DENGAN ASMA
Untuk Memenuhi Tugas Pbk I
Keperawatan Anak
Disusun oleh :
Nugraheni Dwi Septiani (10218058)
S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA
A. Definisi
Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas dikarenakan terjadinya aktivitas
berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan
penyempitan pada saluran nafas yang mengalirkan oksigen ke paru-paru dan rongga
dada (Admin, 2012).
Menurut Yunus (dalam Wahyudi, 2012), asma merupakan penyakit kronis
yang tidak dapat disembuhkan. Obat-obatan yang dikonsumsi oleh individu yang
mengalami asma tidak dapat menyembuhkan penyakit asma namun hanya menekan
gejala kekambuhan asma. Kekambuhan asma dapat ditandai dengan berbagai gejala
seperti batuk, bunyi nafas mengikik, terjadi penyempitan pada rongga dada, nafas
cenderung pendek, mudah lelah setelah berolahraga dan mengalami kesulitan tidur
akibat batuk dan kesulitan bernafas (Meetdoctor, 2012). Berbagai gejala yang dialami
dapat menjadi lebih buruk apabila terjadi respon imun yang buruk. Antibodi yang
dihasilkan oleh sistem imun yaitu IgE menyerang sel-sel mast dalam paru-paru yang
mengakibatkan terjadinya ikatan antigen dengan antibodi yang kemudian akan
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast yang disebut mediator seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis. Pelepasan mediator ini dalam jaringan
paru-paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas yang kemudian
menyebabkan pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mukus (cairan
lengket dan tebal yang disekresikan oleh membran dan kelenjar mukosa) yang sangat
banyak. Pembentukan mukus yang sangat banyak dapat menyebabkan penyumbatan
bronkiolus yang dapat memperberat serangan asma.
Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem
pernapasan yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas,
batuk, dan sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari.Menurut Canadian
Lung Association, asma dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang
mengakibatkan penyempitan dan penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran
pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan
kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan kekurangan udara hingga kesulitan
bernapas.
Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, hanya saja penyakit ini dapat
dikontrol sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma
dilakukan dengan menghindari faktor pencetus, yaitu segala hal yang menyebabkan
timbulnya gejala asma. Apabila anak menderita serangan asma terus-menerus, maka
mereka akan mengalami gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas
hidup. Faktor pencetus asma banyak dijumpai di lingkungan baik di dalam maupun di
luar rumah, tetapi anak dengan riwayat asma pada keluarga memiliki risiko lebih
besar terkena asma.10 Tiap penderita asma akan memiliki faktor pencetus yang
berbeda dengan penderita asma lainnya sehingga orangtua perlu mengidentifikasi
faktor yang dapat mencetus kejadian asma pada anak.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa setiap unsur di udara yang kita hirup
dapat mencetus kambuhnya asma pada penderita. Faktor pencetus asma dibagi dalam
dua kelompok, yaitu genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus, eksim; faktor
pencetus di lingkungan, seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap dapur,
pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah, serta alergen seperti debu rumah,
tungau, dan bulu binatang
B. Anatomi fisiologi
C. Etologi
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah
fenomenahiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan
ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau
alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti
common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan
lingkungan dapat mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari
bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya
serangan Asma Bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belumdiketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderitadengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat jugamenderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena
penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersensitivitas saluranpernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur,bakteri dan polusi.
b) Ingestan : yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
seringmempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak
dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan,
musim kemarau.
3) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbulharus segera diobati penderita
asma yang mengalami stres ataugangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika stresnya belum
diatasi makagejala belum bisa diobati.
4) Olah raga atau aktifitas jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal
amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
D. Klasifikasi
Pembagian asma pada anak :
a. Asma episodic yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya
dicetuskan oleh infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-
4 kali dalam satu tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan
jarang merupakan serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol
pada malam hari. Mengi dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat
berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang
didapatkan pada golongan ini.
b. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun,
berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat
terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam
satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari sampai beberap minggu.
Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.
c. Asma kronik atau persisten
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun
pertama dan 50 % sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih
jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering
terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya
pada umur 8-14 tahun.
Di samping tiga golongan besar di atas terdapat bentuk asma lain:
1. Asma episodic berat dan berulang
Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi
virus saluran nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
2. Asma persisten pada bayi
- Mengi yang persisten dengan takipneu
- Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan
- Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak
terdengar kalau sedang tidur.
- Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer” -
Gambaran rontgen paru biasanya normal.
- Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema
mukosa dan hipersekresi daripada spasme ototnya.
3. Asma hipersekresi
- Biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.
- Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek,
krokkrok), dan mengi
- Didapatkan ronki basah dan kering
4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma)
5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik
6. Batuk malam
- Terdapat pada semua golongan asma
- Banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus
banyak.
- Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering,
biasanya terjadi jam 1-4 pagi.
7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)
E. Manifestasi Klinis
a. Wheezing
b. Dyspneu dengan lama ekspirasi
c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea, orthopnea
e. Gelisah
f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
g. Fatigue
h. Intoleransi aktivitas
i. Perubahan tingkat kesadaran, cemas
j. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur
G. WOC
H. Penatalaksanaan
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap
diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-
tanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi:
a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus
b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi
c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi
inhalasi secara oral/parenteral
d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta
lendir encer dan mudah dikeluarkan.
e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan
fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.
Tindakan penanggulangan :
a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker
b. Terapi cairan parenteral
c. Terapi pengobatan :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :
1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂ bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas
Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan
efedrin) Na ma obat: Orsiprenalin (Alupent),
fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin) Nama obat: Aminofilin (Amicam
supp),Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex) Penderita dengan penyakit lambung
sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi
merupakan obat pencegahserangan asma. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain
dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma
seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari.
Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral
I. Kompikasi
Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin
timbul adalah :
1. Pneumo thoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan
kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja
pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup
memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas
melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang
kental.
2. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung
dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.
Factor penyebab :
- Infeksi saluran nafas
- Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)
- Kontraksi otot polos
- Edema mukosa
- Hipersekresi
3. Emfisema kronik
Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi
sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara
dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.
4. Ateleltaksis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
5. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus
sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi
terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada
saluran pernafasan dan kantong udara.
6. Gagal nafas
7. Bronchitis
Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang
kecil mengalami bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir
yang berlebihan.
J. Pencegahan
Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:
Sehubungan dengan asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi
dengan risiko asma (orangtua asma), dengan cara :
a) Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak
b) Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut
tidak mengganggu asupan janin
c) Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
d) Diet hipoalergenik ibu menyusui
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak
yang telah tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta
allergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada
anak yang telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian
multi senter yang dikenal dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic
children) mendapatkan bahwa pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak
atopi dengan dermatitis atopi dan IgE spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen)
dan tungau debu rumah menurunkan kejadian asma sebanyak 50%. Perlu
ditekankan bahwa pemberian setirizin pada penelitian ini bukan sebagai
pengendali asma (controller).
K. Cara Penularan
Cara Penularan Pada umumnya penularan penyakit asma lebih disebabkan
oleh faktor debu. Kota-kota besar dapat memicu penduduknya untuk terkena penyakit
asma 50% lebih besar dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan atau
kampung-kampung. Karena debu dari pembuangna gas emisi karbon dapat membuat
orang yang menghirupnya menjadi sesak dan sangat sulit bernafas. Selain iti asap
rokok juga dapat memicu timbulnya penyakti asma.Sebetulnya asma bukan penyakit
yang menular, melainkan biasanya ditularkan secara genetik daerah kaitanya dengan
faktor alergi.
Namun, seringkali penyakit asma mempunyai komplikasi berupa radang atau
infeksi saluran pernafasan infeksi saluran pernafasan inilah yang dapat menular ke
orang disekitar melalui udara.Fenomena penyakit asma saat ini jauh meningkat,
diperkirakan ada 300 juta kasus penyakit asma terjadi di dunia. Penyebabnya bukan
karena penyakti ini menular, tetapi meningkatnya faktor allergens, sesuatu yang
memicu alergi, dilingkungan kita seperti polusi udara dan lain-lain yang dapat
memicu timbulnya serangan asma.
L. Askep teori
Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat dari pasien
2. Keluhan Utama
Dispnea
3. Alasan Masuk Rumah Sakit
Kaji gejala kesulitan bernafas, lemah, gelisah
4. Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas, terdapat cuping hidung
5. Riwayat Penyakit Sebelumnya
-
6. Riwayat Penyakit Keluarga
-
7. Riwayat Pengobatan
8. Kesadaran
Compos Mentis
9. Tanda-tanda vital
a. Nadi : 110x/menit
b. RR : 30x/menit
c. Suhu : 37,5°C
10. Sistem pernafasan
a. Inspeksi
b. Perkusi
c. Palpasi
d. Auskultasi : wheezing
11. Sistem Eliminasi
-
12. Sistem percernaan
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
13. Sistem intergumen
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Sistem muskuloskeletal
d. Inspeksi
14. Sistem reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
15. Tingkat Nyeri
P,Q,R,S,T
Diagnosa Keperawatan :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret d.d wheezing
2. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d dispnea
3. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler d.d penurunan
oksigen
4. Ansietas b.d kecemasan d.d gelisah
5. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan otot d.d kelemahan
Intervensi keperawatan
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
o KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Bersihan jalan nafas Setelah di lakukan intervensi Latihan Batuk Efektif
tidak efektif b.d keperawatan selama 1x24 Observasi
penumpukan secret jam maka bersihan jalan - Identifikasi
d.d wheezing nafas meningkat, dengan kemampuan batuk
kriteria hasil : - Monitor adanya
1. Produksi sputum retensi sputum
menurun (5) - Monitor tanda dan
2. Wheezing menurun gejala saluran nafas
(5) - Monitor input dan
3. Dispnea menurun (5) output cairan (mis.
4. Gelisah menrun (5) Jumlah dan
5. Frekuensi nafas karakteristik)
membaik (5) Terapeutik
6. Pola nafas membaik - Atur posisi semi-
(5) fowler atau fowler
- Pasang perlak dan
bengkok di
pangkuan pasien
- Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik napas
dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan selama
2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mecucu
(dibulatkan) selama
8 detik
- Anjurkan
mengulangi tarik
nafas dalam 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik nafas dalam
yang ke 3
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran,
jika perlu
2 Pola nafas tidak Setelah di lakukan intervensi Manajemen Jalan Nafas
efektif b.d hambatan keperawatan selama 1x24
upaya nafas d.d jam maka pola nafas Observasi
dispnea membaik dengan kriteria - Monitor pola nafas
hasil : (frekuensi,
1. Ventilasi semenit kedalaman, usaha
menurun (1) nafas)
2. Tekanan eksprirasi - Monitor bunyi nafas
menurun (1) tambahan (mis.
3. Tekanan inspirasi Gurgling, mengi,
menurun (1) wheezing, ronkhi
4. Dispnea menurun (5) kering)
5. Pengunaan otot bantu - Monitor sputum
nafas menurun (5) (jumlah, warna,
6. Frekuensi nafas aroma)
membaik (5)
7. Kedalaman nafas Terapeutik
membaik (5) - Posisikan semi
fowler / fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
- Keluarkan sumbatan
benda benda padat
dengan forsep
McGill
- Berikan oksigen ,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontra
indikasi
- Ajarkan tehnik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3 Gangguan pertukaran Setelah di lakukan intervensi Pemantauan Respirasi
gas b.d perubahan keperawatan selama 1x24
membran alveolus jam maka pertukaran gas Observasi
kapiler d.d penurunan meningkat, dengan kriteria - Monitor frekuensi
oksigen hasil : irama, kedalaman,
1. Tingkat kesadaran dan upaya nafas
meningkat (5) - Monitor pola nafas
2. Dispnea menurun (5) - Monitor kemampuan
3. Bunyi nafas batuk efektif
tambahan menurun - Monitor adanya
(5) produksi sputum
4. Gelisah menurun (5) - Monitor adanya
5. Napas cuping hidung sumbatan jalan nafas
menurun (5) - Auskultasi bunyi
6. PO2 membaik (5) nafas
7. Pola napas membaik - Monitor saturasi
(5) oksigen
Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien
- Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan
presepsi
- Latih pengunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
- Latih tehnik
relaksani
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian obat
ansietas, jika perlu
5 Intoleransi aktivitas Setelah di lakukan intervensi Manajemen Energi
b.d kelelahan otot d.d keperawatan selama 1x24
kelemahan jam maka toleransi aktivitas Observasi
meningkat, dengan kriteria - Identifikasi
hasil : gangguan fungsi
tubuh yang
1. Saturasi oksigen
mengakibatkan
meningkat (5) kelelahan
2. Keluhan lelah - Monitor kelelahan
fisik dan emosional
menurun (5)
3. Dispnea saat
Terapeutik
aktivitas menurun (5)
- Berikan aktivitas
4. Dispnea setelah
distraksi yang
aktivitas menurun (5)
menenangkan
5. Perasaan lemah
Edukasi
menurun (5)
- Ajarkan strategi
6. Frekuensi nafas
koping untuk
membaik (5)
mengurangi
kelelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Dharmayanti, I., Hapsari, D., & Azhar, K. (2015). Asma pada anak Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health
Journal), 9(4), 320-326.
Utami, N. M. S. N., & Widiasavitri, P. N. (2013). Hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan penerimaan diri individu yang mengalami asma. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 12-
21.
