Anda di halaman 1dari 5

EFUSI PLEURA

A. DEFINISI
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura (Hokanson Hawks
J.B, 2014).
Efusi pleura pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral & parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Huda & Kusuma, 2015).

B. ANATOMI FISIOLOGI

Pleura merupakan memberan serosa yang melingkupi parenkim paru,


mediastinum, diagfragma serta tulang iga yang terdiri dari pleura viseral dan pleura
perietal. Rongga pleura terisi sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura
tersebut sehingga memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses
respirasi. Cairan pleura berasal dari pembuluh – pembuluh kapiler pleura, ruang
interstitial paru, kelenjar getah bening intratoraks, pembuluh darah intratoraks dan rongga
peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh perbedaan tekanan antara pembuluh –
pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai hukum Starling serta kemampuan
eliminasi cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura parietal. Tekanan pleura
merupakan cermin tekanan di dalam rongga thoraks. Perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses respirasi. Karakteristik pleura
seperti ketebalan, komponen selular serta faktor – faktor fisika dan kimiawi penting
diketahui sebagai dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dan gangguan proses
respirasi.
Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang
embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional dan bersifat memungkinkan
organ yang diliputinya mampu berkembang, mengalami retraksi atau deformasi sesuai
dengan proses perkembangan anatomis dan fisiologi suatu organisme. Pleura viseral
membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk fisura interlobaris, sementara pleura
parietal membatasi dinding dada yang tersusun dari otot dada dan tulang iga, serta
diagfragma, mediastinum dan struktur servikal.
Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan vaskularisasi. Pleura
viseral diinervasi saraf – saraf otonom dan mendapat aliran darah dari sirkulasi pulmoner,
sementara pleura parietal diinervasi saraf – saraf interkostalis dan nervus frenikus serta
mendapat aliran darah sistemik. Pleura viseral dan pleura parietal terpisah oleh rongga
pleura yang mengandung sejumlah tertentu cairan pleura.

C. PATHOFLOWDIAGRAM
Terlampir

D. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena peningkatan
aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dispneu akan semakin
meningkat pula
2. Water Seal Drainage (Tube Thoracostomy)
Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum pleura berisi cairan
abnormal dengan botol sebagai perangkat WSD yang nantinya akan menarik
keluar isi cairan abnormal yang ada di dalam cavum pleura dan mengembalikan
cavum pleura seperti semula, menyebabkan berkurangnya kompresi terhadap paru
yang tertekan dan paru akan kembali mengembang.
3. Thoracocentesis
Modalitas terapi yang bekerja dengan cara melakukan aspirasi menggunakan
jarum yang ditusukkan biasanya pada linea axillaris media spatium intercostalis 6.
Aspirasi dilakukan dengan menggunakan jarum dan spuit, atau dapat juga
menggunakan kateter. Aspirasi dilakukan dengan batas maksinal 1000 – 1500cc
untuk menghindari komplikasi reekspansi edema pulmonum dan pneumothoraks
akibat terapi.
4. Pleurodesis
Modalitas terapi yang bekerja dengan cara memasukkan substansi kimiawi pada
dinding bagian dalam pleura parietal, dengan tujuan merekatkan hubungan antara
pleura visceral dan pleura parietal. Dengan harapan celah pada cavum pleura akan
sangat sempit dan tidak bisa terisi oleh substansi abnormal. Dan dengan harapan
supaya paru yang kolaps bisa segera mengembang dengan mengikuti gerakan
dinding dada.

E. DISCHARGE PLANNING
1. Pre Op
a) Anjurkan jika mengalami gejala – gejala seperti sesak nafas, nyeri dada
segera lapor ke perawat
b) Jelaskan prosedur sebelum pembedahan
2. Post Op
a) Anjurkan untuk mobilisasi bertahap
b) Anjurkan untuk meniup balon untuk mengetahui ekspansi paru maksimal
atau tidak
c) Menjaga kebersihan daerah luka post WSD
d) Anjurkan posisi semifowler
e) Anjurkan diit TKTP
f) Anjurkan untuk tidak merokok dan minum minuman beralkohol
g) Minum obat sesuai dosis yang diberikan
h) Kontrol sesuai jadwal

DAFTAR PUSTAKA
Huda Nurarif, A., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda NIC - NOC. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.

Hokanson Hawks, J. B. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil
yang Diharapkan, Edisi Bahasa Indonesia Edisi 8, Hal 319 - 324. Singapore: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai