ASMA BRONKIAL
OLEH :
113063J122027
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui
3. Bronkioli
Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli
terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lender dan silia.
Bronkioli terminalis ini kemudian menjadi bronkioli
respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara
udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Sampai titik
ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam
pertukaran gas.
4. Pleura
Parietal dan Pleura Visceral Pleura yang bagiannya
menempel dengan dinding dalam rongga dada disebut pleura
parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru disebut
pleura visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung
yang dindingnya berisi cairan serosa yang berguna sebagai
pelumas sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara dinding
rongga dada dan paru-paru terjadi gesekan pada waktu
respirasi.
5. Lobus
Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari
beberapa bagian yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus
superior dan lobus inferior) dan paru kanan terdiri dari tiga
lobus yaitu (lobus superior, lobus medius dan lobus inferior).
b. Definisi
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubahubah secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan. Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif
terhadap rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang,
asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya
sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-
tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul
lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran
pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot
polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir, dan
pembentukan timbunan lendir yang berlebih.
b. Etiologi
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
a. Genetik
bakat alergi ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia
asma adalah:
a. Alergen
c. Perubahan cuaca
serangan asma.
d. Lingkungan kerja
e. Olahraga
f. Stress
c. Menifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma
diantaranya ialah :
a. Stadium Dini
2) Wheezing
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
7) Sianosis
d. Epidemiologi
Prevalensi asma pada anak laki-laki dibanding anak perempuan
adalah 1,5:1. Perbandingan tersebut lebih kurang sama ketika
menjelang dewasa. Akan tetapi, saat menopause perempuan lebih
banyak daripada laki laki. Asma menyerang 1-18% populasi di
berbagai negara. Dapat diperkirakan 100-150 juta penduduk dunia
menderita asma dengan penambahan 180.000 orang tiap tahunnya.
Suatu survei menggunakan kuesioner ISAAC pada siswa usia 13-14
tahun di Indonesia pada tahun 2008 menunjukkan bahwa di Jakarta
Barat, prevalensi asma sebesar 13,1% (Dharmayanti, Hapsari, &
Azhar, 2015). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2018, prevalensi asma pada semua umur sebanyak 4,5%.
Asma terjadi pada perempuan sebanyak 2,5% dan laki-laki sebanyak
2,3%. Prevalensi asma berdasarkan diagnosis dokter lebih banyak
terjadi di perkotaan (2,6%) daripada di perdesaan (2,1%). Prevalensi
asma terbanyak berdasarkan diagnosis dokter tahun 2018 adalah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (4,5%) dan terendah adalah
Provinsi Sumatera Utara (1,0%). Prevalensi asma di Provinsi Jawa
Timur sebanyak 2,57%. Prevalensi asma di Kabupaten Malang
sendiri sebesar 2,95% (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018b).
e. Patofisiologi
Patofisiologi dari asma yaitu adanya faktor pencetus seperti debu,
asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita.
Bendabenda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh
sistem di tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
(antigen). Anggapan itu kemudian memicu dikeluarkannya antibody
yang berperan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neutropil,
basophil, dan immunoglobulin E. masuknya antigen pada tubuh yang
memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi antigen-antibodi
yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci).
Pathway
Pathway (Brunner & Suddarth, 2002)
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien asma dapat dilakukan
dilakukan adalah:
nebulizer),
2) Pemeriksaan Radiologi
berikut:
akan bertambah
bertambah
paru.
pada paru.
4) Elektrokardiografi
5) Scanning paru
h. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk pasien asma
yaitu:
b) Kromalin
c) Ketolifen
secara oral.
c) Pemberian cairan
i. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena
dipakai.
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas Thoraks
g. Gagal Jantung
lebih 3 tahun
dari keluarga.
e. Faktor pencetus
mengeluarkan dahak
Data Objektif
a. Nampak sesak.
c. pernapasan 28 x/menit.
berwarna kuning.
f. TTV :
TD : 120/80 mmHg.
Respirasi : 28x/
menit. Nadi :
100x /menit
Suhu : 36.0C.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
1) Kesadaran : Composmentis
2) GCS : 15
3) TTV :
TD : 120/80mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36,0’C
Respirate Rate : 28x/menit
b. Kulit :
c. Kepala :
d. Mata :
e. Hidung
f. Mulut
g. Telinga
h. Leher
i. Jantung
1) Inspeksi : Dada simetris
j. Paru-paru
k. Punggung
1) Keluhan : Mual
m. Eksteremitas
1) Kesadaran : Composmentiis
2) GCS : 4 – 5 – 6 = 15
3) Keluhan : Pusing
5. Pemeriksaan Laboratorium :
HB : 13,25 g/dl
Leukosit : 12.900 jul
6. Terapi :
(2) Objektif
(c) Gelisah
b) Data Minor
(1) Subjektif
Tidak tersedia
(2) Objektif
(g) Diaforesis
Infeksi
pemberian
bronkodilator,ekspektor
an, mukolitik,
jika perlu.
Diagnosa 2 : Nyeri akut
Setelah dilakukan asuhan Observasi 1. Mengetahui skala nyeri 1. Mengkaji skala
nyeri S: diharapkan pasien
1. Identifikasi skala nyeri
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1
2015.
Jakarta: Media Action Publishing.
/conditions/pleural-effusion/
Syahruddin, E., Hudoyo, A., Arief, N., Pulmonologi, D., & Respirasi, K.
(2009). Efusi Pleura Ganas Pada Kanker Paru. J Respir Indo, 29(4), 1-
9.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI
Yovi, I., Anggraini, D., & Ammalia, S. (2017). Hubungan karakteristik dan
Etiologi Efusi Pleura di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. J Respir
Indo, 37(2), 135-144.
LEMBAR KONSULTASI
Nama :
NIM :
Judul Kasus :
Ruangan :