Format Asuhan Keperawatan Anak
I. IDENTITAS
Identitas anak Identitas Orang Tua
Nama : An.L Nama ayah / ibu : Ny.M
Tanggal lahir : 01/09/2015 Pekerjaan ayah / ibu : Ibu rumah tangga
Jenis kelamin :P Pendidikan ayah / ibu :SMA
Diagnosa medis : Asma Agama :ISLAM
Sumber informasi : Orang Tua (Ibu) Suku / bangsa : Indonesia
Alamat :Bandarlor gg.2 Alamat : Bandarlor gg.2
Imunisasi :
BCG (umur ……) Polio …..x (umur …..) DPT ….x (umur …..)
Campak (umur ….) Hepatitis ….x (umur …..)
IV. B1 (BREATH)
Bentuk dada : Normal Tidak normal, jenis : ………
Pola nafas : Teratur Tidak teratur
Jenis : Dispnoe Kusmaul Ceyne Stokes Lain-
lain : .............................................................................
Suara nafas : Vesikuler Wheezing Stridor Ronchi
Lain-lain :
Sesak : Ya Tidak
Batuk : Ya Tidak
Produktif : Ya Tidak
Bentuk dada :
Silinder Funnel chest Pigeon chest
V. B2 (BLOOD)
Irama jantung : Reguler Ireguler
S1/S2 tunggal : Ya Tidak
Bunyi jantung : Normal Gallop Murmur Lain-lain :
CRT : < 3 dtk > 3 dtk
Akral : Hangat Dingin Kering Basah
Merah Pucat
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
VI. B3 (BRAIN)
GCS : Eye : Verbal : Motorik : Total :
Refleks fisiologis : Menghisap Menoleh Menggenggam Moro
Patella Triseps Biseps Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky Kernig
Lain-lain :
Istirahat / tidur : …… jam/hari Gangguan tidur :
Kebiasaan sebelum tidur :
Minum susu Cerita/dongeng Mainan
Penglihatan (mata):
Pupil : Isokor Anisokor Lain-lain :
Strabismus
Sclera/konjungtiva : Anemis Ikterus Lain-
lain : ...............................................................................
Pendengaran (telinga):
Gangguan pendengaran : Ya Tidak
Jelaskan : ................................................................................
Penciuman (hidung):
Bentuk : Normal Tidak Jelaskan :
Gangguan penciuman : Ya Tidak Jelaskan :
Lain-lain: ...........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
VII. B4 (BLADDER)
Kebersihan : Bersih Kotor
Urin : Jumlah : …………. cc/hari Warna : Bau :
Alat bantu (kateter, dll) :
Kandung kemih :
Membesar : Ya Tidak
Nyeri tekan : Ya Tidak
Bentuk alat kelamin : Normal Tidak normal, jelaskan :
Uretra : Normal Hipospadia/Epispadia
Gangguan : Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia
Nokturia Lain-lain :
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan :........................................................................
VIII. B5 (BOWEL)
Nafsu makan : Baik Menurun Frekuensi : …….x/hari Mual
Muntah
(Warna : Konsistensi : Jumlah : )
Porsi makan : Habis Tidak habis Keterangan :
Minum : Jumlah : ……………cc/hr Jenis :
Mulut dan tenggorokan :
Mulut : Bersih Kotor Berbau
Mukosa : Lembab Kering Stomatitis
Tenggorokan : Sakit menelan/nyeri tekan
Kesulitan menelan
Pembesaran tonsil
Lain-lain : ................................................................
Abdomen :
Tegang Kembung Asites Nyeri tekan, Lokasi :
Peristaltik usus: ...........x/menit
Pembesaran hepar : Ya Tidak
Pembesaran lien : Ya Tidak
Buang air besar :
Teratur : Ya Tidak
Frekuensi : ……. x/hr
Konsistensi : Bau : Warna :
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
IX. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas Terbatas
Kekuatan otot :
X. ENDOKRIN
Tyroid : Membesar : Ya Tidak
Hiperglikemi : Ya Tidak
Hipoglikemi : Ya Tidak
Luka Gangren : Ya Tidak
Lain-lain : ..........................................................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Ekspresi afek dan emosi : Senang Sedih Menangis Cemas Marah Diam Takut
Lain-lain :
Hubungan dengan keluarga : Akrab Kurang akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : .......................................................
Dampak hospitalisasi bagi orang tua : ................................................
Masalah keperawatan : .......................................................................
Penyempitan/obstruksi
proksimal dari bronkus
pada tahap eksprasi dan
inspirasi
Mucus berlebih,batuk,
wheezing, sesak napas
Ketidak Efektifan
Bersihan Jalan Napas
INTERVENSI KEPERAWATAN
O:
A:
P: