapatnyeri tekan pada bagian kanan, perkusi pada paru
kanan terdengar redup dan lapang dada kiri sonor. Hasil auskultasi ada suara
tambahan suara kering pada akhir inspirasi pada paru kanan pada akhir inspirasi,
pada paru bagian kiri terdengar vesikuler. Pada pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik yang di lakukan hasil yang di dapat adalah HB : 9,8 g/dl; eritrosit :
4.5310 ^6/uL; hematokrit : 33,7 %; leukosit : 20,640 gr/dl;trombosit :
68710^3/uL; pasien juga melakukan pemeriksaan cairan pleura dengan hasil PH :
8,0 warna hitam, kejernihan keruh, bekuan negative, jumlah sel 472, PMN 85 MN
15. Hasil Rontgen Apex bersih,corakan pulmo kasar,penebalan sinus Cp kanan.
Kesan:gambaran pleura reaksi cp kanan efusi pleura kanan. Pasien terpasang O2
nasal canul 3 liter/menit , ranitidin 3X1 ampul (IV), ketorolac 3 X 1 ampul (IV)
dan IVFD aminofluid 14 TPM.
PENGKAJIAN
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
STIKES MUHAMMADIYAH PALEMBANG

I. Identitas Klien

Inisial Klien : Tn.W No RM : 123456


Usia : 69 Tahun Tgl. Masuk : 06 Desember 2020
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tgl. Pengkajian : 06 Desember 2020
Alamat : Jl.Silaberanti Sumber informasi : Keluarga
No telepon : 08578817xxxx Keluarga terdekat : Sari
Status : Nikah Alamat & No telp : Jl.Silaberanti, 085788
Agama : Islam Diagnosa Medis : Efusi Pleura
Suku : Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Lama bekerja : -

II. Riwayat Kesehatan


A. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan utama : Tn.F mengeluh keluhan sesak napas dan rasa sesak bertambah saat berubah posisi.

2. Faktor Predisposisi : Klien tidak dapat tidur dengan nyenyak karena terkadang sesak nafas dan pasien juga m
3. Faktor Presipitasi : Klien memiliki kebiasaan merokok dengan jumlah 2 bungkus/ hari. Pasien dan pasien

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini (PQRST)

Data Subjektif :  P : Klien mengeluh sesak dan nyeri dada bagian kiri dan batuk.
 Q : Nyeri seperti ditekan
 R : Nyeri pada bagian dada
 S : skala nyeri 5
 T : Nyeri timbul ketika bergerak

:  Pemeriksaan fisik, pasien tampak sesak nafas, tekanan darah : 110/70 mmHg, pe
Data Objektif
30 X/ menit, nadi : 80 X/ menit, suhu tubuh : 37°C

Masalah keperawatan: Nyeri Akut

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yang pernah dialami:

a. Kecelakaan : Tidak pernah


b. Operasi (jenis dan waktu : Tidak Pernah

c. Penyakit (kronis dan akut) : TBC

d. Terakhir masuk RS : 3 Tahun yang lalu

2. Alergi (obat, makanan, plester, dsb)

Tidak ada alergi

3. Kebisasaan

Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya


a. Merokok : - 2 bungkus 1 Hari
b. Kopi : 2 Gelas - 1 Hari
c. Alkohol : - - -
4. Obat-obatan yang digunakan

Jenis Lamanya Dosis


Diuretik Tiazid 2 Hari 2,5 Mg
- - -

D. Riwayat Keluarga

Pada Keluarga Tidak Ada Yang Menderita Penyakit Hipertensi, Jantung atau DM

Genogram

Jelaskan :
 Klien merupakan seorang suami dan seorang ayah

 Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit


yang sama dengan klien maupun penyakit menurun seperti Diabitus
Militus, Hipertensi serta penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dan
HIV

: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
x
E. Catatan Penanganan Kasus (Dimulai saat pasien di rawat di ruang rawat sampai

pengambilan kasus kelolaan)

Pada tanggal 06 Desember 2020 Jam 08.30 WIB klien dengan inisial Tn “W” datang
kerumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Pasien merasa sesak sejak 5 bulan yang lalu
dan semakin memberat sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dada bagian kiri dan batuk. pasien
segera dilakukan pemasangan O2 3 l/menit dan infus NaCl 14 tetes/ menit.

III. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)

1. Peningkatan Kesehatan

Data Subjektif : Klien Datang Ke Rumah Sakit Dengan Keluhan Sesak Napas

Disertai Kesadaran Menurun


Data Objektif :
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

2. Nutrisi

Data Subjektif : Pasien mengatakan selama sakit nafsu makan menurun.

Data Objektif : Berat badan sebelum sakit 60 Kg, berat badan saat ini 54 kg.
Masalah keperawatan:

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Eliminasi

Data Subjektif : klien mengatakan BAK klien bisa 300cc/hari, BAB 1x/hari
-
Data Objektif :
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

4. Aktivitas/Istirahat

Data Subjektif : Klien mengeluh sesak napas dan rasa sesak bertambah saat berubah posisi

Hasil auskultasi ada suara tambahan suara kering pada akhir inspirasi pada paru kanan
pada akhir inspirasi, pada paru bagian kiri terdengar vesikuler
Data Objektif :
Masalah keperawatan:

1) Ketidakefektifan pola napas

5. Persepsi/Kognitif

Data Subjektif : -
Data Objektif : Tampak klien dapat berbicara
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

6. Persepsi Diri

Data Subjektif : -

Data Objektif : Tampak menerima keadaan yang dialaminya


Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

7. Peran Hubungan

Data Subjektif : klien adalah seorang suami dan seorang ayah dari ketiga anaknya
-
Data Objektif :
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

8. Seksualitas

Data Subjektif : Klien mengatakan klien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak
-
Data Objektif :
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

9. Toleransi/Koping Stress

Data Subjektif : -

Data Objektif : Klien tampak pasrah


Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

10. Prinsip Hidup

Data Subjektif : Klien mengatakan bahwa jika dirinya ingin cepat sembuh
Klien beragama islam
Data Objektif :
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

11. Keselamatan/Perlindungan
Data Subjektif : Klien merasa bahwa dirinya seperti terlindungi karena berada di dekat
tenaga kesehatan
-
Data Objektif :
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

12. Kenyamanan

Data Subjektif : Pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri di area dada kiri,nyeri seperti tertusuk-
tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 5.

Saat di inspeksi tampak ekspansi paru asimetris (pengembangan dada kanan lebih
Data Objektif : lambat dari pada dada kiri), tampak pengguanaan otot bantu pernapasan, vokal
fremitus pada paru kanan dan kiri tidak sama paru kanan mengalami penurunan,
terdapatnyeri tekan pada bagian kanan
Masalah keperawatan:
Nyeri Akut

IV. Pengkajian Review of System dan Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Respirasi
a. Data Subjektif
Klien mengeluh sesak napas dan rasa sesak bertambah saat berubah posisi.

Klien mengeluh sesak sejak 5 bulan yang lalu dan semakin memberat sejak 1 minggu

yang lalu, nyeri dada bagian kiri dan batuk.

b. Data Objektif

Inspeksi : Pasien tampak sesak nafas, pernapasan : 30 X/ menit.

Palpasi : Nyeri tekan pada bagian kanan paru

Perkusi : Redup dan sonor

Auskultasi : Suara kering


Masalah keperawatan:

Ketidakefektifan Pola Napas

2. Sistem Kardiovaskuler

a. Data Subjektif

b. Data Objektif

Inspeksi : Batuk dan sesak napas

Palpasi : nyeri dada


Perkusi : redup

Auskultasi : suara kering


Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

3. Sistem Persarafan

a. Data Subjektif

Klien mengatakan kepalanya tidak pusing

Data Objektif

XII Syaraf Cranial : Normal

Refleks Fisiologis : Normal

Refleks Patologis : Normal


Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

4. Sistem Perkemihan

a. Data Subjektif

Klien mengatakan ketika BAK tidak terasa nyeri

Data Objektif

Inspeksi : Urin berwarna kuning jernih

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

Perkusi : Tidak ada kelainan

Auskultasi : Bising usus normal dan tidak ada kelainan


Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


5. Sistem Pencernaan

a. Data Subjektif

Klien mengatakan selama sakit nafsu makan berkurang atau menurun

b. Data Objektif

Inspeksi : Distensi abdomen (+)

Palpasi : Terdapat nyeri tekan


Perkusi : Sonor

Auskultasi : Bising usus -13 x/m


Masalah keperawatan:

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

6. Sistem Muskuloskeletal
a. Data Subjektif
Klien mengatakan sering sesak napas dan sesak napas bertambah ketika berubah
posisi

b. Data Objektif

Inspeksi : tampak ekspansi paru

Palpasi : Nyeri tekan

Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


7. Sistem Integumen

a. Data Subjektif

Klien mengatakan kulitnya sehat


b. Data Objektif

Inspeksi : Turgor kulit baik, kulit berwarna kuning langsat

Palpasi : Ekstremitas
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

8. Sistem Endokrin

a. Data Subjektif

Klien mengatakan tidak ada riwayat operasi


b. Data Objektif

Inspeksi : Tidak terlihat luka

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar

Getah bening
Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan


9. Sistem Penginderaan

a. Penglihatan

1) Data Subjektif

Penglihatan kabur atau penglihatan menurun

2) Data Objektif

Inspeksi : Penglihatan kabur atau penglihatan menurun

Palpasi : Nyeri tekan

Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

b. Pendengaran

1) Data Subjektif

Klien mengatakan ketika klien dipanggil mampu membalas panggilannya

2) Data Objektif

Inspeksi : Tidak ada kelainan

Palpasi : Tidak ada kelainan


Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

c. Penghidu

1) Data Subjektif

Klien mengatakan terkadang bisa mencium bau terdakadang juga mengalami


penurunan ketajaman penciuman
2) Data Objektif

Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang hidung bersih

Palpasi : Tidak ada kelainan


Masalah keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

c. Pengkajian Psikososial
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Klien ingin cepat sembuh dan ingin beraktivitas seperti biasanya
Masalah keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
b. Reaksi saat interaksi

 Kooperatif………… Tidak kooperatif………….

Jelaskan : Tidak ada

Masalah keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan

c. Status emosional

 Tenang…….. Cemas……. Marah…….

Menarik Diri…… Tidak sabar…… lainnya:…………..

Jelaskan : Tidak ada

Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

V. Pemeriksan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekg dll).

Tanggal Pemeriksaan: 06 Desember 2020

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 9,8 g/dl

Hematokrit : 33,7%

Leukosit : 20,640 gr/dl

Trombosit : 687103/ul

VI. Terapi

No Nama Obat Dosis Golongan Rute Indikasi Kontraindikasi


1 Thoracentesis <1500ml Meredakan gejala
simptomatis
2 Tube
Thoracostomy

Meringankan gejala
3 Pleurodesis klinis
ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


o
1 DS : pasien mengatakan Penghambat drainnase Ketidakefektifan Pola
sesak nafas limfatik nafas
DO :
- pernapasan : 30 x/menit
- pengguanaan otot bantu Tekanan kapiler paru
pernapasan meningkat
- Pasien terpasang O2 nasal
canul 3 liter/menit
Tekanan hidrostatastik

Transudasi

Efusi pleura

Penumpukan dalam
ronga pleura

Efusi pleura menurun

Sesak nafas

Pola nafas tidak


efektif
2 DS : Pasien mengatakan Penghambat drainnase Nyeri Akut
bahwa ia merasa nyeri di area limfatik
dada kiri, nyeri seperti
ditusuk-tusuk dirasakan
hilang timbul dan skala nyeri Tekanan kapiler paru
5 meningkat

DO :
Tekanan hidrostatastik
P : nyeri yang dirasakan
pasien di area dada sebelah
kiri Transudasi

Q : nyeri yang dirasakan


pasien seperti di tusuk-tusuk Efusi pleura
R : nyeri yang di rasakan
pasien hanya di area dada Penumpukan dalam
ronga pleura
S : skala nyeri pasien 5

T : kadang- kadang Ekspansi pleura


menurun

Sesak nafas

Nyeri dada

3 DS : Pasien mengatakan Infeksi Ketidakseimbangan


selama sakit nafsu makan nutrisi kurang dari
menurun kebutuhan tubuh
Peradangan
DO : BB pasien sebelum sakit permukaan pleura
60 kg BB pasien saat ini 54
kg
Permiabilitas vaskuler

Efusi pleura

Penumpukan cairan
dalam rongga pleura

Ekspansi pleura
menurun

Sesak nafas

Nyeri dada

Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Prioritas Masalah :
1. Ketidak efektifan Pola nafas
2. Nyeri Akut
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakefektifan Pola nafas b/d hiperventilasi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan gangguan pernafasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd kurang asupan
makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL


1 Ketidakefektifan pola nafas Lebel : Status penafasan Lebel : monitor pernafasan 1. Memantau kecepatan
b/d hiperventilasi Setelah dilakuakn keperawatan 2x24 irama kedalaman dan
jam diharapkan pola nafas pasien 1. Monitor kecepatan irama kesulitan bernafas untuk
DS : pasien mengatakan teratasi dengan criteria indikasi kedalaman dan kesulitan mengetahui status
sesak nafas bernafas pernafasan pasien
DO : Indikator A T 2. Monitor suara tambahan 2. Memantau adakah suara
- pernapasan : 30 x/menit Frekuensi pernafasan 2 4 seperti ngorok atau mengi tambahan seperti ngorok
- pengguanaan otot bantu Irama pernafasan 2 4 3. Monitor saturasi oksigen pada atau mengi
pernapasan Kepatenan jalan nafas 2 4 pasien yang tersedasi , seperti 3. Memantau saturasi
- Pasien terpasang O2 Saturasi oksigen 2 4 SaO2, SvO2,SpO2, sesuai oksigen pada pasien
nasal canul 3 liter/menit protocol yang ada yang tersedasi , seperti
Keterangan: 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi SaO2, SvO2,SpO2,
1. Deviasi berat dari kisaran normal paru sesuai protocol yang ada
2. Deviasi cukup berat dari kisaran 5. Monitor suara krepitasi pada 4. Meraba kesimetrisan
normal pasien ekspansi
3. Deviasi sedang dari kisaran 6. Monitor hasil fototorak 5. Memantau krepitasi pada
normal 7. Berikan bantuan terapi nafas pasien
4. Deviasi ringan dari kisaran jika diperlukan misalnya 6. Melihat hasil fototorak
normal nebulizer 7. Memberikan terapi nafas
5. Tidak ada deviasi dari kisaran untuk memenuhi
normal kebutuhan status
pernafasan pasien

2 Nyeri akut berhubungan Lebel : Kontrol nyeri Label : Pemberian analgesik 1. Menentukan lokasi,
dengan gangguan Setelah dilakuakn keperawatan 2x24 karakteristik, kualitas dan
pernafasan jam diharapkan nyeri pada pasien 1. Tentukan lokasi, karakteristik, keparahan nyeri terlebih
berkurang dengan kriteria indikasi kualitas dan keparahan nyeri dahulu yang dialami sama
DS : Pasien mengatakan sebelum mengobati pasien pasien
bahwa ia merasa nyeri di Indikator A T
area dada kiri, nyeri seperti Mengenali kapan nyeri 2 4 2. Cek adanya riwayat alergi obat 2. Supaya tidak terjadi
ditusuk-tusuk dirasakan terjadi kesalahan dalam
3. Tentukan pilihan obat analgesik pemberian obat
hilang timbul dan skala Menggambarkan faktor 2 4 (narkotik, non narkotik, atau
nyeri 5 penyebab NSAID), berdasarkan tipe dan 3. Mengetahui obat
Menggunakan tindakan 2 4 keparahan nyeri analgesik yang mana akan
DO : pencegahan diberikan sesuai dengan
Melaporkan nyeri yang 2 4 4. Tentukan analgesik nyeri yang dialami pasien
P : nyeri yang dirasakan terkontrol sebelumnya, rute pemberian,
pasien di area dada sebelah Keterangan: dan dosis untuk mencapai hasil 4. Supaya pemberian
kiri 1. Tidak pernah pengurangan nyeri yang analgesik tepat
menunjukan optimal pemberiannya
Q : nyeri yang dirasakan 2. Jarang menunjukkan berdasarkan rute
pasien seperti di tusuk-tusuk 3. Kadang-kadang 5. Kolaborasikan dengan dokter pemberian dan dosis yang
menunjukkan untuk pemberian analgesik menginginkan
R : nyeri yang di rasakan 4. Sering menunjukkan sesuai indikasi kesembuhan pada nyeri
pasien hanya di area dada 5. Secara konsisten yang terjadi
Ajarkan tentang penggunaan
menunjukkan
S : skala nyeri pasien 5 analgesik, strategi untuk 5. Obat ini dapat digunakan
untuk meningkatkan
T : kadang- kadang menurunkan, efek samping dan kenyamanan/istirahat
harapan terkait dengan umum
keterlihatan dalam keputusan 6. Agar pasien tau cara
penggunaan, strategi
pengurangan nyeri untuk menurunkan, efek
samping dan harapan dari
setelah menggunakan
analgesik

