BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paru dibungkus oleh membrane tipis yang disebut pleura. Lapisan terluar paru
membrane paru melekat dinding toraks. Lapisan dalam pleura menempel ke paru. Pada
saat ekspansi rongga toraks terjadi selama inspirasi, lapisan terluar mengembang; daya ini
disalurkan ke pleura lapisan dalam, yang akan mengembangkan paru diantara pleura
lapisan dalam dan luar terdapat ruang/rongga pleura. Ruang paru ini terisi milliliter cairan
yang mengelilingi dan membasahi paru. Cairan pleura memiliki tekanan negatif dan
membawa gaya kolaps (rekoil) elatis paru. Mekanisme paru tetap dapat mengembang.
Pleura adalah membrane penting yang membungkus setiap paru. Pleura pariental
melapisi rongga toraks (kerangka iga, diagframa, mediastinum). Pleura visceral melapisi
paru dan bersambungan dengan pleura pariental di bagian bawah paru. Rongga pleura
(ruang interpertual) ruang potensial antara pleura pariental dan visceral yang
mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini diekresikan oleh sel-sel pleural
sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan (tekanan
intrapleural) agak negatif dibandingkan tekanan atmosfir. Resesus pleura adalah area
rongga pleura yang tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura pariental
bersilangan dari satu permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak
Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan dalam ruang pleural yang terletak
diantara permukaan visceral dan parental, adalah proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain secara normal
ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15 ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Smeltzer
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan cairan dalam
rongga pleura dapat berupa transudat dan eksudat. Transudat terjadi peningkatan tekanan
vena pulmonalis, misalnya pada gagal ginjal kongesti. Pada kasus ini terjadi
penimbunan eksudat disebabkan oleh peningkatan atau keganasan pleura dan akibat
peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorsi getah bening. Pleura cenderung
tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi. (Sylvia A. Price, 2005; 779)
Pasien dengan efusi pleura di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ml
cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parientalis dan viseralis.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parientalis karena adanya tekanan hidrotastik,
tekanan koloid, dan daya tarik elatis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler
paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10 – 20%) mengalir ke dalam pembuluh
limfe sehingga pasase cairan disini mencapai satu liter seharian. Terkumpulnya cairan di
rongga pleura disebut efusi pleura. Ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan
Faktor pencetus dari efusi pleura dapat dibedakan atas transudat dan eksudat.
Pleura Transudat, misalnya terjadi gagal jantung karena bendungan vena disertai
peningkatan hidrostatik, dan pada sirosis hepatis karena tekanan osmotik koloid yang
menurun. Eksudat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar
langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenis tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya, transudat kadar protein rendah sekali
atau nihil sehingga berat jenisnya rendah. Pada efusi transudat (protein <30 gr/l; b.d.
<1015). Efusi eksudat (protein >30 gr/l b.d. >1015). (Syamsuhidayat, 2004:414 - 415)
Menurut WHO Health Journal (2005), penyakit ganas menyumbang 41% dan
tuberkulosis untuk 33% dari 100 kasus efusi pleura eksudatif, 2 pasien (2%) memiliki
koeksistensi tubercolosis dan keganasan dan dianalisis dengan kelompok ganas. Para-
pneumonia efusi ditemukan hanya 6% kasus. Alasan lain adalah: gagal jantung kongestif
3%, komplikasi dari operasi bypass koroner 2%, rheumatoid arthritis 2%, erythaematosus
lupus sistemik 1%, gagal ginjal kronis 1%, kolesistitis akut 1%, etiologi tidak diketahui 8
%. Efusi pleura besar ditemukan pada 24% pasien, sedang pada 58%, serta efusi ringan
Dari penelitian pada penderita yang dirawat di Rumah Sakit Dokter Kariadi
Semarang, semua penderita yang di diagnosa efusi pleura, dalam penelitian ini
orang (66,7%) dan penderita laki-laki 6 orang (33,3%). Sebagian besar penderita yaitu 13
orang (72,2%) berasal dari luar kota Semarang, dan 5 orang (27,8%) dari kota Semarang.
