PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kehamilan perinatal
yang cukup tinggi. Pecahnya selaput janin bisa terjadi bila leher rahim tertutup
atau melebar. Terkadang hal itu bisa terjadipada kehamilan yang sangat awal
minggu). Faktor risiko yang sangat terkait yaitu infeksi, malpresentation dari
bahwa 54% dari kelahiran tidak mengalami komplikasi selama persalinan. Wanita
yang mengalami persalinan lama dilaporkan sebesar 35% kelahiran, KPD lebih
dari 6 jam sebelum kelahiran dialami oleh 15% kelahiran, perdarahan berlebihan
sebesar 8% persen, dan demam sebesar 8%. Komplikasi lainnya dan kejang
dialami juga pada saat persalinan (masing-masing 5 dan 2%). Sementara itu,
partus lama dan perdarahan merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD
1
Sementara itu, menurut penelitian Yaze dan Dewi (2016), insidensi KPD
terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi
kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm
atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.
70% KPD terjadi padakehamilan cukup bulan. Sekitar 85% morbiditas dan
:76). Pada umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibumaupun
janin. Pada kasus KPD komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi dalam
obstetric atau secsio sesarea (SC), atau akan mengarah ke Morbiditas dan
hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR
2
kesehatan sebagaimana tercantum dalam program pemerintah nasional serta
strategi Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai
penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir (Arifin, 2015
:1)Kematian ibu pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan reproduksi yang
kesehatan ibu dan anak adalah AKIdan AKB. Disamping itu AKI merupakan
tolak ukur untuk menilai keadaan pelayanan obstetrik di suatu negara. Bila AKI
ASEAN yang lain. AKIdi dunia tahun 2014 yaitu 289.000 jiwa per 100.000
kelahiran hidup. Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-
Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29
tahun 2012 meningkat tajam menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan
milenium dalam target MDGs pada 2015 adalah AKI dapat diturunkan menjadi
102 per100.000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan data yang didapat, AKI pada
tahun 2015 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sangat jauh dari
3
target MDGs. (KEMENKES,2015: 104). Kematian perinatal yang cukup tinggi ini
antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tidak maju, partus lama yang sering dijumpai pada
Dari hasil penelitian, didapatkan kejadian KPD berkisar antara 8-10 % dari
semua kehamilan. Dilihat dari kejadian KPD yang ada, bahwa lebih banyak
terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu
sekitar 95%. Sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau KPD pada
Dari hasil survey yang didapatkan di RSUD Dr. Rasidin padang kejadian
KPD pada tahun 2017 dengan jumlah 68 orang dan kejadian post SC sebanyak
65 orang. Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera
bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu
harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.
Berdasarkan uraian diatas dan dilihat dari kejadian KPD yang banyak terjadi pada
ibu hamil, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruangan Kebidanan RSUD Dr.
Rasidin Padang”.
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Padang.
Padang.
5
D. Manfaat
2. Bagi Pasien
(KPD).
(KPD).
5. Bagi Penulis
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau
vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim (Mochtar,
caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding perut
dan uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari kulit sampai
dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan
dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan
7
2. Anatomi Fisiologi
wanita :
a. Genitalia eksterna
1) Mons pubis
pubis
2) Labia mayora
3) Labia minora
8
4) Klitoris
5) Vestibulum
6) Perinium
b. Genitalia interna
1) Vagina
Fungsi vagina :
9
b) Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat
persalinan
2) Uterus
dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri
berkembang.
a) Fundus uteri
b) Korpus uteri
sampai matur.
10
3) Tuba fallopi
lateral pelvis.
4) Ovarium
ovulasi.
3. Etiologi
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi
4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan
ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
11
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
abnormal.
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
12
f. Kelainan Letak Janin
b) Presentasi muka
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-
kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
2) Letak Sungsang
13
4. Manifestasi Klinis
lain :
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
paham prosedur
5. Pemeriksaan Diagnostik
pembedahan.
14
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
e. Pemeriksaan elektrolit.
6. Penatalaksanaan
hebat.
dianjurkan.
a. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam
c. Mobilisasi
15
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat
d. Pemulangan
7. Komplikasi
Wiknjosastro (2002) :
1. Infeksi puerperal
peritonitis,sepsis.
2. Perdarahan
kehamilanberikutnya
tahap mobilisasi dini Post SC pada ibu post operasi sectio caesarea:
1) 6 jam pertama ibu post SC istirahat tirah baring, mobilisasi dini Post SC
16
ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengkat tumit,
2) 6-10 jam ibu diharuskan untuk dapat miring kanan dan kiri mencegah
3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
1) Hari ke 1
a) Berbaring miring kekanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10
2) Hari ke 2
a) Ibu dapat duduk lima 5 dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
3) Hari ke 3 sampau 5
17
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
1. Pengertian
tanda tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu
Manuaba, 2009). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
2. Etiologi
faktor faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini, namun
faktor faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun yang
kerusakan selaput ketuban dan serviks yang pendek pada usia kehamilan
23 minggu.
18
ketuban pecah dini. Ketegangan intra uterin yang meninggi atau
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
(Rukiyah, 2010).
kelainan pada otot – otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak
dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan
trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan
dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).
(Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih). Pada
19
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban) relatif kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
Makrosomia adalah berat badan neonatus > 4000 gram kehamilan dengan
jumlah cairan amnion > 2000 mL. Uterus dapat mengandung cairan
volume tersebut meningkat tiba – tiba dan uterus akan mengalami distensi
a. Pekerjaan
hari, namun pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dan dapat
2010).
20
Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama untuk
proses persalinanya.
yang terlalu berat dan dengan lama kerja melebihi tiga jam perhari
maupun janin. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Huda
(2013) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja dan lama kerja ≥40
KPD dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan
ekonomi. Pada ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah
21
b. Paritas
Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) mempunyai resiko
terjadinya ketuban pecah dini lebih tinggi. Pada paritas yang rendah
22
merupakan keadaan yang relatif lebih aman untuk hamil dan
c. Umur
yaitu < 20 tahun, 20-35 tahun dan > 35 tahun. Usia reproduksi yang
(Winkjosastro, 2011).
Pada usia ini alat kandungan telah matang dan siap untuk dibuahi,
kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau terlalu muda sering
23
rahim belum bisa menahan kehamilan dengan baik, selaput ketuban
yang terlalu tua atau > 35 tahun memiliki resiko kesehatan bagi ibu
persalinan seperti kelahiran dengan ketuban pecah dini. Hal ini sesuai
umur ibu < 20 tahun organ reproduksi belum berfungsi secara optimal
abnormal. Ibu yang hamil pada umur >35 tahun juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya ketuban pecah dini karena pada usia ini sudah
24
embryogenesis sehingga pembentukan selaput lebih tipis yang
memicu terjadinya KPD aterm dan KPD preterm terutama pada pasien
berisiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada wanita yang
kekurangan nutrisi.
25
e. Usia Kehamilan
satunya alat ukur kesehatan janin yang paling bermanfaat dan waktu
usia kehamilan saat ketuban pecah. Jika ketuban pecah trimester III
26
f. Cephalopelvic Disproportion(CPD)
kepala janin dengan panggul ibu. Partus lama yang sering kali disertai
(Prawirohardjo, 2011).
enzim yaitu ensim proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban
dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan kurangnya
27
bahwa cervik yang inkompeten adalah leher rahim yang tidak mempunyai
dan tekanan intra uterin yang kuat, hubungan sexual pada kehamilam tua
karena faktor trauma saat hubungan seksual. Pada kehamilan ganda dapat
oleh besarnya janin, dua plasenta dan jumlah air ketuban yang lebih
5. Patogenesis KPD
rahim ini.