3 Ketidakseimbangan nutrisi Label: asupan nutrisi Label: manajemen nutrisi 1. Menentukan status gizi
kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tindakan
klien agar kebutuhan
tubuh berhubungan dengan keperawatan 2x24jam diharapkan 1. Tentukan status gizi dan
kurang asupan makanan status nutrisi pasien terpenuhi status gizi klien terpenuhi
kemampuan pasien untuk
dengan criteria hasil
dengan baik
DS : Pasien mengatakan memenuhi kebutuhan gizi
selama sakit nafsu makan Indikator A T 2. Tentukan komposisi
2. Tentukan apa yang menjadi
menurun Asupan gizi 2 4 makanan bagi pasien
Asupan makanan 2 4 prefelensi makanan bagi pasien
Asupan cairan 2 4 3. Menentukan jumlah kalori
3. Tentukan jumlah kalori dan
DO : BB pasien sebelum Rasio berat badan/tinggi 2 4 dan jumlah nutrisi yang
sakit 60 kg BB pasien saat badan jenis nutrisi yang dibutuhkan
ini 54 kg Keterangan: pasien butuhkan untuk
untuk memenuhi kebutuhan
1. Sangat menyimpang dari memenuhi kebutuhan gizi
rentang normal bagi pasien
2. Banyak menyimpang dari pasien
4. Tawarkan makanan ringan yang
rentang normal 4. Menawarkan makanan
3. Cukup menyimpang dari padat gizi
rentang normal ringan kepada pasien
5. Monitor kecenderungan
4. Sedikit menyimpang dari namun akan padat gizi
rentang normal terjadinya penurunan berat
5. Tidak menyimpang dari 5. Memantau terjadinya
badan dan kenaikan berat badan
rentang normal penurunan dan kenaikan
Anjurkan klien untuk berat badan
memantau kalori dan intake
6. Sarankan klien untuk
makanan (misalnya buku
harian makanan) memantau kalori dan
intake makanan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA HARI,TGL IMPLEMETASI HARI,TGL EVALUASI


O DAN JAM DAN JAM
1 Ketidakefektifan sabtu 19 1. Monitor kecepatan irama sabtu 19 S: Pasien mengataan pernafasan pasien
pola nafas b.d desember kedalaman dan kesulitan bernafas desember 2020 sedikit berkurang
hiperventilasi 2020 2. Monitor suara tambahan seperti jam 15.00
jam 11.00 ngorok atau mengi O : nafas 25x/memit
3. Monitor saturasi oksigen pada Klien masih terpasang terpasang O2 nasal
pasien yang tersedasi , seperti canul
SaO2, SvO2,SpO2, sesuai
protocol yang ada A : masalah sebagian teratasi
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru P : masalah sebagian teratasi
5. Monitor suara krepitasi pada
pasien
6. Monitor hasil fototorak
7. Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan misalnya nebulizer

2 Nyeri akut sabtu 19 1. Tentukan lokasi, karakteristik, sabtu 19 S : Pasien mengatakan nyeri yang terjadi
berhubungan dengan desember kualitas dan keparahan nyeri desember 2020 sudah berkurang
gangguan pernafasan 2020 sebelum mengobati pasien jam
jam O:
2. Cek adanya riwayat alergi obat P : nyeri yang dirasakan pasien di area
dada sebelah kiri sudah berkurang
3. Tentukan pilihan obat analgesik
Q : nyeri yang dirasakan pasien seperti di
(narkotik, non narkotik, atau
tusuk-tusuk
NSAID), berdasarkan tipe dan
R : nyeri yang di rasakan pasien hanya di
keparahan nyeri
area dada
4. Tentukan analgesik sebelumnya, S : skala nyeri pasien 3
rute pemberian, dan dosis untuk T : kadang- kadang
mencapai hasil pengurangan
nyeri yang optimal A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
5. Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian analgesik
sesuai indikasi
6. Ajarkan tentang penggunaan
analgesik, strategi untuk
menurunkan, efek samping dan
harapan terkait dengan
keterlihatan dalam keputusan
pengurangan nyeri

3 Ketidakseimbangan sabtu 19 1. Tentukan status gizi dan sabtu 19 S : keluarga klien mengatakan nafsu
nutrisi kurang dari desember desember 2020 makan klien sudah meningkat
kemampuan pasien untuk
kebutuhan tubuh b.d 2020 jam 15.00
jam 11.00 memenuhi kebutuhan gizi O : BB klien sedikit meningkat
kurang asupan
menjadi 55
makanan 2. Tentukan apa yang menjadi
TD : 110/70 mmHg
prefelensi makanan bagi pasien
N : 80x/menit
3. Tentukan jumlah kalori dan jenis
RR: 25x/menit
nutrisi yang dibutuhkan untuk Suhu : 37 C
memenuhi kebutuhan bagi pasien
A : sebagian masalah teratasi
4. Tawarkan makanan ringan yang
P : lanjutkan intervensi
padat gizi
5. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan berat badan
dan kenaikan berat badan
6. Anjurkan klien untuk memantau
kalori dan intake makanan
(misalnya buku harian makanan
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan
yang merupakan dasar dari kegiatan selanjutnya, yang di laksanakan
dengan menggunakan pendekatan sistematis dalam mengumpulkan
data dan menganalisisnya sehingga dapat di ketahui kebutuhan klien
sesuai dengan masalah yang ada (Nursalam, 2016). Data dasar pasien
adalah kumpulan data yang di kaji tentang pasien. Data dasar terdiri dari
riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik.
Data subyektif adalah apa yang di laporkan oleh pasien atau keluarga
pasien. Data obyektif adalah data yang diobservasi oleh perawat pada
saat pengkajian, contohnya : tanda-tanda vital, tingkah laku dan
pemeriksaan diagnostik (Notoadmodjo, 2013).
Dalam pengkajian Tn.W penulis menggunakan metode wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik. Metode wawancara adalah sebuah dialog
yang di lakukan anatara pewawancara dan narasumber. Dalam metode
ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti selama
melakukan wawancara, Tn.W dan keluarganya dapat menjawab
pertanyaan dengan baik. Metode lain yang di gunakan dalam
mengumpulkan data adalah observasi. Metode observasi adalah suatu
metode yang di lakukan dengan mengamati reaksi pasien baik verbal
maupun nonverbal terhadap penyakitnya. Pada metode observasi, melalui
hasil pengamatan yang telah di lakukan pada pengkajian, penulis
menemukan pada kasus Tn. W adanya retraksi dinding dada dan
penggunaan otot bantu pernafasan. Selain observasi ada juga metode
pemeriksaan fisik yang di lakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
Pada saat pengkajian data pengkajian yang didapatkan sudah sesuai
dengan teori yang ada, beberapa tanda dan gejala yang di temukan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Hasil pengkajian ditemukan bahwa keluhan
utama pasien adalah sesak nafas. Pada kondisi ini terjadi obtruksi saluran
nafas pada efusi pleura yang merupakan kombinasi spasme otot bronkus.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang di akibatkan karena
terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi di kapiler
dan pleura viseralis. Hal ini menyebabkan udara distal tidak dapat
diekspirasi, selanjutnya akan terjadi peningkatan volume residu
fungsional dan pasien akan bernafas pada volume yang tinggi yang
mendekati kapasitas paru total. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar
saluran penafasan tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar
(Suyono, 2013).

4.2 Diagnosa keperawatan


Kegiatan yang di lakukan pada diagnosa keperawatan ini
adalah memvalidasi data, mengoreksi data dan
mengelompokkan data, mengidentifikasi data dari kelompok data dan
merumuskan diagnosa. Secara teori diagnosa yang umumnya muncul
pada pasien dengan efusi pleura adalah ketidakefektifan pola nafas,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan nyeri akut.
Pada kasus efusi pleura yang dialami oleh Tn. penulis
mengambil diagnose keperawatan ketidakefektifan pola nafas, nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh dan nyeri akut berdasarkan hasil
pengkajian yang di dapatkan.

4.3 Intervensi keperawatan


Intervensi keperawatan adalah perencanaan asuhan keperawatan
untuk pasien sesuai dengan diagnosa yang di tegakkan sehingga
kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi (Wilkinson, 2012).
Secara teori intervensi untuk diagnosa keperawatan ketidakfektifan
pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi dengan label NIC :
manajemen jalan nafas tedapat 21 intervensi dan yang di gunakan hanya
5 intevensi dan lebel NIC : oxygen terapi terdapat 24 intervensi dan
yang digunakan hanya 5 intervensi yang disesuaikan dengan
keadaan dan respon klien saatdi kaji. Berikut adalah intervensi yang di
gunakan oleh penulis untul label NIC : manajemen jalan nafas : Monitor
tanda-tanda vital, Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya
suara nafas tambahan, Identifikasi kebutuhan aktual atau potensial pasien
untuk memasukkan alat bantu untuk membuka jalan napas dan monitor
respirasi dan status O2 dan penulis juga menggunakan intervensi
dneg label NIC : Oxygen Therapi dengan intervensi : Pertahankan jalan
nafas yang paten, Atur peralatan oxygenasi, Monitor aliran oksygen,
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi dan Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap terapi oksygen. Analisis data dengan
menggunakan Wilcoxon Test menunjukan nilai p ≤ 0,05 sehingga Ha
diterima. Sehingga ada Pengaruh Chest Therapy Terhadap Derajat Sesak
Nafas pada penderita efusi pleura pasca pemasangan WSD Di RS Paru
Provinsi Jawa Barat. Semoga penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada masyarakat terutama pada penderita Efusi Pleura.
Pengambilan data sesak nafas dilakukan dengan menggunakan
Skala Borg pengukuran awal (pre test) dilakukan sebelum diberikan
terapi pegukuran akhir (post test) dilakukan sesudah diberikan terapi.
Sesak nafas yang diukur yaitu sesak nafas saat diam,dan saat bergerak.
Sebelum melakukan pengisian pengukuran, subjek diberikan penjelasan
tentang cara pengukuran dan di beri instruksi untuk melingkari angka
yang tertera pada Skala Borg tersebut sesuai dengan sesak nafas yang
dirasakan. Sistem penilaian Skala Borge di hitung sesuai pada angka yang
sudah di lingkari oleh subjek. Subjek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini 10 subjek, sehingga dapat diasumsikan bahwa data
berdistribusi tidak normal maka dilakukan uji non parametric. . Uji beda
pre dan post pada kelompok digunakan untuk mengetahui hasil pada saat
sebelum dan sesudah perlakuan, kelompok pre dan post merupakan
kelompok dua pasangan, analisa data yang digunakan Willcoxon test.
Berdasarkan analisa data yang menggunakan uji univariant nilai
derajat sesak nafas terlihat perbedaan nilai mean pre test dan post test
derajat sesak nafas, nilai mean paling besar yaitu 4,60, sedangkan nilai
mean yang lebih kecil yaitu 0,15. Berdasarkan hasil analisis dari uji
Wilxocon Signed Rank Test diatas menunjukkan nilai p = 0,005 atau nilai
p< 0,05 sehingga Ha diterima yang berarti ada pengaruh chest therapy
terhadap derajat sesak nafas pada efusi pleura pasca 9 pemasangan WSD.
Dosis dalam penelitian ini dilakukan seminggu 3 kali selama 2 minggu
dengan metode pursed lips bhreathing, dan mobilisasi sangkar torak.
Dengan dosis latihan 5-8 kali pengulangan di setiap teknik yang di
gunakan. Dari beberapa teori dijelaskan bahwa chest therapy mampu
mengurangi sesak nafas, dan pernapasan menjadi terkontrol, selain itu
kemampuan pernapasan penderita lebih optimal karena dapat
memobilisasi sputum sehingga pernapasan lebih efektif kinerja
kardiorespirasi meningkat sehingga penderita lebih percaya diri (Ikalius
et al., 2007), dengan chest therapy juga mampu meningkatkan fungsi
pernapasan serta mencegah collapse pada paru-paru (Clarice et al., 2009).

4.4 Implementasi
Dalam tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Pada tahap
pelaksanaan tindakan keperawatan yang merupakan tindakan yang
nyata terhadap klien dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari keseluruhan rencana tindakan dapat diaplikasikan kedalam
tindakan keperawatan yang nyata. Semua tindakan dari setiap diagnosa
dilakukan sesuai dengan rencana disusun berdasarkan perencanaan.
Secara teoritis tindakan keperawatan dipilih untuk membantu
klien dalam mencapai hasil klien yang diharapkan dan tujuan
pemulangan. Harapannya adalah bahwa perilaku yang diprekripsikan
akan membantu klien dan keluarga dalam cara dapat diprediksi, yang
berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi dan tujuan yang telah
dipilih.