hari. Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini adalah karena neoplasma yaitu
Dan 18 penderita efusi pleura ditemukan penyebab terbanyak adalah neoplasma, yang
terjadi pada usia dewasa (> 14 tahun) yang disebabkan karena mempunyai riwayat
Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar
ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar tersebut
masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan
manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai
masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu
memahami secara mendalam konsep oksigenasi pada manusia. (Wahit Iqbal Mubarak,
2007)
Hirarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat
berperan dalam proses metabolisme tubuh kebutuhan oksigen dalam tubuh harus
terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang maka akan terjadi
kerusakan pada jaringan otak dan apabila hal tersebut berlangsung lama akan terjadi
kematian. System yang berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah pernapasan,
karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk
sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membetuk asam, yang harus dibuang dari
tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system respirasi
harus bekerja sama. System kardiovaskuler bertanggung jawab untuk perfusi darah
melalui paru. System pernapasan melakukan dua fungsi terpisah ventilasi dan respirasi.
tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi. Berdasarkan hal tersebut maka
perawat harus memahami indikasi pemberian O2, metode pemberian O2 dan bahaya-
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru dalah 4.500 – 5.000 ml (4,5 – 5 l).
Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% 9 ± 00 ml), yakni yang dihirup
(inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa. (Wahit Iqbal
Mubarak, 2007)
Kriteria pada pasien efusi pleura yang sedikit biasanya asimtomatik, sementara
efusi pleura yang banyak menimbulkan dispnea, khususnya bila ada penyakit
kardiopulmonar yang mendasari. Nyeri dada pleuritik dan batuk kering dapat terjadi,
cairan pleura yang berhubungan adanya nyeri dada biasanya eksudat. Gejala fisik tidak
dirasakan bila cairan kurang dari 200-300 ml. Tanda-tanda yang sesuai efusi pleura yang
lebih besar adalah penurunan fremitus, redup pada perkusi, dan berkurang suara nafas.
Pada efusi yang luas yang menekan paru, aksentuasi suara nafas dan egofoni ditemukan
tepat diatas batas efusi. Adanya friction rub pleural menandai pleuritis. Efusi pleura masif
arah kontralateral dan pendataran spatium interkostal. (Tierney, Lawrence M. Jr, 2002 :
186). Selain itu pada penyakit efusi pleura ditemukan tanda gejala : dispnea bervariasi,
nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura, trakea bergeser menjauhi
sisi yang mengalami efusi, ruang intercosta menonjol pada efusi yang berat, pergerakan
dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, egofoni diatas paru yang
tertekan dekat efusi, suara nafas berkurang di atas efusi pleura, vocal fremitus dan raba
Pada Tn. O ada beberapa kriteria yang masuk dalam penyakit efusi pleura yang
berupa dispnea, sesak nafas dan dada terasa nyeri saat melakukan aktifitas badan terasa
nyeri, dan batuk-batuk disertai dahak atau sputum, tenggorokan terasa panas dan gatal,
pada pemeriksaan fisik Palpasi: Vokal Fremitus frekuensi getaran lebih besar yang kanan
dada dari pada yang kiri, Perkusi: pekak di intercosta kelima sebelah kiri, dari hasil
rongent terlihat putih di lapang paru sebelah kiri. Berdasarkan berbagai data dan
informasi di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang efusi pleura
yang dilihat secara mendasar melalui konsep kebutuhan dasar manusia yaitu pemenuhan
kebutuhan oksigenasi. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka penulis
B. Tujuan Penulisan
pada Tn.O dengan Efusi Pleura di Bangsal Paru RSUP dr.M.Djamil Padang.
