Disusun Oleh:
Nama :
NIM :
Kelas :
Kelompok :
SURAKARTA
2023
Laporan Praktikum
Anatomi Fisiologi Manusia
https://www.healthdirect.gov.au/
Organ reproduksi pada laki-laki
Organ Keterangan
1. Ureter
2. Seminal vesicle
3. Prostat glands
4. Bulbourethral
5. Erectile tissue
6. Testicle
7. Urethr
8. Glans penis
9. Epididimis
10. Erectile tissue of penis
11. Vas deferens
12. Viper ducts
13. Vas deferens ampoule
14. Urinary bladder
Sistem reproduksi pria terdiri dari alat kelamin luar (penis, testis, dan skrotum) dan
bagian dalam, termasuk kelenjar prostat, vas deferens, dan uretra. Kesuburan dan
sifat seksual seorang pria bergantung pada fungsi normal sistem reproduksi pria,
serta hormon yang dilepaskan dari otak (Kusmiyati dkk., 2020).
Alat kelamin luar pada pria terdiri atas sebagai berikut.
− Penis, organ sanggama pria, sebagian berada di dalam dan sebagian lagi di luar
tubuh. Bagian dalam, yang melekat pada tepi tulang lengkungan kemaluan
(bagian panggul tepat di depan dan di pangkal batang), disebut pangkal penis.
Bagian kedua, atau bagian luar, bebas, terjumbai, dan diselimuti kulit; itu
disebut tubuh penis. Penis dilalui oleh sebuah tabung, uretra, yang berfungsi
sebagai saluran untuk urin dan air mani. Akar penis terdiri dari dua crura, atau
tonjolan, dan umbi penis. Krura dan bulbus masing-masing melekat pada tepi
lengkung pubis dan membran perineum (selaput fibrosa yang membentuk
dasar batang tubuh). Setiap crus adalah struktur memanjang yang ditutupi oleh
otot ischiocavernosus, dan masing-masing memanjang ke depan, menyatu ke
arah yang lain, menjadi bersambung dengan salah satu corpora cavernosa.
Bola oval penis terletak di antara dua krura dan ditutupi oleh otot
bulbospongiosus. Ini berlanjut dengan korpus spongiosum. Uretra
memasukinya pada bagian dalam yang rata yang terletak di dekat membran
perineum, melintasi substansinya, dan berlanjut ke korpus spongiosum.
− Skrotum adalah kantong kulit yang terletak di bawah simfisis pubis dan tepat
di depan bagian atas paha. Ini berisi testis dan bagian terendah dari korda
spermatika. Sebuah septum atau partisi skrotum membagi kantong menjadi
dua kompartemen dan muncul dari punggungan, atau raphe, terlihat di bagian
luar skrotum. Raphe berputar ke depan ke permukaan bawah penis dan
dilanjutkan kembali ke perineum (area di antara kaki dan sejauh anus).
Susunan ini menunjukkan asal bilateral skrotum dari dua pembengkakan
genital yang terletak satu di setiap sisi pangkal lingga, pendahulu penis atau
klitoris dalam embrio. Pembengkakan juga disebut sebagai pembengkakan
labioscrotal, karena pada wanita mereka tetap terpisah untuk membentuk labia
majora dan pada laki-laki mereka bersatu membentuk skrotum.
− Testis, digantung di skrotum oleh korda spermatika. Setiap testis memiliki
panjang 4 sampai 5 cm (sekitar 1,5 sampai 2 inci) dan tertutup dalam kantung
fibrosa, tunica albuginea. Kantung ini dilapisi secara internal oleh tunica
vasculosa, berisi jaringan pembuluh darah, dan ditutupi oleh tunica vaginalis,
yang merupakan kelanjutan dari membran yang melapisi perut dan panggul.
Tunica albuginea memiliki ekstensi ke dalam setiap testis yang bertindak
sebagai partisi parsial untuk membagi testis menjadi sekitar 250 kompartemen,
atau lobulus. Setiap lobulus mengandung satu atau lebih tubulus yang berbelit-
belit, atau tabung sempit, tempat sperma terbentuk. Tubulus, jika diluruskan,
akan memanjang sekitar 70 cm (sekitar 28 inci). Proses pembentukan sperma
bertingkat, yang memakan waktu sekitar 60 hari, berlangsung di lapisan
tubulus, dimulai dengan spermatogonia, atau sel sperma primitif, di lapisan
terluar lapisan.
− Epididimis, duktus deferens (atau vas deferens), dan saluran ejakulasi
membentuk saluran sperma. Bersama-sama mereka memanjang dari testis ke
uretra, di mana ia terletak di dalam prostat. Sperma dibawa dari testis melalui
sekitar 20 duktula, atau saluran kecil, yang menembus kapsula fibrosa untuk
memasuki kepala epididimis. Duktus lurus pada awalnya tetapi menjadi
melebar dan kemudian banyak berbelit-belit untuk membentuk kompartemen
yang berbeda di dalam kepala epididimis. Mereka masing-masing membuka
menjadi satu saluran, saluran epididimis yang sangat berbelit-belit, yang
merupakan "tubuh" dan "ekor" dari struktur. Itu disatukan oleh jaringan ikat
tetapi jika terurai panjangnya hampir 6 meter (20 kaki). Duktus membesar dan
berdinding lebih tebal di ujung bawah ekor epididimis, di mana duktus
deferens bersambungan dengan duktus deferens.
− Organ asesori, terdiri atas kelenjar prostat, vesika seminal, kelenjar
bulbourethral.
a) Kelenjar prostat berada di panggul yang lebih rendah atau benar, berpusat
di belakang bagian bawah lengkungan kemaluan. Itu terletak di depan
rektum. Prostat berbentuk kira-kira seperti piramida terbalik; dasarnya
mengarah ke atas dan langsung bersambung dengan leher kandung kemih.
Uretra melintasi substansinya. Kedua saluran ejakulasi memasuki prostat
di dekat batas atas permukaan posteriornya. Prostat memiliki konsistensi
yang kuat, dikelilingi oleh kapsul jaringan fibrosa dan otot polos.
Ukurannya sekitar 4 cm, tinggi 3 cm, dan 2 cm dari depan ke belakang
(sekitar 1,6 kali 1,2 kali 0,8 inci) dan terdiri dari jaringan kelenjar yang
terkandung dalam kerangka otot. Itu tidak sempurna dibagi menjadi tiga
lobus. Dua lobus di samping membentuk massa utama dan berlanjut di
belakang uretra. Di depan uretra, mereka dihubungkan oleh tanah genting
jaringan fibromuskular tanpa kelenjar.
b) Vesikula seminalis adalah dua struktur, panjangnya sekitar 5 cm (2 inci),
terletak di antara rektum dan dasar kandung kemih. Sekresi mereka
membentuk sebagian besar air mani. Pada dasarnya, setiap vesikel terdiri
dari tabung yang banyak digulung dengan banyak divertikula atau
kantong luar yang memanjang dari tabung utama, keseluruhannya
disatukan oleh jaringan ikat. Pada ujung bawah tabung menyempit untuk
membentuk saluran atau tabung lurus yang bergabung dengan duktus
deferens yang sesuai untuk membentuk saluran ejakulasi. Vesikel
berdekatan di bagian bawahnya, tetapi mereka dipisahkan di atas tempat
mereka terletak dekat dengan saluran deferen.
c) Kelenjar bulbourethral, sering disebut kelenjar Cowper, adalah kelenjar
berbentuk kacang yang terletak di bawah kelenjar prostat di awal bagian
dalam penis. Kelenjar, yang hanya berdiameter sekitar 1 cm (0,4 inci),
memiliki saluran ramping yang berjalan ke depan dan ke tengah untuk
membuka di lantai bagian uretra yang kenyal. Mereka terdiri dari jaringan
tabung kecil, atau tubulus, dan struktur seperti kantung; antara tubulus
adalah serat otot dan jaringan elastis yang memberikan dukungan otot
kelenjar. Sel-sel di dalam tubulus dan kantung mengandung tetesan lendir,
senyawa protein yang kental. Cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar ini
bening dan kental dan berfungsi sebagai pelumas; itu juga dianggap
berfungsi sebagai agen pembilasan yang membersihkan uretra sebelum air
mani diejakulasikan; itu juga dapat membantu membuat air mani tidak
terlalu encer dan menyediakan lingkungan hidup yang cocok untuk
sperma.
− Ejakulatori ductus, dua saluran ejakulasi terletak di setiap sisi garis tengah dan
dibentuk oleh penyatuan saluran vesikula seminalis, yang menyumbangkan
sekresi ke air mani, dengan ujung duktus deferens di dasar prostat. Setiap
saluran memiliki panjang sekitar 2 cm (sekitar 0,8 inci) dan melewati antara
lobus lateral dan median prostat untuk mencapai dasar uretra prostat. Bagian
uretra ini pada dasarnya (atau dinding posterior) memiliki bubungan
memanjang yang disebut puncak uretra. Di setiap sisi ada depresi, sinus
prostat, di mana saluran prostat terbuka.
B. Menstruasi
a. Definisi
Menstruasi merupakan perdarahan dari uterus yang terjadi secara
periodik dan siklik, hal ini disebabkan oleh pelepasan atau deskuamasi
endometrium akibat hormon ovarium yaitu hormon estrogen dan progesteron
yang mengalami penurunan terutama progesteron pada akhir siklus ovarium
yang dimulai biasanya 14 hari setelah ovulasi (Novita, 2018). Menstruasi
adalah salah satu aspek kematangan seksual yang pertama kali terjadi pada
masa pubertas seorang wanita. Periode menstruasi penting dalam reproduksi.
Menstruasi yang terjadi secara reguler setiap bulan akan membentuk suatu
siklus menstruasi (Tombokan, et. al., 2017). Menstruasi ialah bagian dari
proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk
kehamilan. Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik
darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita.
Menstruasi dimulai saat pubertas antara umur 10 dan 16 tahun tergantung pada
berbagai faktor (Hatmanti, 2018).
b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus
dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan
dinding jika kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih
kemudian dirangsang agar menjadi matang. Endometrium pun harus
dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi (embrio) muncul
kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi dimulai
menjelang akhir pubertas. Saat itu anak gadis mulai melepaskan sel telur
sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan siklus reproduksi
wanita atau siklus menstruasi (Verawaty & Rahayu, 2011). Pendarahan
menstruasi menandakan bahwa wanita yang mengalaminya tidak hamil.
Namun, pendarahan ini tidak bisa dijadikan patokan pasti bahwa kehamilan
tidak terjadi, karena ada beberapa wanita yang mengalami pendarahan di awal
kehamilannya. Selama usia reproduksi, ketiadaan menstruasi bisa menjadi
indikasi pertama bahwa si wanita itu kemungkinan hamil (Verawaty & Rahayu,
2011).
Siklus menstruasi diregulasi oleh hormon. Luteinizing Hormon (LH)
dan Follicle Stimulating Hormone (FSH), yang diproduksi oleh kelenjar
hipofisis, mencetuskan ovulasi dan menstimulasi ovarium untuk memproduksi
estrogen dan 8 progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus
dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya
pembuahan (Sinaga et al., 2017). Menstruasi terdiri dari tiga fase yaitu fase
folikuler (sebelum telur dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan telur) dan fase
luteal (setelah sel telur dilepaskan). Menstruasi sangat berhubungan dengan
faktor-faktor yang memengaruhi ovulasi, jika proses ovulasi teratur maka
siklus menstruasi akan teratur. Fase-fase yang terjadi selama siklus menstruasi:
a. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode menstruasi. Berikut
ini hal-hal yang terjadi selama fase folikuler:
1) Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan
luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju
ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di
dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-
masing yang disebut folikel.
2) Hormon FSH dan LH juga memicu peningkatan produksi estrogen.
3) Peningkatan level estrogen menghentikan produksi FSH. Keseimbangan
hormon ini membuat tubuh bisa membatasi jumlah folikel yang matang.
4) Saat fase folikuler berkembang, satu buah folikel di dalam salah satu
ovarim menjadi dominan dan terus matang. Folikel dominan ini
menekan seluruh folikel lain kelompoknya sehingga yang lain berhenti
tumbuh dan mati. Folikel dominan akan terus memproduksi estrogen.
b. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler. Fase ini
adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode menstruasi
berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian. Peristiwa di bawah ini
terjadi di fase ovulasi:
1) Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH
yang diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan
melepaskan sel telur dari dalam ovarium.
2) Sel telur dilepaskan (proses ini disebut sebagai ovulasi) dan ditangkap
oleh ujung-ujung tuba fallopi yang mirip dengan tangan (fimbria).
