Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM RESPIRASI : EFUSI PLEURA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Keperawatan


Dosen Pengampu; Bapak Indra Gunawan, S,Kep.,NS.,MSN

Disusun Oleh:
Selma Nursyamsiah ( C2214201115)
2D

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
sehingga kamidapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul gangguan sistem respirasi :
efusi pleura ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah sistem informasi bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini

Tasikmalaya, Desember 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit
primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa
cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Utama, 2018:18).Efusi
pleura menyerang organ respirasi bagian paru. Terutama selaput paru yang disebut pleura.
Selaput ini berfungsi meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam paru-paru, sehingga paru-
paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (resting pressure)
dalam posisi tiduran adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex sewaktu
posisi berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O
(kusnanto, 2016:14).Selain fungsi mekanis, rongga pleura steril karena mesothelial bekerja
melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai
lubrikans. Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik dengan
konsentrasi protein 1 g/dl.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelakaskan asuhan keperawatan pada kasus gangguan respiratori efusi pleura.
2. Sebutkan data pokus pengkajian untuk menegakan secara pasti diagnosa medis pada kasus
diantaranya anamnesa, klis, dan pemeriksaan penunjang.
3. Jelaskan patopisiologi pada kasus teersebut.
4. Berikan satu diagnosa keperawatan prioritas ( SDKI ), dan 2 diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul.
5. Sebutkan tindakan atau intervensi keperawatan ( SIKI ) dan rasional menurut jurnal.

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus gangguan respiratori efusi pleura.
2. Untuk mengetahui data pokus pengkajian untuk menegakan secara pasti diagnosa medis pada
kasus diantaranya anamnesa, klis, dan pemeriksaan penunjang.
3. Untuk mengetahui patopisiologi pada kasus teersebut.
4. Untuk mengetahui satu diagnosa keperawatan prioritas ( SDKI ), dan 2 diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul.
5. Untuk mengetahui tindakan atau intervensi keperawatan ( SIKI ) dan rasional menurut jurnal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Dari Gangguan Respiratori Efusi Pleura


Efusi pleura merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan adanya penumpukan
cairan pada rongga pleura yang berada di permukaan pleura viseral dan pleura parietal. Efusi
pleura adalah penyakit primer yang termasuk jarang terjadi akan tetapi terhadap penyakit lain
efusi pleura merupakan penyakit sekunder. Selain berisi cairan, dalam efusi pleura juga
terdapat penumpukan pus dan darah. Efusi pleura merupakan salah satu penyakit yang dapat
mengancam jiwa (Safari & Marzia, 2013).
Seorang pasien dapat di diagnosa efusi pleura apabila jumlah cairan didalam rongga
pleura berakumulasi melebihi absorbsi cairan pleura. Normalnya, cairan masuk mulai dari
kapiler hingga parietalis. Selain itu cairan juga dapat memasuki rongga pleura mulai dari
ruang interstitium paru hingga ke pleura viseralis atau dari cavum peritoneum melalui lubang
kecil yang ada di daerah diafragma. Saluran limfe memiliki kemampuan penyerapan cairan
sebesar 20 kali lebih besar dari keadaan cairan yang dihasilkan dalam jumlah normal
(Tamsuri, 2008).
1. Anatomi Pleura
Pleura adalah suatu membrane serosa yang melapisi permukaan dalam dinding toraks di
bagian kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma kanan dan kiri, melapisi
mediastinum kanan dan kiri (semuanya disebut pleura parietalis), kemudian pada pangkal
paru, membrane serosa ini berbalik melapisi paru (pleura visceralis) pleura viseralis dapat
berinvaginasi mengikuti fisura yang terbagi pada setiap lobus paru (Darmanto, 2016)
a. Pleura visceralis
Pleura viseralis adalah pleura yang berada pada permukaan paru, terdiri dari satu lapis sel
mesothelial yang tipis < 30µm yang terletak di permukaan bagian luarnya.
b. Pleura Parietalis
Pleura parietalis yaitu pleura yang letaknya berbatasan dengan dinding thorax, memiliki
jaringan yang lebih tebal yang tersusun dari sel-sel mesotelial dan juga tersusun dari jaringan
ikat seperti kolagen dan elastis
2. Fisiologi Pleura
Pleura memiliki fungsi mekanik yaitu melanjutkan tekanan negatif thorax ke daerah
paru-paru, sehingga paru dapat mengembang karena elastis. Dalam waktu istirahat (resting
pressure) tekanan H2O dalam pleura adalah sekitar -2 sampai -5 cm, sedikit bertambah
negatif di apex saat dalam posisi berdiri. Saat inspirasi tekanan negatif dalam pleura
meningkat menjadi -25 sampai -35 H2O. Selain fungsi mekanik, rongga pleura steril karena
mesothelial mampu bekerja melakukan fagositesis benda asing dan cairan dalam rongga
pleura yang diproduksi bertindak sebagai lubrikasi.
B. Manifestasi Klinis Gangguan Respiratori Efusi Pleura
1. Rasa berat pada daerah dada
2. Bising jantung yang disebabkan payah jantung
3. Lemas yang progresif
4. Penurunan berat badan yang disebabkan neoplasma
5. Batuk disertai darah pada perokok yang disebabkan Ca bronkus
6. Demam subfebril yang disebabkan oleh TB Paru
7. Demam menggigil yang disebabkan empyema
8. Asites pada penderita sirosis hati
9. Asites disertai tumor di daerah pelvis yang disebabkan oleh penderita sindrom meig.
C. Patofisiologi Gangguan Respiratori Efusi Pleura
Letak dari pleura viseralis dan pleura parietalis saling berhadapan dan hanya
dipisahkan oleh selaput tipis cairan serosa, lapisan cairan ini memperlihatkan adanya
keseimbangan antara transudasi dan kapiler kapiler pleura dan reabsorbsi oleh vena visceral
dan parietal dan juga saluran getah bening. Karena efusi pleura merupakan pengumpulan
cairan yang berada pada rongga pleura dalam jumlah yang berlebih di dalam rongga pleura
viseralis dan parietalis, sehingga masalah tersebut dapat menyebabkan ekspansi dari paru dan
menyebabkan pasien bernapas dengan cepat (takipnea) agar oksigen dapat diperoleh secara
maksimal. Dari masalah tersebut maka klien mengalami gangguan dalam keefektifan pola
pernapasannya. Ketidakefektifan pola napas merupakan suatu kondisi dimana pasien
mengalami penurunan dalam ventilasi yang aktual atau potensial yang disebabkan oleh
perubahan pola nafas. Umumnya kasus ini ditegakkan pada diagnosa hiperventilasi.
Ketidakefektifan pola nafas ditandai dengan dyspnea, takipnea, perubahan kedalaman
pernapasan, sianosis dan perubahan pergerakan dinding dada (Somantri, 2012).
D. Terapi Diet System Respiratori Efusi Pleura
1. Terapi diet makanan
Tujuan Diet : Meningkatkan asupan makanan agar dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi pasien, emberikan asupan zat gizi yang cukup agar berat badan tidak mengalami
penurunan, emperbaiki gangguan makan pasien seperti kesulitan menelan, mual, muntah dan
anoreksi.
Terapi Diet : TKTP (tinggi kalori dan tinggi protein), bentuk makanan yang deiberikan adalah
lunak, rutenya melalui oral atau mulut dan frekuensi pemberiannya 3 kali makanan utama dan
2 kali makanan selingan.
2. Terapi Antibiotik ; Pada tahap awal pembentukan efusi parapneumonik (gejala ringan, durasi
singkat), pemberian antibiotik empiris yang tepat, berdasarkan usia pasien dan organisme
serta sensitivitas yang umumnya ada di masyarakat, dapat mencegah efusi kecil berkembang
menjadi efusi parapneumonik yang rumit
3. Drainase Tabung Dada ; efusi yang memperbesar atau mengganggu fungsi pernapasan pada
anak yang demam dan tidak sehat memerlukan drainase. Prediktor risiko lain yang
menunjukkan perlunya pemasangan selang dada termasuk nanah pada torakosentesis,
pemeriksaan Gram cairan pleura positif dan temuan kultur, tingkat pH cairan pleura kurang
dari 7, konsentrasi glukosa kurang dari 40 mg/dL, atau kadar LDH lebih dari 1000 IU
4. Drainase Tabung Dada Dengan Pemberian Agen Fibrinolitik ; ketika efusi menjadi
fibrinopurulen dan kemudian terorganisir, chest tube sering menjadi tidak efektif karena
untaian fibrinosa dan lokulasi membagi ruang pleura menjadi beberapa kompartemen.
5. Perawatan Beda ; apakah pembedahan harus menjadi pilihan pengobatan awal atau hanya
dilakukan jika penatalaksanaan medis gagal, masih belum diketahui secara
6. Dekorasi ; dekortikasi adalah operasi toraks besar yang memerlukan torakotomi penuh. Ini
melibatkan torakotomi posterolateral terbuka dan mengangkut semua jaringan fibrosa dari
lapisan pleura visceral, dengan semua nanah yang dikeluarkan dari rongga pleura
7. PPN ; VATS telah muncul sebagai prosedur pilihan untuk mengobati empiema pada anak-
anak dan semakin banyak digunakan sebagai terapi utama. VATS jauh lebih tidak invasif
dibandingkan torakotomi terbuka dan dikaitkan dengan hasil yang lebih baik
8. Mini-torakotomi ; mini-torakotomi melakukan debridement dan evakuasi dengan cara yang
mirip dengan VATS tetapi merupakan prosedur terbuka.
9. Diet dan Aktivitas
a. Diet ; seorang ahli diet harus dikonsultasikan sejak dini pada pasien penderita chylothorax
dan pada pasien dengan efusi pleura dan empiema yang rumit, yang pengobatannya
mungkin berkepanjangan.
b. Aktivitas ; nyeri dan pemasangan chest tube dapat membatasi mobilitas pasien. Analgesia
dapat memperlancar batuk dan membersihkan saluran pernafasan, terutama jika terdapat
proses pneumonia yang mendasarinya.

10. Pathway

E. EVIDANCE BASED PRACTICE

Judul Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Efusi Pleura


Peneliti Arma Lutfiya, Yogi Alfian, Kurniawati, Zuliani
Tahun 2020
Problem Pasien dewasa dengan efusi pleura yang dirawat di unit perawatan intensif
Intervensi Asuhan keperawatan yang mencakup manajemen jalan nafas,pemantauan
pernafasan, dan implementasi tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi yang ditetapkan
Compassion Tidak ada
Outcome Hasil dari implementasi dari pola nafas tidak efektif, menunjukan pada
masalah pernafasan
Time Selama perawatan pasien di unit perawatan intensif mungkin berbeda
tergantung pada kondisi individu
Judul Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi Pleura : Pola Nafas tidak Efektif
dengan Intervensi Posisis Lateral dan Head Up 45o
Peneliti Risma Putri Pradini, Sutiyo Dani Saputro
Tahun 2023
Problem Pasien dewasa dengan efusi pleura yang mengalami dyspnea
Intervensi Melakukan perubahan posisi lateral dengan kepala diangkat 45o
Compassion Tidak ada
Outcome Hasil menunjukan adanya penurunan frekuensi nafas dan peningkatan
saturasi oksigen
Time Tidak ada waktu yang ditentukan dalam melakukan intervensi
Judul Observasi penggunaan Posisi High Fowler pada Pasien Efusi Pleura di
Ruang Perawatan Penyakit Dalam Fresia 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung: Studi Kasus
Peneliti Alvian Pristy, Windiramadhan, Asha Grace Sicilia, Eka Afirmasari, Sri
Hartati, Hesty Platini, Hamidah
Tahun 2020
Problem Populasi dalam jurnal ini merupakan pasien yang mengalami efusi pleura
Observasi pada nilai status pernafasan dan saturasi oksigen terhadap
Intervensi Intervensi tindakan pengaturan positioning yang dilakukan perawat untuk
mengurangi dyspnea
Compassion Pengaruh posisi high Fowler dan orthopneic pada fungsi pernafasan paru,
posisi ini memiliki efek yang berbeda terhadap fungsi ventilisasi
paru pasien PPOK
Outcome Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai status pernafasan
dan saturasi oksigen pada pasien yang telah dilakukan intervensi tindakan
pengaturan positioning untuk mengurangi sesak nafas
Time Intervensi dilakukan selama tiga hari berturut-turut dari tanggal 25-
27November 2019
Judul Akurasi Diagnostik Pemeriksaan Kadar Edonise Deaminase Cairan Pleura
pada Efusi Pleura Tubercolosis
Peneliti Puspa Rospadilla,Widirahardjo,Farjinur Syarani, Erna Mutia
Tahun 2017
Problem Pasien rawat inap dengan efusi pleura yang dicurigai tuberculosis
Intervensi Melakukan pengukuran kadar Adenoise Deaminase (ADA) dalam cairan
pleura
Compassion Tidak ada
Outcome Keakuratan diagnostic kadar ADA dalam membedakan efusi pleura
tuberculosis dari efusi pleura non tuberculosis
Time Tidak ditentukan waktu untuk melakukan intervensi
Judul Intervensi Manajemen Jalan Nafas pada Pasien dengan Bersihan Jalan Nafas
tidak Efektif: Studi kasus
Peneliti Lia Ustami, Furkon Nurhakin
Tahun 2023
Problem Pasien dewasa dengan efusi pleura yang mengalami sesak nafas,nyeri
dada,dan batuk
Intervensi Manajemen jalan nafas selama 3 hari, termasuk monitoring pola nafas,
posisi semi fowle, pemberian oksigen tambahan, kolaborasi pemberiaan
farmakologi, dan terapi batuk efektif
Compassion Tidak ada
Outcome Adanya perubahan dalam status pernafasan dan saturasi oksigen serta
kemampuan pasien untuk melakukan batuj efektif
Time Intervensi dilakukan selama 3 hari dengan penekanan perbaikan pernafasan
dan saturasi oksigen,serta kemampuan melakukan batuk efektif
Judul Asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada NNJ diruang soeparjo roestam RSUD
Prof.Dr.Margono soekardjo purwokerto
Peneliti Intan mustadiroh,Ikit netra w
Tahun 2023
Problem Oasien dengan efusi pleura yang tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
Intervensi Penerapan batuk efektip selama 3 hari
Compassion Tidak ada
Outcome Hasil menunjukan adanya kemampuan batuk efektip dalam membantu
adnaya ketidak efektipan pembersihan jalan nafas
Time Intervensi dilakukan selama 3 hari
Judul Penerapan Batuk Efektif untuk Mengatasi Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas pada Pasien Efusi Pleura di Ruang Baitul Izza 1 Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang
Peneliti Yulianti,Siti
Tahun 2019
Problem Pasien dengan efusi pleura
Intervensi Batuk efektif
Compassion Tidak ada
Outcome Penerapan batuk efektif untuk mengatasi masalah ketidakefektifan
pembersihan jalan pernafasan teratasi sebagian
Time untuk mengatasi ketidakefektifan pembersihan jalan napas sebanyak 2-3 kali
agar lebih maksimal
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS EFUSI PLEURA

1. Kasus Asuhan Keperawatan


Seorang laki-laki berusia 60 tahun, dirawat di Rumah Sakit. Hasil pengkajian didapatkan
riwayat pengobatan TB tidak tuntas. Pada pemeriksaan menunjukkan pasien mengeluh
sesak, Ronkhi (+) di lobus dekstra inferior, pengembangan dada tertinggal, terpasang
CTT. Kedua kaki pasien edema +3, oliguria (+). TTV : TD 100/80 mmHg, frekuensi
napas : 14x/menit. Hasil thoraks foto menunjukan terdapat cairan pada lobus paru dekstra
± 1000 ml . Perawat akan melakukan perawatan selang CTT/WSD, pada saat melakukan
perawatan perawat lupa mengklem selang CTT.
2. Pengkajian
a. Identitas Pasien dan penanggung jawab
1). IdentitasPasien
Nama : TN. A
Usia : 60 tahun
Jeniskelamin : laki laki
Tempat tanggal lahir :
Agama : Islam
Alamat : Gn. Pancuran, Kec. Cihideung
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan :-
Pendidikan Terakhir : SD
Tanggal Masuk : 21 Oktober 2023
Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2023
2). Identitas Penanggungjawab
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
Alamat :
Hubungan dg pasien :
3). Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak.
4). Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang :
Sebelum dibawa ke fasilitas kesehatan pasien pernah mengalami TB Paru dan
pengobattan TB Paru tidak tuntas. Saat di bawa ke paslitas kesehatan dilakukan
pengkajian pada tannggal 22 Okotober 2023 pasien mengatakann sesak, ronkhi
meningkat dilobuus dektra inverior, penngembangan dada tertinggal, dan terpasang
CTT. Pasien juga tampak kakinya edema +3, polinguria meningkat.
Terapi atauu tindakann yang akan dilaukan oleh perawat yaitu perawatan selang CTT
atau WSD.
 Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien pernah di diagnose TB Paru Dan Pengobatan TB Paru tidak tuntas.
 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang mengidap penyakit serupa dengan
yang diderita oleh pasien.
5). Data Biologis :
 Penampilan umum :
klien tampak pucat dan tampak sesak nafas.
 Activity Daily Living
ADL Sebelumsakit Saatsakit
Nutrisi
a.makan
-jenis menu Nasi, laukpauk Nasi, laukpauk
-frekuensi 3kali/hari 3kali/hari
-porsi 1 porsi 1 porsi
-pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan
-keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
b.minum
-jenis menu Air putih Air putih
-frekuensi 1600ml 1600ml
-porsi 8 gelas 8 gelas
-pantangan Tidakadapantangan Tidakadapantangan
-keluhan Tidakadakeluhan Tidakadakeluhan
Istirahat dan tidur
a.malam
-berapa jam 8 jam 8 jam
-dari jam s/d 21.00-05.00 21.00-05.00
-kesukarantidur Tidakada sesak
b.siang
-berapa jam 2 jam 2 jam
-dari jam s/d 12.30-14.30 12.30-14.30
-kesukarantidur Tidakada sesak

Eliminasi
a.BAK
-frekuensi 5x/hari 5x/hari
-jumlah -+ 800cc -+ 800cc
-warna Kuningjernih Kuningjernih
-bau Khas Khas
-kesulitan Tidakada Tidakada
b.BAB
-frekuensi 1x/hari 1x/hari
-konsistensi Lembek Lembek
-warna Kuningkecoklatan Kuningkecoklatan
-bau khas khas
Personal Hygine
a.mandi
frekuensi 2x/hari 2x/hari
memakaisabun 2x/hari 2x/hari
keramas 2hari sekali 2hari sekali
gosokgigi 2x/hari 2x/hari
b.berpakaian
gantipakaian 2x/hari 2x/hari
Mobilitas dan
aktivitas
-aktifitas mobilitas Mandiri Mandiri
-kesulitan Tidakada sesak
 Pemeriksaan Fisik :
-TTV
TD: 100/80mmHg
Nadi: 80x/menit
Nafas: 14x/menit
- Kepala
Inspeksi, kepala simetris, tidak ada lesi,penyebaran rambut
merata,kebersihan rambut baik,tidak ada alovesia,warna rambut hitam
Palpasi, tidak teraba benjolan.
- Mata
Inspeksi, bentuk kedua mata simetris, warna lensa hitam, konjungtiva
ananemik, sclera anikterik, luas pandang baik
Palpasi, tidak teraba benjolan.
- Telinga
Inspeksi, kedua telinga simetris,kebersihan telinga baik, tidak ada lesi,
Palpasi, tidak teraba benjolan.
Auskultasi, pendengaran klien baik.
- Hidung
Inspeksi, bentuk hidung simetris,kebersihan hidung baik, pasien tampak
sesak, nafas 14x/menit.
Palpasi, tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung.
- Mulut
Inspeksi, bibir simetris,tampak pucat ,gigi kekuningan
Palpasi, mukosa bibir kering.
- Leher
Inspeksi, bentuk leher simetris,warna kulit merata, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi, tidak teraba benjolan, tidak teraba pembesaran kelenjar
tyroid,nadi karotis teraba dengan jelas
- Dada
Inspeksi, tampak sesak, pengembangan dada tertinggal,tampak pergerakan
dinnding dada lambat, tidak ada lesi, warna kulit merata, rontgen
menunjukan terdapat cairan pada lobus paru dekstra-+1000ml
Palpasi,
Perkusiperkusi paru redup , perkusi jantung dullnes
Auskultasi, suara nafas tambahan ronchi
- Abdomen
Inspeksi, warna kulit merata, diafragma melambat (nafas 14x/menit)
Auskultasi, bising usus terdengar
Palpasi, tidak ada lesi
Perkusi, tidal ada nyeri tekan pada bagian perut
- Ekstremitas bawah
Inspeksi, kaki simetris, integrase kulit baik, bersih, kedua kaki bengkak +3
Palpasi, tidak ada nyeri, dorsalis pedis teraba jelas
Perkusi, reflex normal
- Ekstremitas atas
Inspeksi, tangan simestris, integritas kulit baik, warna kulit merata
Palpasi, nadi radialis teraba jelas, nadi brahialis teraba jelas
Perkusi, reflex normal
- Genetalia
Inspeksi kebersihan baik, oliguaria meningkat
6). Data psikososial dan spiritual :
Pasien tampakpucat, lemah dan tidak bergairah, pasien selalu meminta kesembuhan
kepada Allah.
7). Data penunjang
JENIS HASIL NILAI NORMAL INTERPRETASI
PEMERIKSAAN
RONTGEN terdapat cairan pada lobus 10-20 ML Meningkat
paru dekstra ± 1000 ml ( Syahruddin et al,
2009 )
8). Terapi yang diberikan
Jenis Terapi Manfaat Efek Samping
Chenst tube Mengalirkan cairan atau 1.tabung bergerser tidak sengaja.
thoracostomy udara ( Pneumuthorax ) 2.infeksi atau pperdaraahan ketika tabung
( CTT ) yang beelebihan dicelah dimasukan.
paru ( rongga Pleura ) 3.Terjadi pemumpukan nanah.
4.Cedera paru yang menyebabkan sulit
bernafaas.
5.Cedera organ dekat tabung.
6.Kompilkasi serius.
7.Perdarahan pada ruang pleural.
8.Cedera paru dan diafragma.
9.Paru-paru colaps saat tabung dilepas.
10. Emboli paru-paru.

3. Analisa data
Symptom Eiologi Problem
DS; Abses amoeba subfrenik yang Pola Nafas
-pasien mengatakan sesak. menembus rongga pleura Tidak Efektif
| ( D 0005 )
-pasien mengatakan ada Pembentukan cairann berlebih
tambahansuara nafas ronchi. ( transudat, eksudat, hemoragis)
-pasien mengatakan |
Penumpukan cairan pada rongga
perkembangan dada tertinggal. pleura
DO; |
-pasien tampaksesak. Penurunan ekspansi paru
|
-terdengar ronki meningkat di Sesak nafas
lobus dektrainferior. |
-respirasi 14 x/menit. Penurunan suplai o2
|
-TD 100/80 mmHg.
Pola nafas tidak efektif
-hasil rontgen terdapat lobus
dektra kurang lebih 1000 ml.
DS: Abses amoeba subfrenik yang Resiko
-pasien mengatakan terpasang menembus rongga pleura Infeksi
|
CTT. Pembentukan cairann berlebih ( D 0142 )
DO: ( transudat, eksudat, hemoragis)
-Pasien tampak terpasang |
Penumpukan cairan pada rongga
CTT. pleura
|
Drainase
|
Resiko tinggi pada tindakan
drainase dada
|
Resiko Infeksi
DS ; yang menembus rongga pleura Intoleransi
-pasien mengatakan sesak. | Aktivitas
Pembentukan cairann berlebih
-pasien mengatakan terpasang ( transudat, eksudat, hemoragis) ( D 0056 )
CTT. |
-pasien mengatakan kaki Penumpukan cairan pada rongga
pleura
bengkak. |
DO ; Penurunan ekspansi paru
-pasien tampak sesak. |
Sesak nafas
-pasien mengatakan susah |
beraktivitas. Penurunan suplai o2
|
Kelemahan.kelelahan
|
Intoleransi aktivitas

4. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas ( d.d :
DS;- Pasien mengatakan sesak.pasien mengatakan ada tambahansuara nafas
ronkhi.
- Pasien mengatakan perkembangan dad tertinggal.
DO; -pasien tampaksesak.
-terdengar ronki meningkat di lobus dektrainferior.
-respirasi 14 x/menit.
-TD 100/80 mmHg.
-hasil rontgen terdapat lobus dektra kurang lebih 1000 ml.
b. Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasive d.d:
DS:-pasien mengatakan terpasang CTT.
DO:-Pasien tampak terpasang CTT.
c. Intoleransi aktivitas terganggu b.d kelemahan d.d :
DS ; -pasien mengatakan sesak.
-pasien mengatakan terpasang CTT.
-pasien mengatakan kaki bengkak.
DO ; -pasien tampak sesak.
-pasien mengatakan susah beraktivitas.
-pasien tampak lemah dan kelelahan
5. Intervensi Keperawatan
RencanaTindakan
DiagnosaKeperawatan
Kriteria hasil Intervensi Rasional
Pola nafas tidak Setelah Tindakan;pemantauan 1.dapat
efektif b.d hambatan dilakukan respirasi. dijadikan
upaya nafas d.d tindakan ( I 01014 ) acuan untuk
DS; keperawatan Obsevasi tindakan
-pasien mengatakan selama 1x24 jam -memonitor fekuensi keperawatan.
sesak. diharapkan pola irama kedalaman dan
- pasien mengatakan nafas pasien upaya nafas. 2.
ada tambahansuara membaik dengan -memonitor pola nafas mengetahui
nafas ronkhi. criteria hasil : Terapetik adanya
- pasien mengatakan ( L 01004 ) -mengatur interval gangguan
perkembangan dad 1.fekuensi nafas pemantauan respirasi atau suara
tertinggal. membaik. sesuai kondisi pasien tambahan
DO; 2.tidak ditemukan -mendokumentasikan pada pola
-pasien pola nafas hasil pemantauan. nafas.
tambahan.
tampaksesak. Edukasi Terapeutik
-terdengar ronki -menjelaskan dan 1. dapat
meningkat di lobus prosedur pemantauan dijadikan
dektrainferior. -meninformasikan acuan untuk
-respirasi 14 hasil pemantauan. tindakan
x/menit. keperawatan
-TD 100/80 mmHg. 2. menjadi
-hasil rontgen bahan
terdapat lobus dektra evaluasi
kurang lebih 1000 Edukasi
ml. 1.meminimali
sir pertayaan
dari pasien
2.memberika
n informasi
Resiko infeksi b.d Setelah Tindakan;perawatan Observasi
efek prosedur dilakukan selang dada 1.. dapat
invasive d.d: tindakan (I 01022 ) dijadikan
DS: keperawata Observasi acuan untuk
-pasien mengatakan n 1x24jam -identifikasi indikasi tindakan
terpasang CTT. diharapkan pemasangan selang keperawatan
DO: pola tidur dada. 2.menghindar
-Pasien tampak membaik -monitor fungsi posisi i selang
terpasang CTT. dengan dan kepatenan aliran terlepas atau
criteria selang. bocor
hasil : Terapetik Terapeutik
( LL 14137 -klem selang saaat 1.mengindari
) penggatian tabung. emboli paru
1.diharapk -melakukan 2. mengindari
an tdaik perawataan diarea penyebaran
terdapat pemasangan selang. infeksi
infeksi Edukasi Edukasi
pada pad -jelaskan prosedur 1.meminimali
daerah pemasangan selang. sir
6. Implementasi keperawatan

Diagnosa keperawatan Hari / waktu Implementasi


Pola nafas tidak efektif Minggu, 22 Tindakan : Pemantauan Respirasi
b.d hambatan upaya Okotober ( I 01014 )
nafas. ( D 0005 ) 2023
09.00 Obsevasi
-memonitor fekuensi irama kedalaman dan
upaya nafas.
Hasil: nafas 14x/menit
-memonitor pola nafas
Hasil : suara nafas tambahan ronchi
Terapetik
-mengatur interval pemantauan respirasi
sesua kondisi pasien
Hasil: pasien sesak r14x/menit
-mendokumentasikan hasil pemantauan
Hasil: mencatat di buku status pasien
09.20 Edukasi
-menjelaskan dan prosedur pemantauan
Hasil: pasien memahami prosedur tindakan
-meninformasikan hasil pemantauan.
Hasil: menyampaikan frekuensi nafas pasien
14x/menit
Resiko infeksi b.d efek Minggu, 22 Tindakann ; perawatann selang dada
prosedur invasive. Okotober ( I 01022 )
( D 0142 ) 2023
10.00 Observasi
-menidentifikasi indikasi pemasangan selang
dada.
Hasil: terdapat cairan di lobus desktra -
+1000ml
-memonitor fungsi posisi dan kepatenan
aliran selang.
Hasil: fungsi selang normal
10.15 Terapetik
-mengklem selang saaat penggatian tabung.
Hasil: perawat lupa tidak mengkelm
-melakukan perawataan diarea pemasangan
selang.
Hasil: kondisi selang bersih
10.30 Edukasi
-jelaskan prosedur pemasangan selang.
Hasil: pasien mengerti dengan prosedur
tindakan
-ajarkan cara perawatan selang.
Hasil: pasien mampu memahami dan
menerima cara dari perawat
-ajarkan mengenali tanda tanda infeksi.
Hasil: pasien mengetahui tanda tanda bila
terjadi infeksi
Intoleransi aktivitas Minggu, 22 Tindakan : terapi aktivitas ( I 05186 )
b.d kelemahan. Okotober
( D 0056 ) 2023
10.50 - Observasi
-mengidentifikasi kemampuan berpartisivasi
dalam aktivitas tertentu.
Hasil: pasien terbaring dan hanya mampu
melakukan aktivitas ringan karena sesak
-monitor respon emosional fisik social dan
spiritual terhadap aktivitas.
Hasil: pasien tampak kesulitan karena sesak
nafas
11.00 Terapetik
-fasilitasi aktivtas fisik rutin.
Hasil: misalnya untuk berjalan psien bisa
menggunakan kursi roda
-libatkan keluarga dalam aktivitas
Hasil: keluarga membantu dalam aktivitas
pasien
11.15 Edukasi
-anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisivasi dalam
aktivitas.
Hasil: pasien lebih bersemangan dan ingin
segera sembuh
7. Evaluasi keperawatan

DiagnosaKeperawatan Evaluasi
Pola nafas tidak efektif 22 Oktober 2023
b.d hambatan upaya S: pasien mengatakan masih ada sesak
nafas. ( D 0005 ) O: pasien diposisikan semi fowler
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
Resiko infeksi b.d efek 22 Oktober 2023
prosedur invasive. ( D S: pasienmengatakan sulit tidur karena mengalamisesak
0142 ) dan batuk.
O: keadaan lingkungan pasien cukup baik.
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi di lanjutkan
Intoleransi aktivitas b.d 22 Oktober 2023
kelemahan. S: pasien mengatakan masih ada sesak
( D 0056 ) O: pasien terbaring dan hanya mampu melakukan aktivitas
ringan karena sesak
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Istilah efusi pleura mengacu pada cairan yang melimpah pada rongga pleura.
Pecahnya membrane kapiler dan aliran cepat protein plasma dan cairan ke dalam
rongga disebabkan oleh infeksi beresiko tinggi atau infeksi pada permukaan rongga
pleura.
B. SARAN
Sebagai perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien
yang menderita gangguan oksigenasi,termasuk pasien yang menderita efusi pleura.
Perawat harus bertindak sebagai educator,memberikan pilihan atau memberikan
instruksi kepada pasien dan keluarga, khususnya seputar efusi pleura dan terapi yang
bias dilakukan untuk penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alvian Pristy, Windiramadhan, Asha Grace Sicilia, Eka Afirmasari, Sri Hartati, Hesty
Platini, Hamidah2020.” Observasi penggunaan Posisi High Fowler pada Pasien Efusi
Pleura di Ruang Perawatan Penyakit Dalam Fresia 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung: Studi Kasus”.Jurnal Perawat Indonesia 4(1):329.doi:10.32584/jpi.v4il.446.
Rosfadilla,Puspa,Fajrinur Syarani, Ema Mutiara,2017.”Akurasi Diagnostik Pemeriksaan
Kadar Edonise Deaminase Cairan Pleura pada Efusi Pleura Tubercolosis”. J Respir
Indo 37(4):278-82.
Arma Lutfiya, Yogi Alfian, Kurniawati, Zuliani,2020.” Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Efusi Pleura”.Jurnal EDUNursing 4(2):103-9.
Risma Putri Pradini, Sutiyo Dani Saputro,2023.” Asuhan Keperawatan pada Pasien Efusi
Pleura : Pola Nafas tidak Efektif dengan Intervensi Posisis Lateral dan Head Up
45o”.Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Lia Ustami, Furkon Nurhakin,2023.” Intervensi Manajemen Jalan Nafas pada Pasien dengan
Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif: Studi kasus”. SENTRI: Riset Jurnal
Ilmiah.doi:10.55681/sentry.v2i7.1176.
Mustadiroh, Intan. "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MEDIS EFUSI PLEURA
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA NN.
I DI RUANG SOEPARJO ROESTAM RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO." Jurnal Inovasi Penelitian 4.5 (2023): 991-996.
Yulianti,Siti(2019) .”PENERAPAN BATUK EFEKTIF UNTUK MENGATASI
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN EFUSI PLEURA
DI RUANG BAITUL IZZA 1 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG”. Tesis Diploma, Universitas Islam Sultan Agung.

Anda mungkin juga menyukai