Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT EFUSI PLEURA

DALAM MEMENUHI PERSYARATAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

KELOMPOK 4
1.ARDILA PO7220120 1668
2. ASDISTA SAPUTRI PO7220120 1669
3. MARYANTO PO7220120 1679
4. NOVI LIZA PO7220120 1686
5. PERA TIYA SARTIKA PO7220120 1688
6. RIZKI RAMADHANI PO7220120 1691

PEMBIMBING : DEWI PUSPA RIANDA,SST.,MPH


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PRODI DII-KEPERAWATAN
TAHUN 2021
Konsep Penyakit Efusi
Pleura
DEFINISI

Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam ruang pleura yang


terletak diantara permukaan visceral dan parietal. Proses penyakit
primer jarang terjadi namum biasanya terjadi sekunder akibat dari
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan trasudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Secara normal ruang pelura mengandung sejumlah kecil cairanyaitu
sekitar 5-15 ml yang berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaaan pleura bergerak tanpa adanya friksi
(Ardhi, 2018).
ANATOMI DAN FISI
OLOGI PLEURA

Pleura merupakan struktur pelengkap dari sistem pernapasan yang


berfungsi sebagai struktur penunjang yang dibutuhkan dalam proses
berjalannya sistem pernapasan tersebut. Struktur pelengkap lainnya
yaitu dinding pada dada yang tersusun dari iga dan otot, otot
abdomen, diafragma maupun pleura itu sendiri.

A. Anatomi Pleura
Plaura adalah suatu membrane serosa yang melapisis permukaan
dalam dinding thoraks dibagian kanan dan kiri, melapisi permukaan
superior defragma kanan dan kiri, melapisis mediastinum kjanan dan
kiri (semuanya disebut pleura parietalis), kemudian pada pangkal
paru, membrane serosa ini berbalik melapisis pari (pleura viseralis)
pleura viseralis dapat berinvaginasi mengikuti fisura yang terbagi
pada setiap lobus paru (Darmanto, 2016).
1. Pleura Viseralis
Pleura viseralis adalah pleura yang berapa pada permukaan paru, terdiri dari satu
lapis sel mesothelial yang tipis < 30 µm yang terletak dipermukaan bagian luarnya.
Terdapat sel-sel limfosit yang berada diantara celah-celahnya. Endopleura yang
berisikan fibrosit dan histiosit berada di bawah sel-sel mesothelial, dan dibawahnya
merupakan lapisan tengah berupa jaeringan kolagen dan serah-serat elastis, sedangkan
pada lapisan paling bawah terdapat jaringan interstisial subpleura, didalamnya
banyak mengandung pembuluh darah kapiler.
2. Pleura Parietalis
Pleura parietalis yaitu pleura yang letaknya berbatasan dengan dinding thorax,
memiliki janringan yang lebih tebal yang tersusun dari sel-sel mesothelial dan juga
tersusun dari jaringan ikat seperti kolagen dan elastis. Sedangkan jika pada jaringan ikat
tersebut banyak tersusun kapilar dari intercostalis dan mamaria interna, pada pembuluh
limfe banyak terdapat reseptor saraf sensoris yang sangat peka terhadap rangsangan
rasa sakit dan juga perbedaan temperature. Yang keseluruhannya tersusun dari
intercostalis pada dinding dadad dan alirannya [un akan sesuai dengan dermatom dada.
Sehingga dapat mempermudah dinding dada yang berada di atasnya menempel
dan melepas. Sehingga berfungsi untuk memproduksi cairan pleura.
Kedua lapaisan pleura tersebut seling berkaitan dengan hilus pulmonalis yang
berfungsi sebagai penghubung pleura (ligament pulmonalis). Pada lapisan pleura ini
terdapat rongga yang dinamakan cavum pleura. Cavum pleura memiliki sedikit
kandungan cairan plaura yang berfungsi untuk menghindari adanya gesekan antar
pleura saat sedang melakukan proses pernapasan (Saferi & Mariza, 2013).
B. Fisiologi

Pleura memiliki fungsi mekanik yaitu melanjutkan tekanan negative thorax


kedaerqh paru-paru, sehingga paru dapat mengembang karena elastis. Dalam waktu
isstirahat (resting pressure) tekanan H2O dalam pleura adalah sekitar -2 sampai -5 cm,
sedikit bertambah negative di apex saat dalam posisi berdiri. Saaat inspirasi tekanan
negative dalam pleura meningkat menjadi -25 sampai -35 H2O. selain fungsi
mekanik, rongga pleura steril karena mesothelial mampu bekerja melakukan
fagositesis benda asing dan cairan dalam rongga pleura yang diproduksi bertindak
sebagai lubrikans.
Cairan dalam rongga pleura sangatlah sedikit, sekitar 0,3 ml/kg,
bersifat
hiponkotik dengan konsentrasi protein dalam cairan sekitar 1 gr/dl. Produksi
dan reabsorbsi cairan dorongga pleura kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh
gerakan pernapasan dan gravitasi paru. Lokasi reabsorbsi terjadi pada pembuluh linfe
pleura parietalis dengan kecepatan 0,1 sampai 0,5 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan
produksi dan reabsorbsi maka akan mengakibatkan terjadinya efusi pleura (Saferi &
Mariza, 2013).
Etiologi
Menurut Safari & Mariza (2013) kelebihan cairan pada rongga pleura sedikitnya disebabkan oleh
satu dari 4 mekanisme dasar:
1.Peningkatan tekanan kapiler subpleura atau limfatik
2.Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3.Peningkatan tekanan negative intrapleura
4.Adanya inflamasi atau neoplastic pleura

Menurut Saferi & Mariza (2013) penyebab


efusi pleura adalah:
3. Virus dan mikoplasma
Insidennya agar jarang, bila terjadi jumlahnya tidak banyak. Jenis virusnya yaitu: echo virus,
rikersia, mikoplasma, chlamidia.

2. Bakteri piogenik
Permukaaan pleura dapat ditempeli bakteri yang berasal dari jaringan parenkin paru dan menjalar
secvara hematigen. Contoh:
· Aerol: streptococcus pneumonia, streptococcus mileri, strapylococcus aureus, hemopillus, E.
coli.
3. TB
Terjadi karena komplikasi TB paru melalui fokus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening

4. Fungi
Sangat jarang terjadi, biasanya penjalanan infeksi fungi
dari jaringan paru. Jenis fungsi penyebab pleuritic yaitu:
aktinosmosisi, koksidiomikosis, aspergillus, kriptokokus,
histoplasmosis, blastomikosis. Pathogenesis timbulnya
efusi pleura adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat
terhadap organissme fungsi.

5. Parasite
Parasite yang dapat menginfeksi kedalam rongga pelura
hanya amoeba. Amoeba masuk dalam bentuk
tropozoid setelah melewati parenkim hati menembus
diafragma kemudian ke parenkim paru dan rongga
pleura. Efusi terjadi karena amoeba meinmbulkan
6. Kelainan intraabdominal
Karena berpindahnya cairan yang kaya dengan enzim pancreas ke
rongga pleura melalui saluran getah bening. Efusi disin bersifat
eksudat serosa, tetapi kadang-kadang juga dapat hemoragik. Efusi
pleura juga sering terjadi seletah 48-72 jam pasca operasi abdomen
seperti splenektomi, operasi terhadap obstruksi atau pasca operasi
atelektisis.

7. Gangguan Sirkulasi
a.Gangguan kardiovaskuler seperti gagal jantung
Akibat terjadinya peningkatan tekanan vena sistemik dan tekanan
kapiler pulmonal akan menurunkan kapasitas reabsorbsi pembuluh
darah subpleura dan aliran getah bening juga akan menurun (terhalang)
sehingga filtrasi cairan ke rongga pleura dan paru-paru meningkat

b.Eboli pulmonal
Eboli menyebaabkan turunnya aliran dari arteri pulmonalis sehingga
terjadi iskemia maupun kerusakan parenkin]m paru dan memberikan
peradangan dan menimbulakn efusi yang berdarah (warna merah).
c.Hypoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hypoalbuminemia
speerti sindrom nefrotikm malabsorbsi atau keadaan lain
dengan asites serta anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya
tekanan osmotic protein cairan pleura dibandingkan dengan
tekanan osmitic darah. Efusi yang terjadi kebanykan bilateral
dan cairan berfungsi transudate.

8.Neoplasma
Neoplasma primer ataupun sekunder (metastasis) dapat
menyerang pleura dan menyebabkan efusi pleura. Keluhan
yang paling banyak ditemukan yaitu sesak napas dan nyeri
dada. Gejala yang paling khas adalah jumlah cairan efusi
sangat banyak dan selalu berkumulasi kembali dengan cepat.

9.Sebab-sebab lain
Efusi pleura terjaadi karena trauma yaiitu trauma tumpul,
laserasi, luka tusukjpada dada. Contohnya seperti:
a.Uremia
Salah satu gejala uremia lanjut adalah poliserositis yang
terdiri dari efusi pleura, efusi periferd dan efusi peritoneal
(asites).
Mekanisme penumpukkan cairan ini belum diketahui dengan
jelas
tetapi diketahui dengan timbulnya eksudat terdapat
peningkatan pemeabilitas jaringan pleura.

b. Miksedema
Efusi pleura dan efusi perikard dapat terjadi sebagai bagian
misedema. Efusi dapat terjadi secara tersendiri maupun secara
bersama-sama. Cairan bersifat eksudat dan mengandung
protein dengan konsentrasi tinggi.

c. Limfedema
Limfedema secara kronis dapat terjadi pada tungkai, muka,
tangan, dan efusi pleura yang berulang pada satu asatu kedua
paru. Pada beberapa pasien terdapat juga kuku jari yang berwarna
kekuning-kuningan.
d.Reaksi hipersensitif terdapat obat
Pengobatan dengan nitrofurantoin, metisergid, praktolol kadang-kadang
memberikan radang kemudian menimbulkan efusi pleura.

e.Efusi pleura idiopatik


Pada beberapa efusi pleura walaupun telah dilakukan prosedur diagnostic
secara berulang-ulang (pemeriksaan radiologis, analisis cairan, biopsy pleura)
kadang-kadang masih belum bisa didapatkan diagnostic yang pasti. Keadaan
ini dapat digolongkan dalam efusi pleura idopatik.
Manifestasi klinik

Menurut Saferi & Maliza (2013) gambaran klinis pada efusi pleura
tergantung pada penyakit dasarnya, yaitu:
1.Sesak napas
2.Rasa berat pada dada
3.Bising jantung (pada payah jantung)
4.Lemas yang progresif
5.BB menurut (pada neoplasma)
6.Batuk yang kadang-kadang berdsarah pada perokok (Ca bronkus0
7.Demam subfebril (pada TB)
8.Demam menggigil (pada empyema)
Klasifikasi

Menurut Huda Amin & Kusuma Hardhi (2015) efusi pleura dibagi menjadi 2 yaitu:

1.Efusi Pleura Transudat


Merupakan ultarafiltrat plasme, yang menandkan bahwa membrane pleura tidak terkena
penyakit. Akumulasi cairan disebabkan oleh faktorsistemik yang mempengaruhi
produk dan absorbs cairan pleura seperti (gagal janting kongestif, atelectasis, sitosis,
sindrom nefrotik dan dialysis peritoneum).

2.Efusi Pleura Eksudat


Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh kaapiler yang rusak dan masuk
kedalam paru yang dilapisi pleura tersebut atau kedalam paru terdekat. Kriteria efusi
pleura eksudat:
a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5
b. Rasio cairan pleura dehydrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,5
c. LDH cairan pleura dua pertiga atas batas normal LDH serum.
KOMPLIKAS
I
1. Fibrothoraks 2. Atelectasis 1. Fibrosis

Efusi pleura yang berupa Pada fibrosis paru merupakan


Merupakan pengembngan keadaan patologis dimana
eksudat yang tidak paru yang tidak sempurnya terdapat jaringan ikat paru
ditangani dengan drainage dalam jumlah yang berlebihan.
yang disebabkan oleh
yang baik akan terjadi Fibrosis timbul akibat cara
perlekantan fibrrosa antara
penekanan akibat efusi
perbaikan jaringan sebagia
pleura parietalis dan pleura pleura. lanjutan suatu peroses penyakit
veseralis. Jika fibrothoraks paru yang menimbulkan
peradangan. Pada efusi pleura,
meluas dapat
atelectasis yang berkepanjangan
menimbulkan hambatan dapat mengakibatkan
mekanis yang berat pada penggantian jaringan baru yang
pengupasan (dekortikasi) terserang dengan jaringan
perlu dilakukan untuk fibrosis (Londongsalu, 2017).
memisahkan membrane-
membran pelura tersebut.
PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksannan yaitu:


1. Untuk menemukan penyebab dasar
2.Untuk mencegah penumpukkan cairan kembali
3.Menghilangkan ketidaknyamanan serta dyspnea

Tindakan yang dapat dilakukan yaitu:


1.Torakosintesis
a.Untuk membuang cairan pleura
b.Mendapatkan specimen untuk analisis
c.Menghilangkan dyspnea

2. Pemasangan selang dada atau


drainage
Hal yang dilakukan jika torakosintesis
menimbulkan nyeri, penipisan protein
dan elektrolit.

3. Obat-obaatan
Pemberian antibiotic jika agen penyebab adalah kuman atau bakteri.
Patofisiologi

Efussi pleura disebabkan oleh virus maupun bakteri yang berasal dari parenkim paru kemudia menjalar
secara hematogen kedalam rongga pleura. Efusi pleura dapat terjadi karena trauma yaitu akibat trauma tumpul,
laserasi, luka tususk pada dada. Adanya neoplasma (metastasis) didalam rongga pelura dapat terjadi ffaktor
terjadinya efusi pleura karena mengkibatkan adanya akumulasi cairan secara cwepat didalam rongga pleura.
Pleura parietalis dan viseralis letaknya berhadapan satu sama lain dan hanya dipisahkan oleh
selaput tipis
cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan adanya keseimbangan antara transudasi dari kapiler-
kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral dan parietal dan saluran getah bening. Karena efusi pleura
adalah penumpukan cairan yang berlebih didalam rongga pleura yaitu didalam rongga pelura vicseralis dan
parietalis, menyebabkan tekanan pleura meningkat maka, masalah itu akan menyebabkan penurunan ekspansi
paru sehingga klien akan berusaha untuk bernapas dengan cepat (takipnea) supaya oksigen yang diperoleh
menjadi maksimal. Dari masalah itu dapat disimpulakn bahwea klien dapat terganggu dalam pola bernapasnya.
Ketidakefektifan pola napas adalah suatu kondisi ketika individu mengalami penurunan ventilasi yang actual
atau potensial yang disebabkan oleh perubahan pola napas, diagnosis ini memiliki manfaat klinis yang terbatas,
yaitu pada situasi ketika perawat secara panti dapat mengatasi maslah. Umumnya diagnosis ini ditegakkan untuk
kasus seperti hiperventilasi, Ketidakefektifan pola napas ditandai dengan adanya dyspnea, takipnea, perubahan
kedalaman pernapasan, sianosisi, perubahan pergerkan dinding dada (Somantri, 2012).

Anda mungkin juga menyukai