F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setiap selasai melakukan tindakan
dan dilakukan evaluasi. Evaluasi yang kami lakukan sesuai dengan
teoritis yakni berdasakan analisis SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis
dan Planning). Yang di buat satu hari karena keterbatasan waktu,
ketika kami memberikan intervesi maka langsung dilakukan evaluasi.
Yang kemudian dihentikan dan di lanjutkan oleh perawat di panti,
intervensi yang dilakukan teratasi sebagian dan dilanjutkan dengan
kontrol ulang dan terapi obat.
Berdasarkan intervensi dan implementasi yang sudah di
laksanakan penulis membuatnya dengan analisi SOAP sesuai dengan
yang ada pada teori. SOAP ini di buat berdasarkan data subjektif dan
data ojektif yang muncul pada 3 diagnosa keperawatan yang di
angkat dengan melihat beberapa indikator sesuai dengan NOC.
Setelah itu penulis memberikan perencanaan dalam waktu 1 hari
penulis menghentikan intervensi karena masalah sudah teratasi
sebagian dan di berikan discharge planning sesuai dengan masalah yang
ada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak antara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap
penyakit lain (Huda, 2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau
cairan berkumpul di rongga pleura yang dapat mneyebabkan paru kolaps
sebagian atau seluruhnya (Smelzer & Bare, 2017). Setelah penulis
mempelajari teori dan memberikan asuhan pada Tn. W disimpulkan
bahwa:
1) Hasil Pengkajian data pada Tn. W berusia 69 tahun Pendidikan terakhir
SD dan pekerjaan pasien adalah pensiunan PNS masuk ke RS dengan
keluhan sesak napas dan rasa sesak bertambah saat berubah posisi.
Pasien merasa sesak sejak 5 bulan yang lalu dan semakin memberat
sejak 1 minggu yang lalu, nyeri dada bagian kiri dan batuk. Pasien
mengatakan bawah ia menderita TBC 3 tahun yang lalu dan diobati
secara tuntas. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien tampak
sesak nafas, tekanan darah : 110/70 mmHg, pernapasan : 30 X/ menit,
nadi : 80 X/ menit, suhu tubuh : 37°C. Tinggi badan 160 Cm; berat
badan sebelum sakit 60 Kg, berat badan saat ini 54 kg. Pasien
mengatakan bahwa ia merasa nyeri di area dada kiri,nyeri seperti
tertusuk-tusuk, dirasakan hilang timbul dan skala nyeri 5.
2) Dari hasil analisis yang diilakukan oleh perawat didapatkan
a) Ketidakfektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi.
b) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pernafasan
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makan.

2. Saran
Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus yang telah didapat,
adapun beberapa saran yang ingin disampaikan yaitu diharapkan
mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
dengan baik serta mampu berpikir kritis dalam pemberian asuhan
keperawatan bagi pasien dengan penyakit efusi pleura dan mengetahui
tugas mandiri dan kolaborasi yang dapat dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek. M. G., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC), edisi 6.


Penerbit: ELSEVIER
Fatmawati, Mohamad. 2012. Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Demam Pada Pasien Thypoid Abdominalis Di Ruang G1 Lt.2 RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Hapsari, Alfi Meilinda. 2019. Gambaran Implementasi Keperawatan Dengan
Masalah Keperawatan Utama Pada Ana Diare Di RS Perkebunan Wilayah
Karesidenan Besuki, Jember:DRUJ.
Herdinan. T. H dan Kamitsuru. S. 2015. Nanda Diagnosis Keperawtan Definisi &
Klasifikasi, edisi 10. Penerbit: EGC
Imelda, F.E.Manurung, 2020 Peningkatan Pengetahuan dan Praktek Cuci Tangan
Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Diare Pada Anak Sekolah Dasar
Marsudirini Kefamenanu, warta pengabdian, Jember
Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid 1. Jogjakarta
Mardalena, I. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernan.Yogyakarta: Pustaka Bru Press.
Muttaqin, A dan Sari, K, 2011, Gangguan Gastrointestinal, Salemba Medika,
Jakarta
Nurul Utami & Nabila Luthfiana. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Diare Pada Anak. Jurnal MAJORITY volume 5 no. 4 oktober 2016
Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II. Jakata:
Interna publishing.
Tanto,chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essensial of medicine. Edisi IV
jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.
Wibowo Doni, Hardiyanti, Subhan. (2019). Hubungan Dehidrasi Dengan
Komplikasi Kejang Pada Pasien Diare Usia 0-5 tahun di RSD Idaman
Banjar baru. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol 10 No.1, Juli 2019,
SSN:2086-3454, EISSN:2549-4058.).
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah :
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai