EFUSI PLEURA
OLEH :
113063J122007
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah dengan masalah Efusi Pleura ini
telah dikonsulkan dan disetujui
Mengetahui
EFUSI PLEURA
I. Konsep Teori
a. Anatomi & Fisiologi
Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura (Adita, 2015; Tika, 2020).
1. Trakea
Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang
tabung yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah
tabung berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci
panjang dan lebar 1 inci.
2. Bronkus
Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian
kirakira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi
bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek
lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis
sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas
dan bawah.
3. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis
yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini
kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran
transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam
pertukaran gas.
4. Pleura
Parietal dan Pleura Visceral Pleura yang bagiannya menempel
dengan dinding dalam rongga dada disebut pleura parietalis dan bagian
yang melekat dengan paru-paru disebut pleura visceralis. Sebetulnya
pleura ini merupakan kantung yang dindingnya berisi cairan serosa yang
berguna sebagai pelumas sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara
dinding rongga dada dan paru-paru terjadi gesekan pada waktu respirasi.
5. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa
bagian yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus
inferior) dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior,
lobus medius dan lobus inferior).
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura yang
membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum.
Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :
1. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada
permukaan pulmo.
2. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding
thoraks. Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus
pulmonis sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung).
Di antara kedua lapisan 12 pleura ini terdapat sebuah rongga yang
disebut dengan cairan pleura. Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat
sedikit cairan pleura yang berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura
ketika proses pernapasan. (Wijaya & Putri, 2013).
Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga lobus
terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri terdiri dari
2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru disebut apeks
yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut basal. Paru-paru
dilapisi oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya, permukaan rongga pleura
berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu
rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada
rongga kosong diantara kedua pleura, karena biasanya sekitar 10-20 cc cairan
yang merupakan lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur.
Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura
tersebut mudah bergeser satu sama lain.
Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan tersebut
akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke
mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura
parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura
oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu, rongga
pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya begitu
sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin, 2011).
b. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain
(Nurarif et al, 2015).
Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan peningkatan
cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah selaput tipis yang
melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding dada di luar paru-paru.
Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara lapisan pleura. Biasanya, jumlah
cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam ruang pleura yang memungkinkan
paru-paru untuk bergerak dengan lancar dalam rongga dada selama pernapasan
(Philip, 2017).
Rongga pleura dalam keadaan normal berisi sekitar 10 – 20 ml cairan
yang berfungsi sebagai pelicin agar paru dapat bergerak dengan leluasa saat
bernapas. Akumulasi cairan melebihi volume normal dan menimbulkan
gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura parietal dan viseral tidak
mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura viseral
atau sebaliknya yaitu apabila produksi cairan melebihi kemampuan penyerapan.
Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat disebabkan oleh beberapa
kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di paru atau organ luar paru.
c. Etiologi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan
kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau
keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012)
:
1. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik
2. Peningkatan permeabilitas kapiler
3. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
4. Peningkatan tekakanan negative intrapleura
5. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura
6. Penyebab efusi pleura: Infeksi dan non infeksi
- Infeksi : tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus,
dan abses sufrenik
- Non infeksi : karsinoma paru, karsinoma pleura (primer dan sekunder),
karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung (gagal
jantung), perikarditiskonstriktiva, gagal hati, gagal ginjal,
hipotiroidisme, kilotoraks, dan emboli paru.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragi.
1. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal
jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena
kava superior, tumor dan sindrom meigs.
2. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,
radiasi dan penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru
dan tuberculosis.
d. Menifestasi klinis
Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena
pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan
banyak, penderita akan sesak nafas.
2. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
3. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).
5. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu
dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada
auskulasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
Menurut Saferi & Mariza (2013), tanda dan gejala yang ditimbulkan dari
efusi pleura yang berdasarkan dengan penyebabnya adalah:
1. Sesak napas
2. Rasa berat pada daerah dada
3. Bising jantung yang disebabkan payah jantung
4. Lemas yang progresif
5. Penurunan berat badan yang disebabkan neoplasma
6. Batuk disertai darah pada perokok yang disebabkan Ca bronkus
7. Demam subfebril yang disebabkan oleh TB Paru
8. Demam mengigil yang disebabkan empyema
9. Asites pada penderita serosis hati
10. Asites disertai tumor di daerah pelvis yang disebabkan oleh penderita
sindrom meig.
e. Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa efusi pleura merupakan salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas tertinggi terkait penyakit pulmonal. Namun,
data mengenai insidensi pasti efusi pleura pada dasarnya sulit ditentukan karena
efusi pleura hanyalah manifestasi dari penyakit yang mendasarinya.
Secara Global, menunjukkan sebanyak 1.5 juta kasus atau sekitar 5 % dari
populasi Amerika Serikat mengalami efusi pleura setiap tahunnya. Efusi pleura
paling banyak disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia bakterial,
keganasan, dan emboli paru. Insidensi efusi pleura diyakini setara antara pria
dan wanita, meskipun 2/3 kasus efusi pleura akibat keganasan muncul pada
wanita, umumnya terkait kanker payudara.
f. Patofisiologi
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis
dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 10 cc
- 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur. Cairan
yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura
tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi
oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena
adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid
pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan
hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang
memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya
banyak mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga
pleura tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi.
Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah
bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan
meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga
pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui
focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat
juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga
atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang-
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang dominan adalah sel-sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena
adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi pleura dapat
menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama pernapasan tidak
teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada asimetris, dada yang
lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal - hal diatas
ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura yang diakibatkan infeksi
tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun (Nair
& Peate, 2015).
Pathway
g. Pemeriksaan penunjang
Menurut Darmanto (2016), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada pasien efusi pleura antara lain sebagai berikut :
1. Gambaran Rontgen
Kelainan pada foto rontgen PA baru akan terlihat jika akumulasi
cairan pleura mencapai 300 mL. Pada mulanya, cairan berkumpul pada
dasar hemitoraks di antara permukaan inferior paru dan 21 diafragma
terutama disebelah posterior, yaitu sinus pleura yang dalam. Jika cairan
pleura terus bertambah banyak, maka cairan akan menuju ke atas yaitu ke
daerah paru yang cekung dan mencapai ke bagian atas. Diafragma dan
sinus kostofrenikus tidak akan terlihat jika cairan pleura mencapai 1000
mL. jika pada foto PA efusi pleura tampak tidak jelas maka dapat
dilakukan foto lateral decubitus.
2. Pemeriksaan Mikroskopik dan Sitologi
Jika dalam cairan pleura disapatkan sel darah putih sebanyak
>1000/mL, keadaan tersebut menunjukan empyema. Neutrophil
menunjukan kemungkinan adanya pneumonia, infark paru, tuberculosis
paru fase awal, atau pankreatitis. Limfosit dalam jumlah banyak mengacu
pada tuberculosis, limfoma maupun keganasan. Jika pada torakosintesis di
dapat banyak eosinophil maka tuberculosis dapat disingkirkan.
3. Pemeriksaan kimia pH
Selain pemeriksaan mikroskopik dan sitology dilakukan,
pemeriksaan lainnya adalah dengan pemeriksaan kimia dan pH. Yang di
periksa adalah glukosa, amylase dan enzim-enzim lainnya.
4. Bronkoskopi
Pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk
membantu menemukan penyebab efusi pleura. 18 g.
5. Torakotomi
Biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab efusi
pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada. Namun,
pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)
1. Tirah baring
Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena
peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga
dispneu akan semakin meningkat pula.
2. Thoraksentesis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif
seperti nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter
perlu dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah
cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya baru
dapat dikalkukan 1 jam kemudian.
3. Antibiotic
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya
infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.
4. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat
melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan
mencegah cairan terakumulasi kembali.
5. Water seal drainage (WSD)
Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang
menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum
pleura atau rongga pleura.
i. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang terjadi karena efusi pleura :
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan
drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis
dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika
fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat
pada jaringan - jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran -
membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang
disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat
jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat
cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru
yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang 19
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan
ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar
dan mengakibatkan kolaps paru.
5. Empiema
Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang
mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi yang
menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah dalam
rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas bir atau
lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas dan rasa
sakit (Morton,2012).
2. Diagnosa Keperawatan
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi pleura
sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan (PPNI,
2017):
(2) Objektif
(c) Gelisah
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(g) Diaforesis
Infeksi
Nair, M., & Peate, I. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan Edisi 2. Jakarta: Bumi
Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.
Jakarta: Media Action Publishing.
PHILIP ENG Respiratori medical clinic. (2017). philipeng.com. Dipetik April22, 2017,
dari philipeng.com.sg:http://www.philipeng.com.sg/ms
/conditions/pleural-effusion/
Syahruddin, E., Hudoyo, A., Arief, N., Pulmonologi, D., & Respirasi, K. (2009). Efusi
Pleura Ganas Pada Kanker Paru. J Respir Indo, 29(4), 1-9.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Yovi, I., Anggraini, D., & Ammalia, S. (2017). Hubungan karakteristik dan Etiologi
Efusi Pleura di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. J Respir Indo, 37(2), 135-144.