1. Tujuan khusus
efusi pleura.
efusi pleura.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi bersihan jalan nafas yang terjadi pada pasien
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
Efusi Fleura adalah istilah yang digunakan pagi penimbunan cairan dalam rongga
2. Etiologi
a. Infeksi
1) Tuberculosis
2) Pneumonitis
3) Abses paru
4) Perporasi esophagus
5) Abses subfrenik
b. Non Infeksi
1) Karsinoma paru
2) Karsinoma pleura
3) Karsinoma mediastinum
4) Gagal hati
5) Gagal ginjal
6) Hipotiroidisme
7) Emboli paru
( Huda,2013)
3. Anatomi fisiologi
Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang
sura interlobaris, sementara pleura parietal membatasi dinding dada yang tersusun
dari otot dada dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum dan struktur servikal .
Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura
viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi
Pleura viseral dan pleura parietal terpisah oleh rongga pleura yang mengandung
sejumlah tertentu cairan pleura. Cairan pleura mengandung 1.500 – 4.500 sel/mL,
terdiri dari makrofag (75%), limfosit (23%), sel darah merah dan mesotel
Elektroforesis protein cairan pleura menunjukkan bahwa kadar protein cairan pleura
setara dengan kadar protein serum, namun kadar protein berat molekul rendah seperti
albumin, lebih tinggi dalam cairan pleura. Kadar molekul bikarbonat cairan pleura 20
– 25% lebih tinggi dibandingkan kadar bikarbonat plasma, sedangkan kadar ion
natrium lebih rendah 3 – 5% dan kadar ion klorida lebih rendah 6 – 9% sehingga pH
cairan pleura lebih tinggi dibandingkan pH plasma. Keseimbangan ionik ini diatur
melalui transpor aktif mesotel. Kadar glukosa dan ion kalium cairan pleura setara
tekanan pleura yang ditimbulkan oleh rongga pleura. Tekanan pleura bersama
tekanan jalan napas akan menimbulkan tekanan transpulmoner yang selanjutnya akan
bila kerja otot dan tekanan transpulmoner berhasil mengatasi rekoil elastik (elastic
recoil) paru dan dinding dada sehingga terjadi proses respirasi.(Fook,2004). Jumlah
cairan rongga pleura diatur keseimbangan Starling yang ditimbulkan oleh tekanan
pleura dan kapiler, kemampuan sistem penyaliran limfatik pleura serta keseimbangan
4. Patofisiologi
dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk
secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi
kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa
pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan
dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan
efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan
oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi
dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila
efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan
Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya
cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang
nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan
gagal nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan
partial Oksigen (Pa O2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa
5. Manifestasi klinik
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan
sesak nafas.
b) Adanya gejala penyakit seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, panas
c) Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan
d) Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
e) Didapati segitiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Rontgen dada, pada permulaan didapati menghilang nya sudut kostofrenik. Bila
cairan lebih dari 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung.
b) Ultrasonografi
berat jenis.
d) Kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam(untuk TBC), hitung sel darah
7. Penatalaksanaan.
a) Penatalaksanaan Medis
seperti nyeri : dispnew dan lain-lain. Cairan; efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru dapat
(Smeltzer.2001 : S93)
Penatalaksanaan Keperawatan
(Smeltzer.2001 : 594)
8. Komplikasi
a) Fibrotoraks
Pleural effusion yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis.
Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat
menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada
dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk
memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
b) Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
c) Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan
sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan.
Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan
penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
d) Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan
mengakibatkan kolaps paru.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
1) Keluhan utama merupakan factor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
2) Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda tanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya.
2) Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan keluhannya
tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru,
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya factor predisposisi.
b) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
c) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan effusi pleura keadaan umumnya lemah.
3) Pola eliminasi
a) Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
b) Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bedrest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan
pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
4) Pola aktivitas dan latihan
a) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi
b) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
c) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya
nyeri dada.
d) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
5) Pola tidur dan istirahat
a) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
b) Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah
yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang
mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6) Pola hubungan dan peran
a) Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat
menjalankan fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh
anaknya, mengurus suaminya.
b. Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada
ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
f. Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada
kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui
derajat hidrasi seseorang.
