Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTOR

KEPERAWATAN MATERNITAS
“Bangsal Persalinan”

Disusun Oleh:
1. Dwi Putra Setiawan 22221040
2. Ega Alda Pratama 22221041
3. Eka Kurnia Sari 22221042
4. Eka Neviana 22221043
5. Ella Rusnida 22221044
6. Elmira Putri Rama Sari 22221045
7. Endang Kartasari 22221046
8. Enjel Fanecha Difa 22221047
9. Ersunni Anti 22221048
10. Es Jumiati 22221049

Dosen Pembimbing : Yuniza, S.Kep, Ns., M.Kep

PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021/2022

KASUS

Ny.D usia 23 Th dengan kehamilan cukup bulan datang ke ruang VK 2 pada


tanggal 6 Oktober 2021 pukul 20.10 WIB dengan keluhan nyeri perut seperti mau
melahirkan. Pasien mengatakan bahwa ini merupakan kehamilan keduanya.Pasien
tampak cemas dan mengatakan takut dengan kehamilannya yang sekarang karena
pernah keguguran pada kehamilan pertamanya G2P0A1.HPHT 01 Desember
2020.Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan hasil kesadaran
compos mentis.Pasien tampak selalu ingin mengeran dan meringis kesakitan. TD:
130/80 mmHg, N: 82X/menit, T: 360C, TFU: 3 Jbpx, DJJ: 135x/menit, ketuban
pecah (+), dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan servik 3 cm, gerakan janin
(+), terdapat His: 3x/10menit dengan durasi 20-30 detik dan terpasang IVFD RL x
2 induks, injeksicefzolin 2 gr.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan:
Hb: 10,6 g/dL
Eritrosit: 3,64 juta/uL
Leukosit: 14,3 ribu/uL
Trombosit: 278 ribu/mm3
Hematokrit:33%

Step 1 : Klasifikasi Istilah


1. Es Jumiati : Injeksi Cefzolin?
2. Dwi Putra Setiawan : IVFD RL X 2 Indukdi?
3. Eka Kurnia Sari : Hematokrit?
4. Ersunni Anti : His?
5. Elmira Putri R.S: Leukosit?
6. Enjel Fanecha Difa: Eritrosit?
7. Endang Kartasari: 3 Jbpx?
8. Ega Alda Pratama: Hb?
9. EllaRusnida: Trombosit?

Menjawab Klasifikasi Istilah


1. Endang Kartasari: Obat antibiotik untuk mengurangi infeksi bakteri
2. Ega Alda Pratama: Serangkaian pemberian cairan melalui intravena
3. Ersunni Anti : Sel darah merah dalam darah
4. Dwi Putra Setiawan: Kontraksi rahim
5. Es Jumiati : Sel darah putih yang diproduksi di sum-sum tulang belakang
6. Eka Kurniasari : Sel darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen
7. Ella Rusnida : 3 jari dibawah prosesus xipoideus, atau 3 jari dibawab pusar
8. Eka Neviana: Protein dalam sel darah merah
9. Enjel Fanecha Difa: Sel darah yang berfungsi untuk pembekuan darah

Step 2 : Identifikasi Masalah


1. Enjel Fanecha Difa: Mengapa pasien diberikan cefzolin 2 gr?
2. EndangKartasari: Bagaimana proses persalinan berlangsung?
3. Ersunni Anti:Apa dampak dari KPD?
4. Dwi Putra Setiawan: Bagaimana Askep KPD?
5. EsJumiati: KPD apakah berhubungan dengan riwayat kehamilan sebelumnya
?
6. Eka Kurnia Sari: Kala apa dan fase apa pada kasus ?
7. Elmira Putri R.S: Apa penyebab KPD ?
8. Ella Rusnida: Berapa kadar leukosit normal pada ibu hamil?
9. Eka Neviana: Berapa HPL pada kasus ?
10. Ega Alda Pratama: Apa diagnosa utama pada kasus ?

Step 3 : Menjawab Identifikasi Masalah


1. Eka Neviana: Untuk mengurangi resiko infeksi
2. EllaRusnida : Proses persalinan yaitu melalui 4 tahapan.
Kala 1: fase laten (0-3 cm), fase aktif (4-8 cm), fase transisi (9-pembukaan
lengkap), kontraksi dirasakan setiap 10 menit selama 20-30 detik
Kala 2: pada Fase ini janin keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan
waktu kurang lebih 2 jam, fase ini dimulai saat serviks sudah membuka selebar
10 cm hingga bayi keluar, pada kala 2 ketuban baru pecah atau pecah spontan.
Kala 3: pada fase ini merupakan pelepasan plasenta, lepas spontan dan dalam
keadaan utuh.
Kala 4: 2 jam setelah persalinan mengobservasi ibu, apakah ada perdrahan,
plasenta yang tertinggal, gumpalan darah.
3. Endang Kartasari : Infeksi genitalia pada ibu
4. Jawab () :
5. Ersunni Anti : Bisa disebabkan akibat kontraksi uterus
6. Dwi Putra Setiawan : Kala 1 fase laten 0-3 cm
7. Es Jumiati : Volume cairan ketuban berlebih
8. Elmira Putri R.S : Leukosit normal pada ibu hamil adalah 6.000 – 13.000/uL
9. Enjel Fanecha Difa: HPHT : 1 Desember 2020, HPL : (Tanggal+7), (Bulan-2),
(Tahun +1) = 8 Oktober 2021
10. Eka Kurnia Sari : Nyeri Akut, Infeksi, Ansietas
Step 4 : Pathway
Eka Kurnia Sari
Kehamilan (32-42 Minggu)

Tanda-tanda Inpartu

Proses Persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus pelepasam plasenta post

Partum

Kerja jantung ꜛ Resiko Resiko

Nyeri Akut pendarahan perdarahan

Kelelahan (O2ꜜ)

Keletihan kekurangan Resiko


Gangguan Respirasi Volume Cairan Infeksi
Step 5 : Learning Objektif
1. Enjel Fanecha Difa : Mahasiswa mampu mengetahui askep KPD ?
2. Dwi Putra Setiawan : Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaa pasien
KPD ?
3. Ersunni Anti : Mahasiswa mampu mengetahui faktor resiko KPD ?
4. Es Jumiati : Mahasiswa mampu mengetahui edukasi/konseling mengurangi
angka kejadian KPD ?
5. Elmira Putri R.S : Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi KPD ?
6. Eka Kurnia Sari : Mahasiswa mampu mengetahui kala 1 – 4 ?
7. Eka Neviana : Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala KPD ?
8. Endang Kartasari : Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi KPD ?
9. Ega Alda Pratama : Mahasiswa mampu mengetahui etiologi KPD ?
10. Ella Rusnida : Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa utama pada pasien
dengan KPD ?

Step 6 Menjawab Learning Objektif


1.
2. Eka Neviana
Sumber : Mohd. Andalas, Cut Rika Maharani,dkk, 2019 Ketuban pecah dini
dan tatalaksananya. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. Volume 19, Number 3,
Desember 2019

Penatalaksannan Medis Menurut Ratnawati (2017), penatalaksanaan ketuban


pecah dini, yaitu :
a. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa
komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps di tali pusat, ibu dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi
bersujud.
c. Jika perlu kepala janin didorong ke atas dengan dua jari agar tali pusat
tidak tertekan kepala janin
d. Jika Tali pusat di vulva maka di bungkus kain hangat yang dilapisi plastik
e. Jika ada demam atau di khawatirkan terjadi infeksi saat rujukan atau KPD
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik.
f. Bila keluarga ibu menolak dirujuk, ibu diharuskan beristirahat dengan
posisi berbaring miring, berikan antibiotik.
g. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif,
yaitu tirah baring dan berikan sedatif, antibiotik dan tokolisis.
h. Pada kehamilan 33-35 minggu dilakukan terapi konservatif selama 24 jam
lalu induksi persalinan. 27
i. Pada kehamilan lebih 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan
akselerasi bila ada inersia uteri.
j. Bila tidak ada his, lakukan tindakan induksi persalinan bila ketuban pecah
kurang dari 6 jam dan skor pelvik kurang dari 5 atau ketuban pecah dini
lebih dari 6 jam dan skor pelvik lebih dari 5.
k. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Mengakhiri kehamilan dapat
dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1) Induksi Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi
rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk
mempercepat proses persalinan.
2) Persalinan secara normal/pervaginam Persalinan normal adalah proses
persalinan melalui kejadian secara alami dengan adanya kontraksi
rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi
3) Sectio caesarea. Menurut (Heldayani, 2009), sectio caesarea adalah
suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut untuk melahirkan janin dari dalam
rahim.

3. Es Jumiati :
Sumber : Rina Octavia, Filda Fairuza, 2018, Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit
Budi Asih Serang Periode Oktober Tahun 2018. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Delima,Vol.3 No.2

Faktor resiko pada kejadian KPD, yaitu :


a. Umur

Berdasarkan Analisis Univariat diperoleh bahwa


responden dengan umur resiko tinggi sebanyak 36 responden
(40%) dan umur resiko rendah sebanyak 24 responden
(60%).Umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor
yang menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan.
Usia ibu hamil terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu
tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk
melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur
dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi
seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk
menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam
menghadapi tuntutan beban moril, mental dan
emosional.Sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering
melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi
reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama ketuban pecah dini.
Diperoleh nilai p Value = 0,002 dan pada penelitian
ini digunakan nilai alpha (α) 0,05. Sehingga nilai p Value
(0, 002) kurang dari nilai alpha (α = 0,05), Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara umurdengan
kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD). Hasil uji keeratan
menunjukan nilai OR = 5,519 artinya ibu yang berumur 35
memiliki peluang 5,519 kali untuk mengalami Ketuban Pecah
Dini (KPD).

b. Paritas

Berdasarkan tabel 3 diperoleh kesimpulan bahwa


responden dengan kategori primi sebanyak 23 responden
(38,3%), sebanyak 37 responden (61,7%) dengan kategori
multi grande.Penyebab ketuban pecah dini (KPD) belum
diketahui secara pasti, Paritas 2-3 merupakan paritas yang
dianggap aman ditinjau dari sudut insidensi kejadian
ketuban pecah dini. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih
dari tiga) mempunyai risiko terjadinya ketuban pecah dini
lebih tinggi.Pada paritas yang rendah (satu), alat-alat
dasar panggul masih kaku (kurang elastik) daripada
multiparitas.Uterus yang telah melahirkan banyak anak
(grandemulti) cenderung bekerja tidak efesien dalam
persalinan.
Diperoleh nilai p Value = 0,000 dan pada penelitian
ini digunakan nilai alpha (α) 0,05. Sehingga nilai p Value
(0, 002) kurang dari nilai alpha (α = 0,05), Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara paritas dengan
kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD). Hasil uji keeratan
menunjukan nilai OR = 24,167 artinya ibu dengan paritas
Multi grande memiliki peluang 24,167 kali untuk mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD).

c. Riwayat Gameli

Berdasarkan tabel 4 diperoleh bahwa responden dengan


riwayat gemelli sebanyak 39 responden (65%) dan tidak
mempunyai riwayat gemelli sebanyak 21 responden (35%). Pada
kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya mencakup
posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin.
Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi
mengalami ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini
biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta dan
produksi hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika
ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala yang
berhubungan dengan preeklamsi dan tandatanda ketuban pecah.
Distribusi Frekuensi
Diperoleh nilai p Value = 0,000 dan pada penelitian
ini digunakan nilai alpha (α) 0,05. Sehingga nilai p Value
(0, 002) kurang dari nilai alpha (α = 0,05), Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara ibu dengan
riwayat gemelli dengan kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD).
Hasil uji keeratan menunjukan nilai OR = 31,667 artinya ibu
dengan riwayat gemelli memiliki peluang 31,667 kali untuk
mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).
d. Riwayat KPD Sebelumnya

Berdasarkan tabel 5 diperoleh bahwa responden dengan


riwayat KPD sebelumnya sebanyak 34 responden (56,7%) dan
yang tidak mempunyai riwayat KPD sebelumnya sebanyak 26
responden (43,3%). Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini
kembali.Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara
singkat ialah akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah
dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien
risiko tinggi.
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada
kehamilan atau menjelang persalinan maka pada kehamilan
berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban pecah dini
akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali
dari pada wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini
sebelumnya, karena komposisi membran yang menjadi mudah
rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya.
Diperoleh nilai p Value = 0,002 dan pada penelitian
ini digunakan nilai alpha (α) 0,05. Sehingga nilai p Value
(0, 002) kurang dari nilai alpha (α = 0,05), Ho ditolak
dan Ha diterima. Artinya ada hubungan antara ibu dengan
riwayat Ketuban Pecah Dini sebelumnya dengan kejadian
Ketuban PecahDini (KPD). Hasil uji keeratan menunjukan
nilai OR = 5,400 artinya ibu dengan riwayat Ketuban Pecah
Dini sebelumnya memiliki peluang 5,400 kali untuk mengalami
Ketuban Pecah Dini (KPD).

4. Eka Kurnia Sari


Konseling atau edukasi untuk menekan angka kejadian ketuban pecah dini
(KPD) pada Ibu hamil salah satunya dengan cara dan upaya yang dapat
dilakukan tenaga kesehatan dengan menganjurkan ibu untuk rutin melakukan
pemeriksaan kehamilan Antenatal Care (ANC) di tenaga kesehatan terdekat
agar tidak terjadinya indikasi yang membahayakan janin sehingga
mengakibatkan terjadinya ketuban pecah dini pada Ibu .

Sumber:
Zahra Septika, et al. (2018). Berat Bayi Lahir Rendah Berdasarkan Paritas,
Ketuban Pecah Dini dan Hipertensi. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai
Volume 11, No 1, 9-14
5.
6. Elmira Putri R.S
 PengertianKala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan
fase aktif.
a. Fase laten persalinan
 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm
 Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam
b. Fase aktif persalinan
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih.
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm).
 Terjadi penurunan bagian terendah janin

 Pengertian Kala II
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks dan
berakhir dengan
lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
b. Tanda dan gejala kala II
Tanda-tanda bahwa kala II persalinan sudah dekat adalah:
1. Ibu ingin meneran
2. Perineum menonjol
3. Vulva vagina dan sphincter anus membuka
4. Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
5. His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
6. Pembukaan lengkap (10 cm )
7. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-rata 0.5
jam
8. Pemantauan
a) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya detak
jantung bayi setelah kontraksi dan kondisi ibu.
 Pengertian kala III
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban, Berlangsung tidak lebih dari 30 menit Disebut
dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta, Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan
 Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan ukuran dan bentuk uterus
2. Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
terlepas dari Segmen Bawah Rahim
3. Tali pusat memanjang
4. Semburan darah tiba tiba.
 pengertian Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu paling
kritis karena proses perdarahan yang berlangsung masa 1 jam setelah plasenta
lahir pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu
dipantau lebih sering observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada
masa ini.
 Observasi yang dilakukan :
1. Tingkat kesadaran penderita.
2. Pemeriksaan tanda vital.
3. Kontraksi uterus.
4. Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-
500cc.
(SUMBER : Ari Kurniarum, S.SiT., M.Kes. 2019. buku asuhan kebidanan
persalinan dan bayi baru lahir )

7. Ersunni Anti:
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah
1 jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya.
Ketuban pecah dini (KPD) sering kali menimbulkan konsekuensi yang
berimbas pada morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama pada
kematian perinatal yang cukup tinggi. Ketuban pecah dini dapat menyebabkan
berbagai macam komplikasi pada neonates meliputi prematuritas, respiratory
distress syndrome, pendarahan intraventrikel, sepsis, hipoplasia paru serta
deformitas skeletal.
(Sumber : Legawati, Riyanti.2018."DETERMINAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD) DI RUANG CEMPAKA RSUD DR DORIS
SYLVANUS PALANGKARAYA".Jurnal Surya Medika Volume 3 No. 2
[2018])

8. Enjel Fanecha Difa :


Komplikasi pada janin akibat kasus ketuban pecah dini tergantung usia
kehamilan dan kejadian selama proses persalinan. Komplikasi ketuban pecah
dini dapat mengakibatkan infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio
plasenta, serta adanya sindrom distress pada napas bayi baru lahir. Akibat lain
yang terjadi adalah enterocolitis necrotizing, perdarahan intraventrikular,
sepsis neonatorum terjadi pada 2–20% dari kasus ketuban pecah dini, serta
dapat terjadi kematian sekitar 5% kasus, sedangkan komplikasi jangka
panjang dapat memberikan kecacatan.
Sumber: jurnal Ria, Fifi. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum H.Abdul Manan
Simatupang.Wahana Inovasi Vol.6 No.2
9. Ella Rusnida :
Sumber : Budi Rahayu, Ayu Novita Sari, 2017, Studi Deskriptif Penyebab
Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) pada Ibu Bersalin. INDONESIAN
JOURNAL OF NURSING AND MIDWIFERY. Stikes Ahmad Yani
Yogyakarta
a) Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih berisiko
tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya.
b) Usia ibu melahirkan
Usia ibu melahirkan yang memiliki resiko rendah adalah umur 20-35, <20
tahun dan >35 tahun memiliki resiko tinggi dalam proses persalinan.
c) Umur kehamilan
Kehamilan aterm atau kehamilan ≥37 minggu sebanyak 8-10% ibu hamil
akan mengalami KPD, dan sebanyak 1% kejadian KPD pada ibu hamil
preterm <37 minggu.
d) Pembesaran uterus
Over distensi dapat menyebabkan terjadinya KPD karena distensi uterus
atau over distensiyang membuat rahim lebih besar sehingga selaput
ketuban lebih tipis dan mudah pecah.
e) Kelainan letak
Kelainan letak pada janin dapat meningkatkan kejadian KPD karena
kelainan letak dapat memungkinkan ketegangan otot rahim meningkat
sehingga dapat menyebabkan KPD.
10. Ersunni Anti
Kebanyakan ibu dengan ketuban pecah dini akan mengalami persalinan
spontan dan hasilnya baik. Namun ada bahaya yang berhubungan dengan
ketuban pecah dini meliputi infeksi, tali pusat menumbung, infeksi
iatrogenic asenden dari pemeriksaan vagina dan perlunya induksi atau
augmentasi persalinan dengan intervensi yang sesuai. Kehamilan
merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri
khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang
normal pun mempunyai resiko kehamilan, namun tidak secara langsung
meningkatkan resiko kematian ibu.

(Sumber : Legawati, Riyanti.2018."DETERMINAN KEJADIAN KETUBAN


PECAH DINI (KPD) DI RUANG CEMPAKA RSUD DR DORIS
SYLVANUS PALANGKARAYA".Jurnal Surya Medika Volume 3 No. 2
[2018])

Anda mungkin juga menyukai