28
6. Cara Menentukan KPD
b. Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari
ketuban).
7. Pengaruh KPD
a. Terhadap janin
b. Terhadap ibu
lagi terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai
29
Ibu akan merasa lelah karena terbaring ditempat tidur, partus akan
menjadi lama maka suhu tubuh naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-
gejala infeksi. Hal – hal di atas akan meninggikan angka kematian dan
angka morbiditas pada ibu. Dampak yang ditimbulkan pada ibu yaitu
8. Prognosis
9. Komplikasi
aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan
30
antara 28 – 34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan
2011).Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering dari
pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat
janin semakin gawat. Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini
(Mochtar, 2011).
Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina, aroma ketuban berbau amis dan tidak
dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti
atau kering kerana tersu diproduksi sampai kelahiran tetapi bila anda
duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
31
banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat, merupakan
11. Penatalaksanaan
bila belum ada tanda – tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila saat
datang sudah lebih dari24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu dilakukan
terminasi.
terminasi.
32
Pemberian antibiotika/ kortikosteroid, pemberian Ampicilline
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian.
b. Alasan masuk
33
c. Data kesehatan umum
klien
f) Riwayat persalinan
g) Riwayat ginekologi
34
h) Riwayat haid
i) Riwayat Perkawinan
c) Tanda-tanda vital
d) Kepala
e) Leher
f) Mata
35
g) Telinga
h) Hidung
i) Dada
lancar
j) Abdomen
l) Eliminasi
m) Ekstremitas
pada perineum)
36
o) Mobilisasi dan latihan
op.
penurunan
q) Keadaaan mental
r) Kemampuan menyusui
2. Diagnosa Keperawatan
informasi Penyakit
37
3. Intervensi
38
mencari dan
menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
39
nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
40
secara teratur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Resiko Immune Status Infection Control
infeksi Knowledge : Infection (Kontrol infeksi)
berhungan control Bersihkan lingkungan
dengan Risk control setelah dipakai pasien
prosedur Klien bebas dari tanda lain
invasif dan gejala infeksi Pertahankan teknik
Mendeskripsikan proses isolasi
penularan penyakit, Batasi pengunjung
factor yang bila perlu
mempengaruhi penularan Instruksikan pada
serta penatalaksanaannya, pengunjung untuk
Menunjukkan mencuci tangan saat
kemampuan untuk berkunjung dan
mencegah timbulnya setelah berkunjung
infeksiJumlah leukosit meninggalkan pasien
dalam batas normal Gunakan sabun
Menunjukkan perilaku antimikrobia untuk
hidup sehat cuci tangan
Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
41
Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake
nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
42
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
43
dengan menggunakan
format yang
standarisasi atau
ceklis,dokumentasi
informasi yang
diberikan dan respon
klien.
Berikan informasi
yang berhubungan
dengan perubahan
fisiologis dan
psikologis yang
normal berkenaan
dengan kelahiran
sesar dan kebutuhan
berkenaan dengan
periode pascapartum
Diskusikan rencana-
rencana untuk
penatalaksanaan
dirumah : membantu
pekerjaan rumah,
susunan fisik
rumah,pengaturan
tidur bayi.
Berikan atau
kuatkan informasi
yang berhubungan
dengan pemeriksaan
pascapartum lanjutan.
44
D. Implementasi
optimal.
berkesinambungan.
E. Evaluasi
2011).
45
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny.A
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : IRT
No.MR : 100062006
2. Alasan masuk
klien diperiksa lalu klien dirujuk ke rumah sakit RSUD dr Rasidin Padang,
sesampai di IGD air ketuban berubah warna menjadi kehijauan dan klien
nyeri 1-5 menit, nyeri terasa hilang timbul, nyeri timbul jika
46
melakukan aktivitas seprti berpindah posisi(miring kanan dan kiri)
klien hanya bergerak miring kanan dan kiri, aktivitas klien dibantu
oleh keluarga.
b. Riwayat persalinan
47
4) Masalah dalam persalinan: air ketuban bewarna coklat dan
c. Riwayat ginekologi
d. Riwayat menstruasi
a) Status obstetri G0 P1 A0 H1
154 cm
2) Suhu 36,7 c
3) Pernafasan 20x/i
4) Nadi 83x/i
d) kepala leher
1) Kepala: bersih tidak ada benjolan, tidak ada lesi, rambut hitam
anemis
48
3) Hidung : simetris tidak ada polip, tidak ada pernafasan cupping
hidung
e) Dada
1) Jantung: normal
2) Paru: normal
3) Payudara:
kanan
5) Putting susu:
f) Abdomen
1) Involusi uteru
1) Perinium utuh
49
2) Kebersihan klien mengatakan cukup mrnjaga kebersihan
3) Lochea
konsistensi cair
h) Eliminasi
i) Ekstremitas
1) Ekstremitas atas:
2) Ekstremitas bawah
1) Pola tidur: klien mengatakan biasanya lama tidur 7-8 jam pada
pola tidur saat ini klien mngatakan klien tidur 6-7 jam
50
2) Keluhan ketidaknyamanan nyeri pada luka pos operasi di
kiri
makan baik
m) Keadaan mental
n) Kemampuan menyusui
51
o) Obat-obatan yang dikonsumsi
B. Analisa data
operasi
- Klien mengatakan
nyeri seperti
berdenyut denyut
- Klien mengatakan
timbul
- Klien mengatakan
Do:
- Sakla nyeri 6
- Klien tampak
52
meringis
hati
gelisah
- Klien mengatakan
operasinya
- Klien mengatakan
melakukan operasi
DO
kaku
- N: 85 x/i
- P : 20x/i
- S : 36,7 c
53
3. DS: Hambatan Nyeri
- Pasien mengatakan
semua aktivitas
perawat
DO :
- Pasien tampak
terbaring di tempat
tidur
leuarga utk
aktivitasnya
54
C. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No Noc Nic
keperawatan
nyeri komprehensif
pencegahan
kebisingan
farmakologi
5. Tingkatkan istirahat
6. Pantau TTV
Analgetic administrasion
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
55
nyeri sebelum
pemberian obat
diperlukan
dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
relaksasi untuk
56
mengurangi 4. Berada disisi klien
yang tidak
kompotitif secara
tepat
6. Identifikasi pada
saat terjadi
perubahan tingkat
kecemasan
verbal kecemasan
Terapi relaksasi
1. Gambarkan
rasionalisasi dan
manfaat relaksasi
mengambil posisi
yang nyaman
57
dengan dengan
mata tertutup
4. Gunakan rlaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
penggunaan obat-
lainnya
mudah keseimbangan
2. Berikan kesempatan
untuk mendiskusikan
58
faktor-faktor yang
mempengaruhi
3. Instruksikan pasien
untuk melakukan
latihan keseimbangan
4. Sesuaikan lingkungan
untuk memfaslitasi
konsentrasi
untuk menstimulasi
mekanisme
keseimbngan
pada latihan
keseimbangan
59
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
- Nadi 87x/i
60
- P 20x/i
- S 36,7 c
P: intervensi dilanjutkan
komprehensif
ketidaknyamanan
mempengaruhi nyeri
5. Meningkatkan istirahat
6. Memantau TTV
61
2 Senin/ 2 8. Menggunakan pendekatan yang tenang Senin/ S:
21-1- 21-1-
2019 dan meyakinkan 2019 - Klien mengatakan cemas dengan keadaan
13. Mengkaji untuk tanda dan verbal dan non P: intervensi dilanjutkan
dan meyakinkan
62
sensasi yang dirasakan
63
mempengaruhi ketakukan akan jatuh O:
10. Menyesuaikan lingkungan untuk - ADLs klien dibantu keluarga dan perawat
12. Memonitor respon pasien pada latihan berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan
64
4. Menyesuaikan lingkungan untuk
memfaslitasi konsentrasi
duduk)
65
No Hari No implementasi Hari Evaluasi
/tgl/jam diagno /tgl/jam
sa
1 Selasa / 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara Selasa / S:
22-1- komprehensif 22-1- - Klien mengatakan masih nyeri pada luka post
6. Memantau TTV
O:
- Skala nyeri 5
66
- Nadi 85x/i
- P 20x/i
- S 36,5 c
P: intervensi dilanjutkan
komprehensif
ketidaknyamanan
mempengaruhi nyeri
5. Meningkatkan istirahat
6. Memantau TTV
67
2 Selasa / 2 1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan Selasa / S:
22-1- 22-1-
2019 meyakinkan 2019 - Klien mengatakan cemas dengan keadaan luka
6. Mengkaji untuk tanda dan verbal dan non 1. Memberikan informasi faktual terkait
68
3. Mengidentifikasi pada saat terjadi
verbal kecemasan
sisi ke sisi untuk menstimulasi mekanisme - Klien tampak miring kanan dan kiri
9. Memonitor respon pasien pada latihan A: Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
69
1. Menginstruksikan pasien untuk
memfaslitasi konsentrasi
duduk)
70
No Hari No implementasi Hari Evaluasi
/tgl/jam
diagno /tgl/jam
sa
1 Rabu / 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara Rabu / S:
23-1- komprehensif 23-1- - Klien mengatakan masih nyeri pada luka post
5. Meningkatkan istirahat O:
- Nadi 79x/i
71
- P 19x/i
- S 36,6 c
P: intervensi dilanjutkan
ketidaknyamanan
9. Meningkatkan istirahat
72
diagnosis, perawatan dan prognosis O:
6. Mengkaji untuk tanda dan verbal dan non 1. Memberikan informasi faktual terkait
verbal kecemasan
73
3. Rabu / 1. Menentukan kemampuan pasien untuk Rabu / S:
23-1- 3 23-1-
2019 berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan 2019 - Klien mengatakan sulit beraktivitas karna nyeri
2. Memberikan kesempatan untuk - Klien mengatakan sudah bisa miring kanan dan
memfaslitasi konsentrasi O:
5. Membantu pasien untuk berdiri (atau - Klien sudah tampak bisa miring kanan dan kiri
duduk) dan menghayun tubuh tubuh dari - ADLs klien dibantu keluarga dan perawat
sisi ke sisi untuk menstimulasi mekanisme A: Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
74
6. Memonitor respon pasien pada latihan 1. Menginstruksikan pasien untuk
memfaslitasi konsentrasi
duduk)
keseimbangan
75
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan studi kasus pada Ny. A dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
di Ruangan Rawat Inap Kebidanan RSUD. Dr. Rasidin Padang dari tanggal 21
Januari 2019, penulis masih menemukan kesenjangan antara teori yang telah
dibahas dan kenyataan yang ada. Meskipun ada kesenjangan ini bukan berarti
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD) selama ini mutunya sangat rendah. Dengan adanya perbedaan antara teori
dan kenyataan yang penulis temukan, bukan berarti semua yang ada tidak
mendekati teori sama sekali. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan teori dari proses keperawatan,
dari pengkajian ini dapat kita lihat perbedaan kasus dengan teori yaitu :
1. Identitas Klien
mendapatkan respon yang baik dari klien dan keluarga, hal ini tidak
2. Riwayat Kesehatan
76
Berdasarkan teori yang telah dibahas pada BAB II makalah ini,
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000
Dini), bayi kembar, faktor hambatan jalan lahir dan kelainan letak
janin.
Pada kasus yang dibahas pada BAB III didapati data yang tidak
jauh berbeda dengan teori pada Ny. A yaitu klien mengatakan klien
Doenges (2011), ialah nyeri akibat ada luka pembedahan, adanya luka
insisi pada bagian abdomen, fundus uterus kontraksi kuat dan terletak
kira – kira 600 – 800 ml, emosi labil / perubahan emosional dengan
77
samar, pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah, status
gejala dari Ketuban Pecah Dini (KPD) yang terjadi adalah keluarnya
atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini
kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah
demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
2012).
Pada kasus Ny. A didapati data tidak jauh berbeda dengan teori
diatas yaitu klien mengatakan keluar air ketuban warna coklat lalu
dibawa ke klinik tempat biasa klien kontrol lalu klien dirujuk ke rumah
sakit RSUD dr Rasidin padang, saat di IGD air ketuban berubah warna
78
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
dengan teori yaitu tidak ada anggota keluarga yang mempunyai atau
3. Pemeriksaan Fisik
yang terdapat pada teori dan sebagian lainnya tidak ditemukan (Nugroho,
2012). Pada teori data – data seperti biasanya pada klien nifas abdomennya
kendor kadang – kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
Head To Toe sesuai dengan teori yang dijelaskan pada BAB II. Karena
data yang bisa ditetapkan dalam menunjang tanda dan gejala pada
penyakit yang diderita klien. Pada kasus ini didapatkan pemeriksaan fisik
fundus uteri 2 jari dibawah pusat, linea nigra ada terlihat, striae ada dan
B. Diagnosa Keperawatan
yaitu:
79
menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau yang cenderung merusak
dapat diangkat karena adanya data – data yang menunjang yaitu klien
hilang timbul, klien mengatakan nyeri 1-5 menit, skala nyeri 6, klien
tampak meringis, klien miring kiri dan kanan tampak berhati – hati dan
yang dirawat dirumah sakit, kecemasan yang sering terjadi adalah apabila
80
lebih banyak. Diagnosa ini di angkat sesuai data – data yang ditemukan
kerusakan pada jaringan tubuh yaitu pada abdomen klien sehingga klien
akan merasakan nyeri pada saat beraktivitas dan dapat menyebabkan klien
data – data yang ditemukan saat pengkajian yaitu klien mengatakan susah
pasien hanya bergerak miring kiri dan kanan dan pasien dibantu oleh
C. Intervensi Keperawatan
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
yang maksimal pada klien dengan penyakit tertentu salah satunya Sectio
Pada teori yang dibahas pada BAB II makalah ini, telah ditulis intervensi
81
muncul pada klien dengan Sectio Caesare dengan indikasi Ketuban Pecah
intervensi yang diterapkan telah sesuai dengan pembahasan teori pada BAB II.
D. Implementasi Keperawatan
Caesare dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruangan Rawat Inap
Kebidanan RSUD. Dr. Rasidin Padang, penulis tidak mengalami masalah atau
ruangan tersebut sebelumnya telah mendekati teori yang ada. Sehingga penulis
dapat menyesuaikan tindakannya dengan teori yang telah ada. Serta dengan
alat – alat medis yang menunjang tindakan keperawatan yang maksimal maka
82
3. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri.
E. Evaluasi Keperawatan
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan pada salah seorang klien dengan
Sectio Caesare dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruangan Rawat
Inap RSUD. Dr. Rasidin Padang, dari tanggal 21 Januari 2019 sampai 27
1. Pengkajian
Pecah Dini (KPD), data yang dikumpulkan adalah identitas klien, tanda –
pemeriksaan fisik, pola kebiasaan sehari – hari, data sosial ekonomi, data
2. Diagnosa Keperawatan
kondisi dan respon klien, sehingga ada diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan tinjauan teoritis dan ada yang tidak sesuai dengan tinjauan teoritis.
84
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
mengatur pola pernafasan dengan tarik nafas dalam, ansietas klien teratasi
B. Saran
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pasien
85
dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) sehingga masalah
Pada Klien Dengan Sectio Caesare dengan indikasi Ketuban Pecah Dini
(KPD).
86