Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anatomi dan fisiologi Abdomen dan Pelvis Wanita

a. Anatomi Abdomen

Abdomen adalah suatu rongga yang dilapisi oleh lapisan

peritoneum baik organ maupun dindingnya. Lapisan peritoneum yang

melapisi rongga abdomen disebut peritoneum parietal dan yang

melapisi semua organ dalam abdomen di sebut peritoneum visceral.

Adapun organ-organ yang terdapat dalam rongga abdomen di

golongkan sebagai berikut :

1) Organ Traktus Digestivus (Syaifuddin, 2002)

Organ abdomen yang berhubungan dengan traktus digestivus


adalah sebagai berikut :

a) Gaster (lambung)

b) Usus Halus (Jejunum dan Ileum)

c) Usus Besar (Sekum, Kolon Ascenden, Appendiks, Kolon

Transversum, Kolon Descenden, Rectum, dan Anus.

2) Pelengkap Organ Digestivus (Syaifuddin, 2002)

Ada 3 organ yang melengkapi organ digestivus yaitu :

a) Pankreas

b) Hati

c) Kandung Empedu

8
9

A11
18 1all Keterangan:
2 1. Diafragma
17 2. Esofagus
3
3. Lambung
16
4. Kaliks kiri
15 4 5. Pankreas
6. Kolon Descenden
5 7. Kolon
14 6
Transversum
8. Usus Halus
7
9. Kolon Sigmoid
13 8
10. Kandung Kencing
9 11. Appendiks
12
12. Sekum
10
11 13. Ilium
14. Kolon Ascenden
15. Kandung
Empedu
16. Liver
17. Lobus Kanan
18. Lobus Kiri

Gambar 2.1 : Rongga Abdomen Bagian Depan (Syaifuddin,2002)

3) Sistem Urinaria (Syaifuddin, 2002)

Sistem urinaria terdiri dari Ginjal,Ureter, Vesika urinaria, uretra.

4) Sistem Tractus Genitalis

Traktus genitalis yang terletak dalam rongga panggul kecil. Alat

kelamin luar terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,

klitoris, vestibulum vagina, himen, orifisium vagina,

bulbovestibularis (bulbus vaginalis), dan glandula vestibularis

(Syaifuddin, 2002)
10

Keterangan :
1. Tuba falopi
2. Fimbriae
3. Ovary
4. Uterus
5. Bladder
6. Pubic Bone
7. Uretra
8. Crura
9. Clitoris
10. Urinary Opening
11. Labia Majora
12. Cervix
13. Rectum
14. Vagina
15. Approximate location
of Gspot
16. Anus
17. Hymen
18. Vaginal Opening
19. Labia minora
Gambar 2.2 Potongan Median Pelvis Wanita (Syaifuddin, 2002)

Keterangan :
1. Tuba Falopi
2. Ovary
3. Uterus
4. Cervix
5. Vagina

Gambar 2.3 Organ Genitalia wanita bagian dalam (Sloane, 2003)

a) Tuba Falopi adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari

ovarium ke kavum uteri. Panjangnya rata-rata 11-14 cm. Tuba

falopii ada 2 bagian, mulai dari sisi pelvis ke sudut superior lateral

uterus. Tuba falopii terdiri dari, pars interstiasialis, pars ismika,

pars ampularis, dan infundibulum.


11

b) Ovarium merupakan kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus

terikat oleh ligamentum uterus. ovarium berhubungan dengan

uterus melalui ligamentum ovarii propium, terletak pada lapisan

belakang ligamentum latum. Sebagian besar ovarium terletak

pada intraperitonial dan tidak dilapisi oleh peritonium. Bagian

ovarium yang berada didalam kavum peritonii dilapisi oleh

epotelium kubik silindrik, disebut epitelium germinativum. Di

bawah epitel ini terdapat tunika albugenia dan di bawah tunika

albugenia ditemukan lapisan banyak folikel. Folikel ini merupakan

bagian ovarium yang terpenting, dapat ditemukan di korteks ovarii

dengan beragam tingkat perkembangan. Satu sel telur dikelilingi

oleh satu lapisan sel – sel saja sampai folikel de Graaf matang.

Folikel yang matang terisi dengan liquor folikuli yang mengandung

estrogen dan siap berovulasi (Syaifuddin, 2002).

c) Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah

alpokat atau buah pir yang sedikit gepeng terletak dalam rongga

pelvis reltum dan kandung kemih. Uterus terdiri dari fundus uteri,

korpus uteri, dan serviks uteri.

d) Vagina merupakan penghubung antara genetalia eksterna dengan

genetalia interna. Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan di

belakang 9,5 cm. Sumbunya berjalan kira – kira sejajar dengan

arah tepi bawah simfisis ke promontorium.

2. Patofisiologi Tumor Ovarium

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol,

mempunyai kemampuan untuk menginvasi dan bermetastasi. Kanker


12

ovarium terjadi ketika sel – sel pada ovarium berubah dan tumbuh tidak

terkendali. Banyak jenis tumor yang bisa berawal dari ovarium. Ada tumor

yang menyebabkan kanker atau tidak. Beberapa jenis tumor juga bisa

keluar dari ovarium dan menyebar kebagian tubuh lainnya.

Kanker ovarium berasal dari sel-sel yang menyusun sel ephithelial,

sel germinal, dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat

berasal dari metastesis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan

sel kanker colon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium.

Klasifikasi kanker ovarium yaitu, terdiri dari :

a. Tumor epithelial

Tumor ini berkembang dari permukaan luar ovarium, umumnya jenis

tumor yang berasal dari ephitelial adalah jinak, karsinoma adalah

tumor ganas dari ephithlial ovarium (EOC’s : Ephitelial Ovarium

Carsinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering (85-90 %) dan

penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran

tumor ephithelial yang secara mikrospkopis tidak jelas teridentifikasi

sebagai kanker dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor

berpotensi ganas.

b. Tumor Germinal

Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau sel

telur, umumnya tumor ini adalah jinak meskipun beberapa menjadi

ganas. Bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma,

dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan

tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20

tahun. Sebelum era kombinasi kemoterapi, harapan hidup satu tahun


13

kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10-19 %

sekarang ini 90% pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan

dengan fertilitas dapat dipertahankan.

c. Tumor Stromal

Tumor stromal berasal dari jaringan penyokong. Jenis tumor ini jarang

ditemukan, bentuk yang didapati berupa tumor techa dan tumor sel

sartolileydig termasuk kanker dengan derjad keganasan yang rendah.

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus

keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium

merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita.

Pada umumnya kanker ovariun ditemukan pada stadium lanjut.

Tumor membesar dan menyebar keorgan sekitranya tanpa keluhan.

Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-

diam namun mematikan (silen killer). Kanker ovarium umumnya baru

menimbulkan keluhan apabila telah menyebar kerongga peritonium, pada

keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan seringkali

tidak menolog. Penderita akan meninggal karena mainutrisi dan obstruksi

usus halus akibat tumor intraperitonial.

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.

keluhan yang timbul berhubungan dengan meningkatkan massa tumor,

penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa

tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering

berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul

adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek

akibat efusi pleura dan asites yang massif (Ghahramanfard, 2009).


14

3. Dasar MSCT Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer

dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan

adanya detektor. Di dalam komputer terjadi proses pengolahan dan

perekonstruksian gambar dengan penerapan prinsip matematika atau

yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algorithma. Setelah proses

pengolahan selesai, maka data yang telah diperoleh berupa data digital

yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan ke layar

monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor selanjutnya

diubah menjadi data analog untuk ditampilkan ke layar monitor. Gambar

yang ditampilkan dalam layar monitor berupa informasi anatomis irisan

tubuh.

Pada CT-Scan prinsip kerjanya hanya dapat menggambarkan tubuh

dengan irisan melintang tubuh. Namun dengan memanfaatkan teknologi

komputer maka gambaran aksial yang telah didapatkan dapat direformat

kembali sehingga sehingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblik.

diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari objek tersebut (Rasad, 2000).

a. Perkembangan CT Scan

Setelah Godfrey Hounsfield dari EMI Limited London dan

James Ambrosse dari Atkinson Morley ‘s Hospital mulai

memperkenalkan CT-Scan pada tahun 1970 di London Inggris, maka

CT-Scan mengalami perkembangan yang cukup pesat. CT-Scan pada

masa tersebut hanya dapat menggambarkan kepala dengan waktu

pemeriksaan yang cukup lama. Pada periode-periode selanjutnya

CT-Scan mengalami berbagai pembaharuan, dimulai dari CT-Scan


15

generasi II hingga CT-Scan generasi ke IV. Pada prinsipnya

pembaharuan tersebut terletak pada fungsi pemeriksaan dan waktu

pemeriksaan yang semakin singkat.

Pada tahun 1990, CT-Scan mengalami kemajuan yang cukup

penting, yaitu mulai diperkenalkannya CT Helical atau CT-Spiral.

Keunggulan dari alat ini waktu eksposi yang semakin singkat. CT

Helical menggunakan metode Slip ring yang pada prinsipnya

menggantikan kabel-kabel tegangan tinggi yang terpasang pada

tabung sinar-X di dalam gantry yang disertai dengan pergerakan

meja. Dengan metode ini, tabung sinar-X dapat berotasi secara terus

menerus sambil mengeksposi pasien yang bergerak secara sinkron.

Prinsip itulah yang dikenal dengan spiral. Di dalam CT Helical dikenal

prinsip single slice. Perbedaan utama dari kedua prinsip ini terletak

pada jumlah jalur detektor yang berpengaruh pada lamanya

pemeriksaan dan resolusi gambar yang dihasilkan (Rasad, 2000)

b. Komponen CT Scan

1) Gantry

Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan

meja tersebut dapat bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari

beberapa perangkat keras yang keberadaannya sangat diperlukan

untuk menghasilkan suatu gambaran. Perangkat keras tersebut

antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.

2) Tabung Sinar-X

Berdasarkan strukturnya tabung sinar-X sangat mirip dengan

tabung sinar-X konvensional, namun perbedaannya terletak pada


16

kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi.

Panas yang cukup tinggi dengan elektron-elektron yang

menumbuknya. Ukuran fokal spot yang cukup kecil (kurang dari 1

mm) sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.

3) Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi

jumlah sinar-X yang sampai ke tubuh pasien serta untuk

meningkatkan kualitas gambar, tidak seperti pada pesawat

radiografi konvensional. CT-Scan menggunakan 2 buah kolimator.

Kolimator pertama diletakkan pada rumah tabung sinar-X yang

disebut pre pasien kolimator dan kolimator yang kedua diletakkan

antara pasien dan detektor yang disebut per detektor kolimator atau

post pasien kolimator. Sedangkan pada MSCT atau Multislice CT

Scan menggunakan banyak detector dan mengambil gambar lebih

cepat.

4) Detektor

Selama eksposi, berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan

mengalami perlemahan (attenuasi). Sisa-sisa foton yang telah

terattenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektor

menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi dengan

detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil yang

disebut sinar output analog. Sinyal ini besarnya sebanding dengan

intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan penyerapan detektor

yang tinggi akan berakibat kualitas gambar yang dihasilkan menjadi


17

lebih optimal. Detektor memiliki 2 tipe yaitu detektor solid stete dan

detektor irisan gas.

5) Meja Pemeriksaan (Couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan

pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan

adanya bahan ini maka sinar-x yang menembus pasien tidak

terhalangi jalannya untuk menuju detektor. Meja ini harus kuat dan

kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama

meja bergerak ke dalam gantry.

6) Sistem Konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. CT-Scan generasi

awal masih menggunakan 2 sistem konsul yaitu untuk

pengoperasian CT-Scan sendiri dan untuk perekaman dan

pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memiliki banyak

kelebihan dan banyak fungsi.

Gambar 2.4. Sistem Konsul (Seeram, 2009)


18

a) Sistem Kontrol

Pada bagian ini petugas dapat mengontrol parameter-

parameter yang berhubungan dengan beroperasinya CT-Scan

seperti pengaturan kV, mA dan waktu scanning, ketebalan

irisan (Slice thickness), dan lain-lain. Juga dilengkapi dengan

keyboard untuk memasukkan data pasien dan pengontrol

fungsi tertentu dalam komputer.

b) Sistem Pencetakan Gambar

Setelah gambar CT-Scan diperoleh, gambaran tersebut

dipindahkan dalam bentuk film. Pemindahan ini

menggunakan kamera multi format. Cara kerjanya yaitu

kamera merekam gambaran di monitor dan memindahkannya

ke dalam film. Tampilan gambaran di film dapat mencapai 2-

24 gambar tergantung ukuran film (biasanya 8 x 10 inchi atau

14 x 17 inchi).

c) Sistem Perekaman Gambar

Merupakan bagian penting yang lain dari CT-Scan. Data

pasien yang telah ada disimpan dan dapat dipanggil kembali

dengan cepat. Biasanya sistem perekaman ini berupa disket

optik dengan kemampuan penyimpanan sampai ribuan

gambar. Ada pula yang menggunakan magnetic tape dengan

kemampuan penyimpanan data hanya sampai 200 gambar

(Tortorici, 1995 )
19

Keterangan :
1. Gantry
2. Gantry Aperture
3. Patient table / couch

Gambar 2.5. Komponen CT Scan (Seeram , 2009)

Keterangan :
1. High Voltage Generator
2. X-Ray Tube
3. Detectors

Gambar 2.6. Gantry House (Seeram, 2009)

c. Parameter CT Scan

Gambaran pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas-

berkas sinar-X yang mengalami perlemahan serta menembus objek,

ditangkap detektor, dan dilakukan pengolahan di dalam komputer.

Penampilan gambar yang baik tergantung dari kualitas gambar yang

dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat

dimanfaatkan dalam rangka untuk menegakkan diagnosa.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam CT-Scan dikenal

beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar

yang optimal.
20

1) Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari

objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 - 10 mm

sesuai dengan keperluan klinis. Pada umumnya ukuran yang

tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah,

sebaliknya yang tipis akan menghasilkan gambaran dengan detail

yang tinggi (Seeram, 2001)

2) Range

Range atau rentang adalah perpaduan atau kombinasi dari

beberapa slice thickness. Sebagai contoh untuk CT-Scan thorax,

range yang digunakan adalah sama yaitu 5-10 mm mulai dari

apeks paru sampai diafragma. Pemanfaatan dari range adalah

untuk mendapatkan ketebalan irisan yang sama pada satu

lapangan pemeriksaan.

3) Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA)

dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih

secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan. Namun kadang-

kadang pengaturan tegangan tabung diatur ulang untuk

menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentangnya

antara 80 – 140 kV). Tegangan tabung yang tinggi biasanya

dimanfaatkan untuk pemeriksaan paru dan struktur tulang seperti

pelvis dan vertebra. Tujuannya adalah untuk mendapatkan


21

resolusi gambar yang tinggi sehubungan dengan letak dan struktur

penyusunnya

4) Field of View (FoV)

Field of View adalah maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada

rentang 12-50 cm. FoV yang kecil maka akan mereduksi ukuran

pixel (picture element), sehingga dalam proses rekonstruksi

matriks gambarannya akan menjadi lebih teliti. Namun, jika ukuran

FoV terlalu kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk

keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.

5) Gantry tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang

vertikal dengan gantry (tabung sinar-x dan detektor). Rentang

penyudutan –250 sampai + 250. Penyudutan dari gantry bertujuan

untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang harus

dihadapi. Di samping itu, bertujuan untuk mereduksi dosis radiasi

terhadap organ-organ yang sensitif seperti mata.

6) Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom pada

picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar.

Pada umumnya matriks yang digunakan berukuran 512 x 512

(5122) yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks ini

berpengaruh terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan.

Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusi

yang akan dihasilkan.


22

7) Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis

(algorithma) yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Hasil

dan karakteristik dari gambar CT-Scan tergantung pada kuatnya

algorithma yang dipilih. Sebagian besar CT-Scan sudah memiliki

standar algorithma tertentu untuk pemeriksaan kepala, abdomen,

dan lain-lain. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih, maka

semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan

adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan

jaringan-jaringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar

monitor.

8) Window Width

Window Width adalah rentang nilai computed tomography

yang akan dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam

TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar

melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan

dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai

computed tomography. Nilai ini mempunyai satuan HU (Hounsfield

Unit) yang diambil dari nama penemu CT-Scan kepala pertama

kali yaitu Godfrey Hounsfield (Seeram, 2001).

Dasar pemberian nilai ini adalah air dengan nilai 0 HU. Untuk

tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai + 3000 HU.

Sedangkan untuk kondisi udara nilai ini adalah air dengan yang

dimiliki – 1000 HU. Diantara rentang tersebut merupakan jaringan

atau substansi lain dengan nilai berbeda-beda pula tergantung


23

pada tingkat perlemahannya. Dengan demikian penampakan

tulang dalam monitor menjadi putih dan penampakan udara hitam.

Jaringan dan substansi lain akan dikonversi menjadi warna abu-

abu yang bertingkat yang disebut Gray Scale. Khusus untuk darah

yang semula dalam penampakannya berwarna abu-abu dapat

menjadi putih jika diberi media kontras Iodine.

9) Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang

digunakan untuk penampakan gambar. Nilainya dapat dipilih

tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur objek yang

diperiksa. Window level ini menentukan densitas gambar yang

akan dihasilkan (Bontrager, 2001).

d. Proses pembentukan gambar pada MSCT Scan

Pembentukan gambar oleh MSCT terdiri atas tiga tahap yaitu

akuisisi data, rekonstruksi gambar, dan tampilan gambar, manipulasi,

penyimpanan, perekaman, dan komunikasi (Seeram, 2001)

1) Akuisisi Data

Keterangan :
1. X Ray Tube
2. Collimation
3. High Voltage Generator
4. Control Systems
5. Fan Beam
6. Detector dan DAS

Gambar 2.7 Data akuisisi geometri untuk MSCT (Seeram, 2009)


24

Akuisisi data berati kumpulan hasil peghitungan transmisi

sinar X setelah melalui tubuh pasien. Sekali sinar X menembus

pasien, berkas tersebut diterima oleh detektor khusus yang

menghitung nilai transmisi atau nilai atenuasi (penyerapan)

(Seeram, 2001).

2) Rekonstruksi Data

Setelah detektor mendapatkan perhitungan transmisi yang

cukup, data dikirim ke komputer untuk proses selanjutnya.

Komputer menggunakan teknik matematika khusus untuk

merekonstruksi gambar CT pada beberapa tahap yang dinamakan

rekonstruksi algoritma. Sebagai contoh, rekonstruksi algoritma

yang dipakai oleh Hounsfield dalam mengembangkan CT Scan

pertama dikenal dengan algebraic reconstruction technique

(Seeram, 2001).

3) Tampilan Gambar, Manipulasi, Pemyimpanan, Perekaman, dan

Komunikasi

Setelah komputer melakukan proses rekonstruksi gambar,

hasil gambar tersebut bisa ditampilkan dan disimpan untuk

nantinya dianalisis ulang. monitor bersatu denga konsul kontrol

yang memungkinkan radiografer (operator konsul) dan radiologis

(physician konsul) memanipulasi, menyimpan, dan merekam

gambar. Manipulasi gambar menjadi populer pada CT. Gambar

irisan axial bisa dijadikan irisan coronal, dan sagital serta paraxial

(reformat). Gambar juga bisa di beri perlakuan smoothing


25

(melembutkan), edge enhancement, manipulasi gray scale dan

proses tiga dimensi (Seeram, 2001).

Pada CT, komunikasi bermakna transmisi elektronik data

berupa tulisan dan gambar dari CT Scan ke alat lain seperti laser

printer, diagnostic workstation, layar monitor di radiologi, intensive

Care unit (ICU), kamar operasi dan trauma di Rumah Sakit, serta

komputer di luar Rumah Sakit. Terdapat protokol standar yang

digunakan dalam komunikasi CT Scan yaitu digital imaging and

communication in medicine (DICOM). Bagian CT saat ini

beroperasi dalam lingkungan Picture Archiving And

Communication System (PACS) yang memungkinkan perpindahan

data dan gambar CT antar alat di Radiologi. Sistem ini juga bisa

dikoneksikan dengan Radiology Information System (RIS) dan

Hospital Information System (HIS) (Seeram, 2001).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Citra CT Scan

Kualitas citra dalam radiologi menurut Bushberg (2003) dan Neseth

(2000) harus dapat memperhatikan citraan anatomi yang sesuai dan

dapat memberikan nilai akurasi diagnostik yang tinggi, sedangkan

menurut Bontrager (2001) kualitas citra meliputi semua faktor yang

berhubungan dengan akurasi dengan menampakan struktur dan jaringan

ke dalam radiograf atau citra.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kualitas citra CT Scan adalah

spatial resolusi, kontras resolusi, noise dan artefak (Bushberg, 2003).


26

a. Spasial Resolusi

Spasial resolusi adalah kemampuan untuk dapat membedakan

obyek yang berukuran kecil dengan densitas yang berbeda pada latar

belakang yang sama (Seeram, 2001). Spasial resolusi berpengaruh

pada kualitas citra. Spatial resolusi dipengaruhi oleh beberapa faktor di

CT yaitu collimation, slice width (ketebalan), interval rekonstruksi

(increment), dan gerak pasien

b. Kontras Resolusi

Menurut Seeram (2001) dan Bushberg (2003), kontras resolusi

adalah kemampuan untuk membedakan suatu penampakan obyek-

obyek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil yang dipengaruhi

oleh faktor eksposi, slice thickness, FOV dan rekonstruksi

algorithma/filter kernel.

Faktor eksposi dan slice thickness berpengaruh langsung

terhadap jumlah foton sinar X yang digunakan untuk menghasilkan

citra CT Scan sehingga berpengaruh terhadap signal to noise ratio

(SNR) dan kontras resolusi (Bushberg, 2003).

c. Noise

Menurut Seeram (2001) noise adalah fluktuasi (standar deviasi)

nilai CT number pada jaringan atau materi yang homogen. Noise akan

mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise maka kontras

resolusi akan menurun (Bushberg, 2003). Faktor yang berpengaruh

terhadap noise adalah faktor eksposi, detektor dan slice thickness.

Konsep image noise dapat diilustrasikan dengan menggunakan

isometrik display seperti gambar 2.8 (Bushberg, 2002).


27

Gambar 2.8. Konsep image noise digambarkan panjang isometrik,


gambaran image noise rendah ditunjukkan pada gambar kiri
dengan noise yang rendah dapat meningkatkan kualitas gambar.
d. Artefak

Secara umum artefak adalah kesalahan citra (adanya sesuatu

dalam citra) yang tidak ada hubungannya dengan obyek yang

diperiksa. Dalam CT Scan artefak sering didefinisikan sebagai

pertengahan/perbedaan antara rekonstruksi CT number dalam citra

dengan koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari obyek yang

diperiksa (Seeram, 2001)

1) Streak Artifact

Streak artifact adalah artefak yang berupa garis-garis yang

disebabkan oleh pergerakan pasien, beam hardening, metal dan

adanya obyek di luar FOV.

2) Shading Artifact

Shading artifact dapat disebabkan oleh pergerakan obyek dan

beam hardening.

3) Ring Artifact

Ring artifact adalah artefak yang berupak garis lingkaran yang

disebabkan oleh adanya kerusakan detektor.

4) Partial Volume Artifact


28

Partial volume adalah artefak yang disebabkan adanya dua

jaringan atau materi yang berbeda CT number dalam satu pixel.

5. Teknik Pemeriksaan CT Abdomen

a. Pengertian

CT-Scan Abdomen adalah suatu pemeriksaan radiologi dengan

menggunakan pesawat CT-Scan baik dengan atau tanpa

menggunakan media kontras guna mengetahui kelainan atau

penyakit pada organ yang berada dalam rongga abdomen. (Neseth,

2000) Perut berisi organ-organ dari sistem gastrointestinal, urin,

endokrin, dan reproduksi. CT scan abdomen dapat dilakukan untuk

menilai perut dan organ-organnya untuk tumor dan lesi lainnya, luka-

luka, perdarahan intra-abdomen, infeksi, sakit perut yang tidak dapat

dijelaskan, penghalang, atau kondisi lainnya, terutama saat

pemeriksaan jenis lain, seperti Sinar-X atau pemeriksaan fisik, tidak

konklusif.CT scan abdomen juga dapat digunakan untuk

mengevaluasi efek pengobatan pada tumor abdomen. Penggunaan

CT abdomen lainnya adalah memberikan panduan untuk biopsi dan /

atau aspirasi jaringan dari perut.

1) Indikasi Patologi Abdomen Pelvis (Bontrager, 2001)

a) Tumor di Prostate, Servix, Urinary bladder, Ovary, lymphoma,

matastasic lesionsof the liver, GI tract, kidney, spleen,

pancreas

b) Batu ginjal

c) Lymphadenopathy

d) Aneurisma
29

e) Hemangioma

f) Nefroblastoma

g) Abses

h) Trauma

2) Kontra Indikasi (Neseth, 2000)

a) Alergi terhadap bahan kontras

b) Kadar ureum dan kreatinin tinggi

c) Hidronefrosis

d) KUB

3) Media Kontras (Neseth, 2000)

a) Iopamiro

b) Urografin

4) Persiapan Alat dan Bahan (Seeram, 2009)

a) Unit whole body CT-Scan

b) Air Mineral

c) Iodine

d) Barium Sulfat

e) Injector

f) Syring

g) Neadle 18/19/21

h) Air minum 200-400 cc

5) Persiapan Pasien (Seeram, 2009)

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien memerlukan persiapan

terlebih dahulu, yaitu :


30

a) 1 hari sebelum pemeriksaan disarankan untuk tidak makan

makanan yang berserat dan hanya makan bubur kecap.

b) Sebelumnya telah menjalani pemeriksaan laboratorium guna

mengetahui kadar ureum dan kreatinin dan melakukan tes

GFR (Glomerular Filtration Rate).

c) Malam hari sebelum pemeriksaan, pasien minum obat

pencahar (urus-urus) untuk membersihkan usus.

d) Pasien tidak boleh makan sebelum pemeriksaan selesai.

6) Prosedur Pemeriksaan (Seeram, 2009)

a) Menjelaskan kepada pasien tentang prosedur pemeriksaan CT

Scan, area yang akan dilakukan scanning dan memberi

informasi durasi pemeriksaan

b) Menjelaskan kepada pasien untuk tidak bergerak selama

pemeriksaan berlangsung karena akan mempengaruhi

penurunan kulitas gambar.

c) Memberikan instruksi pernafasan.

d) Mempersilahkan pasien ganti baju dan buang air terlebih

dahulu sebelum pemeriksaan

e) Jika kontras sedang diberikan, jelaskan alasan mengapa

pemeriksaan yang dilakukan menggunakan media kontras.

dan tanyakan kepada pasien apakah pasien menderita alergi.

jelaskan juga bahwa selama media kontras masuk kedalam

tubuh pasien akan merasa tidak nyaman terutama dengan

menggunakan injector.
31

f) Pasien supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi food

first.

7) Scan Parameter (Seeram, 2009)

a) Arus tabung : 80 mA

b) Tegangan tabung : 120 KV

c) Scan field : 390 mm

d) Scan time : 5 – 10 second

e) Pitch : 15 mm

f) Collimation : 0,6 mm

g) Interval : 10 – 15 mm pada daerah yang

normal 5 – 8 mm pada daerah kelainan

h) Range : Diafragma sampai krista illiaka

i) Potongan : Axial, coronal, dan sagital

j) Arteri Phase : 20-30 s

k) Vena phase : 70-80 s

l) Delay Phase : 70 s

8) Gambaran Scanogram Abdomen

Gambar 2.9 scanogram Abdomen


32

9) Kriteria Radiograf dan Topogram (Anderson, 2017)

Pada kasus tumor massa, dibuat foto sebelum dan sesudah

pemasukan media kontras.

a) Irisan Axial Pelvis

4 contoh irisan axial CT-Scan dari abdomen pelvis

i. irisan Axial 1

Keterangan :

a) inferior gastric
b) rectus abdominis
c) linea alba
d) small bowel
e) left external iliaca a
f) left external iliaca v
g) superior gluteal
h) gluteus minimus
i) gluteus medius
j) gluteus maximus
k) ilium
l) sacroiliac joint
m) left internal iliac v
n) left internal iliac a
o) sacrum
p) sigmoid colon
q) psoas m
r) iliacus m
s) appendix
t) linea semilunaris

Gambar 2.10 irisan axial (Anderson,2017)


33

ii. irisan axial 2 Keterangan :

a) left internal iliac


b) piriformis m
c) left ovary
d) sacrum
e) uterus
f) right external iliac
g) right external iliac
h) small bowel, ileum
i) anterior superior iliac
j) linea semilunaris
k) rectus abdominis
l) linea alba
m) inferior epigastric
n) sigmoid colon
o) liopsoas
p) ilium
q) gluteas minimus
r) gluteus medius
s) gluteus maximus

Gambar 2.11 irisan axial (Anderson,2017)

iii. Irisan Axial 3 Keterangan :

a) Sigmoid colon
b) Linea alba
c) Rectus abdominis m
d) Linea semilunaris
e) Iliopsoas m
f) Ilium
g) Gluteus minimus m
h) Gluteus medius m
i) Gluteus maximus m
j) Left internal iliac a ad v
k) Left ovary
l) Uterus
m) Sacrum
n) Rectosigmoid colon
o) Piriformis m
p) Right external iliac v
q) Right external iliac a
r) Inferior epigastric a and v

Gambar 2.12 irisan axial (Anderson,2017)


34

iv. Irisan Axial 4 Keterangan ;

a) Linea semilunaris
b) Rectus abdominis m
c) Sigmoid colon
d) Linea alba
e) Inferior epigastric a and
v
f) Round lig
g) Sartorius m
h) Liopsoas m
i) Anterior inferior iliac
spine
j) Gluteus minimus m
k) Gluteus medius m
l) Gluteus maximus m
m) Left ovary
n) Left internal
o) Uterus
p) Rectum
q) Sacrum
r) Piriformis m
s) Right ovary
t) Ilium
u) Right external iliac v
v) Right external iliaca

Gambar 2.13 irisan axial 4 (Anderson,2017)

6. Rekonstruksi Increment

Rekonstruksi increment merupakan jarak antara gambar-gambar

yang telah direkonstruksi pada data volume. Pengaturan increment sering

dilakukan untuk menghasilkan gambaran overlaping yang biasa

digunakan pada reformat dan 3D. Increment mempunyai efek yang

sangat signifikan terhadap volume averaging (Romans, 2011). Jika nilai

rekontruksi increment yang semakin rendah, maka kualitas gambar

meningkat, tetapi dengan konsekuensi meningkatkan waktu untuk

prosesing gambar, kebutuhan penyimpan gambar dan waktu pembaca

untuk dokter (Brink, 1994).


35

Menurut Joel A, Gross .et al (2001) mengatakan bahwa rekonstruksi

increment yang kecil mempunyai keuntungan yaitu mampu meningkatkan

kualitas citra pada multiplanar reformation dan mendeteksi tumor kecil.

Pada helical CT, rekonstruksi increment dapat dilakukan tanpa

menambah dosis pasien, dibandingkan dengan konvensional CT. Praktik

klinik menunjukan bahwa terdapat peningkatan deteksi tumor sebesar

10% dengan menggunakan overlaping 50% sebanding dengan increment

yang berimpit. Ketika menggunakan overlaping 50%, 33% tumor lebih

dapat diidentifikasikan dengan baik. Sedangkan pada increment yang

tidak berimpit, tumor yang kecil tidak dapat dievaluasi dengan baik karena

kurangnya data volume.

Semakin kecil increment, resolusi longitudinal z (axis) lebih besar

(Joel A, Gross .et al 2001) sehingga data volume semakin bertambah,

jumlah slice semakin banyak dan mampu menghasilkan kualitas citra

yang baik dan memberikan detail struktur anatomi yang tinggi.

Penggunaan pitch yang kecil diperlukan untuk mendapatkan hasil seluruh

data volume, yang dapat digunakan saat post prosesing gambar pada

multiplanar reformation. Sehingga semakin kecil pitch akan memberikan

spatial resolution yang tinggi. Dengan CT Scan spiral, rekontruksi

increment cross-sectional dapat diperoleh tanpa menambah waktu

scanning atau radiasi. Misalnya, jika dipindai dengan colimasi 8 mm,

rekonstruksi increment bisa dipilih menjadi 4 mm (Fishman, 2004)


36

Gambar 2.14 ilustrasi increment (siemens medical 2003)

Citra CT Scan merupakan citra dari irisan sebuah objek pada

ketebalan objek tersebut. Jika pada satu irisan terdapat dua atau lebih

densitas yang berbeda, maka citra tersebut merupakan representasi dari

irisan tersebut. Hal ini disebut partial volume effect (Brooker, 1986).

Slice thickness yang lebih tipis akan mengurangi partial volume artefak

(Seeram, 2001 ; Bushong, 2000).

2MM SLICE 2MM SLICE 2MM


SLICE

2MM INCREMENT 1MM INCREMENT 4MM


INCREMENT

CONTIGUOUS 50% OVERLAP 100% GAP

Gambar 2.15. Proses rekonstruksi increment aksial


(SiemensMedical,2003)
37

Reformat gambar pada MPR terdapat proses rekonstruksi

increment. Rekonstruksi increment ada tiga cara yaitu increment

overlapping, increment contiguous dan increment gap. Dimana pada

pengaturan increment overlapping dibuat lebih kecil dari ukuran slice

thicknessnya. Untuk increment contiguous harus dibuat sama dengan

ukuran slice thickness nya. Sedangkan increment gap dibuat lebih besar

dari ukuran slice thickness nya.


38

B. Kerangka Teori

Anatomi Tumor Ovarium

Abdomen

Pemeriksaan CT Scan Abdomen

Parameter CT Scan

FOV Faktor Eksposi

Slice Thickness
Window Width
Kemiringan Gantry
Window Level
Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi

Algoritma

Rekonstruksi
Increment

Spatial
Noise Kontras Artefak
Resolution Resolusi

Kualitas Citra

Informasi Citra
39

C. Hipotesis

Untuk mengetahui ada atau tidaknya Perbedaan informasi citra anatomi

pada variasi rekonstruksi increment overlapping pemeriksaan CT Scan

Abdomen maka dibuat hipotesa sebagai berikut :

Ho : Tidak ada perbedaan informasi citra anatomi pada variasi Increment

overlapping 1 mm, 1.5 mm, dan 2 mm pada pemeriksaan CT Scan

Abdomen

Ha : Ada perbedaan informasi citra anatomi pada variasi increment

overlapping 1 mm, 1.5 mm, dan 2 mm pada pemeriksaan CT Scan

Abdomen

Anda mungkin juga menyukai