Fimbria kemudian menyapu telur masuk ke dalam tuba fallopi. Sel telur
akan melewati tuba Fallopi selama 2-3 hari setelah ovulasi.
3) Selama tahap ini terjadi pula peningkatan jumlah dan kekentalan lendir
serviks. Jika seorang wanita melakukan hubungan intim pada masa ini,
lendir yang kental akan menangkap sperma pria, memeliharanya, dan
membantunya bergerak ke atas menuju sel telur untuk melakukan
fertilisasi.
c. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses di
bawah ini:
1) Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi
struktur baru yang disebut dengan corpus luteum.
2) Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang
mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
3) Jika sperma telah memfertilisasi sel telur (proses pembuahan), telur yang
telah dibuahi (embrio) akan melewati tuba fallopi kemudian turun ke
uterus untuk melakukan proses implantasi. Pada tahap ini, si wanita
sudah dianggap hamil.
4) Jika pembuahan tidak terjadi, sel telur akan melewati uterus, mengering,
dan meninggalkan tubuh sekitar 2 minggu kemudian melalui vagina.
Oleh karena dinding uterus tidak dibutuhkan untuk menopang
kehamilan, maka lapisannya rusak dan luruh. Darah dan jaringan dari
dinding uterus pun (endometrium) bergabung untuk memebentuk aliran
menstruasi yang umumnya berlangsung selama 4-7 hari (Sinaga et al.,
2017). Selama menstruasi, arteri yang memasok dinding uterus
mengerut dan kapilernya melemah. Darah mengalir dari pembuluh yang
rusak, melepaskan lapisan-lapisan dinding uterus. Pelepasan bagian-
bagian ini tidak semuanya sekaligus, tapi secara acak. Lendir
endometrium dan darah turun dari uterus berupa cairan (Sinaga et al.,
2017).
Panjang siklus
No Nama Masa Subur
1 2 3 4 5 6
1 Dian 29 30 30 28 27 26 Terpendek : 26-18 = 8
Terpanjang : 30-11 = 19
2 Arina 29 26 28 30 29 30 Terpendek : 26-18 = 8
Terpanjang : 30-11 = 19
3 Berliana 32 32 36 32 31 30 Terpendek : 30-18 = 12
Terpanjang : 36-11 = 25
4 Novi 45 31 37 35 46 40 Terpendek : 31-18 = 13
Terpanjang : 46-11 = 35
5 Devi 33 37 32 35 31 30 Terpendek : 30-18 = 12
Terpanjang : 37-11 = 26
6 Cindy 34 44 37 26 37 40 Terpendek : 26-18 = 8
Terpanjang : 44-11 = 33
Masa subur adalah siklus pada wanita ketika ovumnya matang dan siap
dibuahi. Dalam masa subur kehamilan, masa hidup ovum hanya berlangsung
selama 12-24 jam dalam sebulannya. Untuk menghitung masa kesuburan
terdapat beberapa cara. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
mengetahui periode masa subur pada wanita. Terdapat cara praktis
menghitung masa kesuburan yang mungkin sudah secara turun temurun
diterapkan wanita-wanita, yaitu metode hitung kalender.
IV. Kesimpulan
Sistem reproduksi adalah sistem organ manusia yang bertanggung jawab untuk
produksi dan pembuahan gamet (sperma atau telur) dan membawa janin. Sistem
reproduksi juga merupakan sistem organ dimana manusia bereproduksi dan melahirkan
keturunan hidup. Organ reproduksi pada Wanita terdiri atas organ eksternal dan organ
internal. Organ eksternal meliputi labia mayora, labia minora, klitoris, vestibule, dan
saluran vagina. Organ internal meliputi vagina, serviks, Rahim, ovarium, saluran tuba.
Adapun organ reproduksi pria terdiri atas penis, skortum, epididymis, testis dan
kelenjar asesori serta ejakulatori ductus.
Menstruasi merupakan perdarahan dari uterus yang terjadi secara periodik dan
siklik, hal ini disebabkan oleh pelepasan atau deskuamasi endometrium akibat hormon
ovarium yaitu hormon estrogen dan progesteron. Siklus menstruasi adalah proses
perubahan hormon yang terus-menerus dan mengarah pada pembentukan
endometrium, ovulasi, serta peluruhan dinding jika kehamilan tidak terjadi. Masa subur
adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel telur
matang yang siap dibuahi. Perhitungan masa subur dapat dilakukan dengan beberapa
cara salah satunya adalah metode Ognius-klaus.
Berdasarkan hasil praktikum perhitungan masa subur oleh beberapa probandus
menggunakan metode Ognius-Klaus atau kalender dihasilkan periode masa subur.
Metode kalender disebut juga metode Ognius-Knaus, digunakan untuk menghitung
masa subur beberapa probandus. Pada awalnya probandus melakukan pendataan siklus
haid selama 6 bulan. Masa awal subur dihitung dengan mengurangi siklus terpendek
haid dengan 11 hari. Sedangkan masa akhir subur dihitung dengan siklus terpanjang
haid dikurangi dengan 18 hari.
V. Daftar pustaka
Andika, A. (2010). Ibu Dari Mana Aku Lahir. Pustaka Grhatama.
Atika, S. F., Yunus, M., & Primandari, L. A. (2017, September). Aplikasi Penghitung
Masa Subur Wanita Berbasis Android. In Seminar Nasional Sistem Informasi
(SENASIF) (Vol. 1, pp. 699-708).
Darmi, Y., Admira, S., Hidayah, A. K., & Pahrizal, P. (2022). APLIKASI KALENDER
KEHAMILAN DAN PERHITUNGAN MASA USIA KEHAMILAN
BERBASIS ANDROID MENGGUNAKAN ALGORITMA
NAEGELE. JURNAL MEDIA INFOTAMA, 18(2), 328-336.
Efrizon, S., Zulfa, C. S., Atifah, Y., Achyar, A., & Ramadhani, S. (2021, September).
Sistem Alat Reproduksi Pada Manusia. In Prosiding Seminar Nasional
Biologi (Vol. 1, No. 1, pp. 725-32).
Indiarti, M.T., & Khotimah W. (2014). Buku Babon Kehamilan. Yogyakarta:
Indoliterasi
Kusmiyati, K., Khairuddin, K., Sedijani, P., & Merta, I. W. (2020). Pengenalan Struktur
Fungsi Organ Reproduksi Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual
Pada Anak. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 3(3).
Nastiti, V. R. S., Risqiwati, D., & Siswoyo, A. N. (2020). Prediksi Masa Subur Pada
Wanita Menggunakan Pemodelan State Space Berbasis Suhu Basal
Tubuh. Jurnal Tekno Kompak, 14(1), 1-4.
Parmawati, I. (2015). Merencanakan Atau Mencegah Kehamilan Secara Efektif Dan
Efisien Dengan Monitor Ovulasi?: Studi Literatur.
Purnami, R. W. (2012). Pengaruh Penyuluhan Metode Perhitungan Ovulasi terhadap
Pengetahuan Metode Lendir Serviks pada Wanita Usia Subur di Forum
Silaturahmi Ibu-Ibu (FSI) Surakarta.
Sinaga, E., Nonon, S., Supriatin, Sa’adah, N., Salamah, U., Murti, Y. A., Lorita, S.
(2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas Nasional.
Sitompul, Ewa Molika. 2015. Panduan Pintar Menghitung Masa Subur. Jakarta:
Kunci Aksara.
Titisari, N., Firmawati, A., Fauzi, A., Ayu, M., Masnur, I., & Kurniawan, I. (2021).
Siklus Reproduksi Lutung Jawa (Trachypithecus uratus) Betina Berdasarkan
Kadar Hormon Estrogen dan Luteinizing Hormone. Jurnal Veteriner
Maret, 22(1), 41-48.
Verawaty, S. N., & Rahayu, L. (2011). Merawat dan Menjaga Kesehtan Seksual
Wanita. Bandung: Grafindo.
Wicaksana, I. S., Setiawidayat, S., & Effendy, D. U. (2020). Metode Hidden Markov
Model Untuk Pemantauan Masa Subur Wanita Berbasis Android. JASEE
Journal of Application and Science on Electrical Engineering, 1(01), 26-39.
YULIZAWATI, A., Bustami, L. E., Detty, I., & Aldina, A. I. (2016). Implementasi
Konsep Siklus Menstruasi Pada Konseling Skrening Premarital. Journal of
Midwifery: Reasearch and Practice, 1(1), 1-11.
VI. Lampiran
-Terlampir