2. Diagnosa Keperawatan
d) gangguan rasa nyaman b.d batuk yang menetap dan sesak nafas serta
e) resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
/pulmonal - Self care : ADLS 1. Monitor respon fisik, emosi, social dan
spiritual
Definisi : ketidakcukupan energi Tujuan : setelah dilakukan tindakan
2. Sediakan penguatan positif bagi yang
psikologis atau fisiologis untuk keperawatan diharapkan pasien dapat aktif beraktivitas.
melanjutkan atau menyelesaikan melakukan aktivitasnya dengan baik. Mandiri :
aktivitas kehidupan sehari-hari Kriteria hasil : 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi
yang harus atau yang ingin
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik aktivitas yang mampu dilakukan
dilakukan tanpa disertai penignkatan tekanan
2. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
Batasan karakteristik : darah,nadi dan RR yang sesuai dengan kemampuan fisik,
- Ketidaknyamanan setelah
- Mampu melakukan aktivitas sehari- psikologis dan sosial.
beraktivitas hari secara mandiri 3. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
- Dipsnea setelah beraktivitas - Tanda-tanda vital normal yang disukai
- Menyatakan merasa letih - Level kelemahan 4. Bantu pasien untuk mengembangkan
- Menyatakan merasa lemah - Status kardiopulmonary adekuat motivasi diri dan penguatan.
Faktor yang berhubungan : - Status respirasi : pertukaran gas Healt education :
- Tirah baring atau imobilisasi dan ventilasi adekuat 1. Ajarkan untuk penggunaan teknik
- Kelemahan umum relaksasi
- Ketidakseimbangan antara 2. Ajarkan Tindakan untuk mengehemat
suplai dan kebutuhan oksigen energi.
Kolaborasi :
1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi
Kolaborasi
1. Ikuti protokol institusi untuk melaporkan
suspek infeksi atau kultur positif
2. Berikan terapi antibiotik, bila di perlukan
Healt education
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga
mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
2. Instruksikan untuk menjaga higiene
4. Implementasi Keperawatan
keempat dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997,
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).
5. Evaluasi Keperawatan
kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
LAPORAN KASUS
A. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas Pasien
Nama : Tn.O
No.MR : 01.01.96.42
Umur : 28 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Pasaman Barat
Tanggal masuk : 2 September 2018
Yang mengirim : Klien dikirim melalui IGD
Cara masuk RS : Klien masuk IGD RSUP DR.M.DJamil Padang dengan
keluhan nyeri dada, klien merupakan rujukan dari RSUD
Pasaman Barat
Riwayat Alergi : Klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun
minuman.
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah dirawat di RSUP dr.M.Djamil
Padang sekitar 3 bulan yang lalu dengan keluhan nyeri dada dan sesak nafas,
klien pulang dan pernah control 2 kali .
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tn.O, 28 tahun masuk IGD RSUP DR.M.Djamil Padang dengan diantar oleh
perawat RSUD Pasaman Barat dan didampingi oleh keluarga. Saat di IGD
RSUP DR.M.Djamil Padang klien mengeluh nyeri dada dan sesak nafas.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 3 september 2018, didapatkan data
bahwa klien mengeluhkan sulit untuk berbicara, keluarga klien mengatakan
klien mengeluh sesak nafas. Keluarga klien mengatakan klien sesak nafas
sejak 2 bulan yang lalu dan meningkat dengan beraktivitas. Keluarga klien
mengatakan dahak klien banyak tapi tidak mau keluar saat klien batuk,
keluarga klien mengatakan klien tidak nyaman tidur dengan miring ke kanan,
klien lebih nyaman tidur dengan miring ke kiri. Keluarga klien mengatakan
klien sejak 1 bulan yang lalu batuk klien hilang timbul dan suaranya serak.
Keluarga klien mengatakan klien sekarang terlihat kurus, nafsu makan nya
berkurang, klien sering mengeluh mual. Keluarga klien mengatakan ketika
klien sesak klien langsung dibawa ke RSUD Pasaman barat sebelum dirujuk
ke RSUP dr.M.Djamil Padang.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan ayah klien merupakan seorang perokok aktif
selama 10 tahun terakhir dengan 32 batang per hari. Keluarga klien tidak ada
yang memiliki penyakit TB.
c. Pemeriksaan Fisik
Gambaran
RR : 30 x/I
Leher
Nodus Limfe
P:-
Neurologi
Status mental/GCS 15
Reflek fisiologi -
Reflek patologis -
Payudara -
Genitalia -
Rectal -
a) Pola Makan
Di rumah
Frekuensi : 3 Kali sehari
Makan Pagi: dengan nasi, lauk, sayuran, dan buah buahan
Makan Siang :. dengan nasi, lauk, sayuran
Makan Malam : dengan nasi, lauk, sayuran
Makanan yang disukai: nasi goring
Di rumah sakit
Diet/Suplemen Khusus : Makanan biasa
InstruksiDiet Sebelumnya : tidak ada
Nafsu Makan :.berkurang
NG tube : tidak terpasang
Kesulitan Menelan (Disfagia) : tidak ada
Perubahan Berat Badan 6 Bulan Terakhir: Klien mengatakan berat badannya
turun 9 Kg
Gigi : lengkanp, terdapat karies
Pola Minum
f. Pola Eliminasi
a) BAB
Di rumah Di rumah
sakit
Jumlah :- Jumlah :-
sakit
Masalah di RS : klien susah tidur dirumah sakit karna klien mengeluh sesak nafas
p. Terapi
Nebu flumocy 2x1
MST 3 X10 mg
Ranitidine injeksi 2 x1
Ceftriaxone injeksi 1x 2 gr
Extra 4 putih telur
q. Analisa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
Keperawatan
Do :
- Klien terlihat kesulitan bernafas
- klien terlihat kesulitan berbicara
- klien terlihat gelisah
- Inspeksi : Asimetris, dada kiri cembung
dibandingkan kanan, pergerakan dada kiri
tertinggal dari kanan
DO
- Berat badan klien turun 9 kg dari 65 kg
menjadi 57 kg
- Membrane mucosa pucat dan kering
- Albumin 2,8 g/dl
- Diare ada , konsistensi cair .
- Bising usus meningkat 37 x/i
3 DS : Intoleransi Ketidakseimbangan
- klien mengatakan sesak nafas meningkat saat Aktivitas antara suplai dan
beraktifitas kebutuhan oksigen
- klien mengatakan tidak bisa melakukan
aktifitas sendiri karena sesak .
- keluarga klien mengatakan klien dibantu
keluarga dalam beraktifitas
DO :
- tekanan darah : 130/90 mmHg
- nadi : 120 x/i
- EKG : Kesan iskemia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan factor fisikologis
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
DIAGNOSA NIC
NO. NOC Aktivitas KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas Status Pernafasan : Manajemen jalan Manajemen jalan nafas
tidak efektif Kepatenan Jalan Nafas nafas - Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan
- Buang secret dengan memotivasi pasien untuk
sekresi yang tertahan
Indikator : melakukan batuk atau menyedot lendir
Frekuensi pernafasan (3) - Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
Irama pernafasan (4) efektif
Kedalam Inspirasi (4) - Auskultasi suara nafas, catat area ventilasinya menurun
Kemampuan untuk atau tidak adanya suara tambahan
mengeluarkan secret (3) - Kelola nebulizer sebagaimana mestinya
Ansietas ( 3) - Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas
Suara nafas tambahan (3) - Monitor status pernafasan dan oksigenasi
Dispnea saat istirahat (3)
Penggunaan otot bantu nafas
( 4)
Akumulasi sputum (4)
Manajemen
lingkungan Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
Sediakan lingkungan dan tempat tidur yang bersih dan
nyamansesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
kendalikan kebisingan yang tidak diinginkan
Individualisasikan pembatasan kunjungan untuk memenuhi
kebutuhan pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
Cover
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
C. Latar Belakang
4. Definisi
5. Etiologi
6. Anatomi fisiologi
7. Patofisiologi
9. Manifestasi klinik
11. Penatalaksanaan
12. Komplikasi
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA