Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN ASMA

DI RUANG ARAFAH RS NUR HIDAYAH BANTUL

OLEH :

NADILA SEPTY REFALDA

20142011126

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS YPIB KAMPUS II CIREBON

TAHUN 2022
KONSEP DASAR TEORI

1. DEFINISI
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan ;
penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia & Wilson, 2006)
dalam (Nurarif Huda, 2016).

Penyakit asma adalah penyakit yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran
pernapasan sementara waktu sehingga sulit bernapas. Asma terjadi ketika ada kepekaan
yang meningkat terhadap rangsangan dari lingkungan sebagai pemicunya. Diantaranya
adalah dikarenakan gangguan emosi, kelelahan jasmani, perubahan cuaca, temperatur,
debu, asap, bau-bauan yang merangsang, infeksi saluran napas, faktor makanan dan
reaksi alergi (Hasdianah, 2014). Beberapa faktor penyebab asma, antara lain umur
pasien, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Asma dibedakan menjadi
2 jenis, (Nurarif Huda, 2016) yaitu :

a. Asma bronkial : Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap


rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain
penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan
asma bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul
lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan
bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan.
b. Asma kardial : Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma
kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian
ini disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada saat penderita
sedang tidur.

2. ETIOLOGI
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma
berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut :
a. Asma ekstrinsik/alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah terdapat semenjak anak-
anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus, binatang, dan debu.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering memicu serangan asma.
Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi
sinus/ cabang trancheobronkial. . Srerangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma campuran
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma :

a. Faktor predisposisi
Genetik : Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contohnya : makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contohnya : perhiasan, logam dan jam tangan
c. Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
d. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
e. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
f. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

3. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Pernapasan
Sumber : (Torwoto & Ayani, 2009)
Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru merupakan pernapasan
luar. Organ yang berperan penting dalam proses respirasi adalah paru-paru/pulmo.
System respirasi terdiri dari hidung/nasal, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus
dan alveolus. Respirasi/Pernapasan adalah pertukaran antara oksigen dan
karbondioksida dalam paru-paru, tepatnya dalam alveolus (Utama, 2018). Anatomi
pada sistem pernapasan sebagai berikut (Sumiyati, et al 2021) :

a. Anatomi
1) Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Selama bernapas, udara masuk ke hidung melewati lubang hidung. Bagian
rongga hidung terdiri dari rongga hidung, dibagi oleh septum yang merupakan
garis tengah pada hidung. Rongga hidung mengeluarkan lender yang membantu
menghilangkan partikel debu dari udara dan juga menormalkan udara sesuai
dengan suhu tubuh. Hidung mempunyai fungsi yaitu, menghangatkan,
menyaring, dan membahasi udara sebelum memncapai paru-paru.
2) Faring atau Tekak
Faring atau tenggorokan merupakan tabung berbentuk corong dengan Panjang
sekitar 13 cm. Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,
terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu
menelan makanan. Faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring,
orofaring, dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring
dan berada di belakang dari cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati
nasofaring dan turun melalui orofaring yang terletak di belakang cavum oris
dimana udara yang diinhalasi melalui mulut akan memasuki orofaring.
Berikutnya udara akan memasuki laringofaring dimana terdapat epiglottis yang
berfungsi mengatur aliran udara dari faring ke laring, Fungsi utama faring
adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan
makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung
(resonansi) untuk suara percakapan.
3) Laring
Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
yang mengandung pita suara, selain fonasi laring juga berfungsi sebagai
pelindung. Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi
jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring adalah saluran
pernapasan yang membawa udara menuju ke trakea. Fungsi utama laring adalah
untuk melindungi saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara
cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya benda asing ke
dalam saluran napas. Laring terdiri dari 1 tulang dan 3 tulang rawan (cartilago)
yaitu Os. Hyoid, Cartilago Epiglotis, Cartilago Tiroid, dan Cartilago Cricoid.
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu menutup
laring pada saat proses menelan.
5) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang sekitar 12 cm
yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima.
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring. Trakea berfungsi
sebagai tempat perlintasan udara setelah melewati saluran pernapasan bagian
atas, yang membawa udara bersih, hangat, dan lembab. Pada trakea terdapat sel-
sel bersilia yang berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernapasan.
6) Bronkus
Bronkus adalah merupakan organ cabang dari trakea, yang tersusus atas tulang
yang rawan dengan bentuk cincin. maksudnya ialah bahwa bronkus memiliki
dua organ/ jalur yang menuju paru-pari kanan dan kiri. Bronkus merupakan
bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua
percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar yang daripada
bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan
bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan
bawah. Fungsi keduanya adalah mengantarkan udara, baik oksigen serta
karbondioksida dari dan menuju paru-paru.
7) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang-cabang
menjadi saluran yang semakin halus, kecil, dan dindingnya semakin tipis.
Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongganya bersilia. Fungsi
bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen yang kita hirup
agar mencapai paru-paru.
8) Alveolus
Alveolus adalah merupakan gelembung-gelembung udara didalam paru-paru
dengan jumlah kurang lebih sebanyak 300 juta buah. Pada gelembung tersebut
terdapat dinding yang tipis berisi kapiler darah dan disetiap gelembungnya
terdapat kapiler darah yang menyelimuti. Tempat terjadinya pertukaran oksigen
dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.
9) Paru-paru / Pulmo
Paru-paru berada pada rongga dada bagian atas, di bagian samping di batasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana
paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari 2 lobus. Paru-
paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
b. Fisiologi Pernapasan
Fungsi utama sistem pernapasan adalah untuk memasok tubuh dengan oksigen dan
membuang karbon dioksida. Respirasi terjadi apabila terjadi peristiwa sebagai
berikut (Marieb & Keller, 2011 : Peate, 2015) dalam (Sumiyati et al, 2021) :
1) Ventilasi Paru
Ventilasi paru melibatkan pergerakan fisik udara ke dalam dan keluar dari paru-
paru. Fungsi utama ventilasi paru untuk mempertahankan ventilasi alveolar
yang adekuat. Hal ini untuk mencegah penumpukan karbondioksida di alveoli
dan mencapai pasokan oksigen yang konstan ke jaringan. Udara mengalir
diantara atmosfer dan alveoli paru-paru sebagai akibat dari perbedaan tekanan
yang diciptakan oleh kontraksi dan relaksasi otot pernapasan. Laju aliran udara
dan usaha yang dibutuhkan untuk bernapas dipengaruhi oleh tegangan
permukaan alveoli dan integritas paru. Proses ventilasi paru ini disebut
pernapasan.
2) Difusi Gas
Difusi gas O2 dan CO2, yaitu perpindahan molekul oksigen dari rongga
alveolus, melewati membrane kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma
darah, dan selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dimana akhirnya
masuk ke interior sel darah merah hingga berikatan dengan hemoglobin.
3) Perfusi
Pernapasan jaringan atau pernapasan interna. Darah yang telah menjenuhkan
hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) megintari seluruh tubuh dan
akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan
memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen
berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, yaitu karbon dioksida.

Gambar 2.2
Mekanisme Pernapasan
Sumber : (Pusatbiologi.com, 2013)
Jenis-jenis pernapasan dibedakan atas dua macam (Widia, 2015) yaitu:
a) Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
(1) Fase Inspirasi
Fase ini berupa berkontaksinya otot antar tulang rusuk sehingga rongga,
dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya akan oksigen masuk.
(2) Fase Ekspirasi
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antar tulang rusuk
ke posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga
dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga
dada yang kaya karbondioksida keluar.

b) Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan


aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sebagai
berikut:
(1) Fase Inspirasi
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara
luar masuk.
(2) Fase Ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan
menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
4. KLASIFIKASI ASMA
Pembagian derajat asma menurut Pedoman Asma Anak Indonesia sebagai berikut :
5. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi asma adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin
terpapar pada penderita dan benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak
dikenali oleh sistem di dalam tubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing
yang masuk (antigen). Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi
spasme otot bronkus ,sumbatan mucus, edema dan inflamasi dinding. Gangguan yang
berupa obstruksi saluran nafas yang berupa obstruksi saluran napas bisa dinilai dengan
VEP1 ( volume ekspirasi pakasa detik pertama) ,penyempitan saluran nafas dapat
terjadi baik pada saluran nafas yang besar, maupun sedang. Gejala mengi menandakan
adanya penyempitan sauran nafas besar sedangkan pada saluan nafas kecil gejala batuk
dan sesak. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar masuk saat
inspirasi sehingga menurunkan oksigen yang dalam darah. Kondisi ini berakibat pada
penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mukus dan
meningkatkan pergerakan silia pada mukosa. Sehingga menyebabkan gangguan pada
pertukaran gas (Setiyohadi, 2010).

6. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala asma yang biasa sering muncul adalah mengi, peningkatan
frekuensi pernafasan, hyperventilation, hyperinflasi, fluktuasi kadar CO2.
Hyperventilation yang diikuti dengan kecemasan merupakan gejala yang sering
ditemukan pada penderita asma, sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi jalan nafas
(Holloway, Elizabeth A. Wes, 2007). Hyperventilation merupakan suatu kondisi
dimana CO2 dalam darah dan alveoli berkurang sehingga kompensasi jalan nafas
mengalami konstriksi bertujuan untuk menghindari kehilangan CO secara berlebih
(Bruton, 2005). Selain itu penebalan dinding jalan nafas karena remodelling jalan nafas
meningkat dengan tajam dan berkontribusi terhadap obstruksi aliran udara. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya penyempian bronkus sehingga terjadilah sesak napas
(Melastuti & Husna, 2015).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Ngastiyah (2013) dalam (Pery Abenita, 2019), ada beberapa
pemeriksaan diagnostik bagi para penderita asma, antara lain :

a. Uji faal paru


Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil
provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.
Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter, caranya anak
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.
b. Foto toraks
Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali di
poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain. Pada pasien asma
yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa hiperinflasi dan
atelektasis.
c. Pemeriksaan darah hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret
hidung. Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan
uji tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.
Sedangkan pemeriksaan penunjang menurut (Smelzer, 2002) dalam (Nurarif Huda,
2016) :
a. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP > 20%. Spirometri dapat
digunakan untuk diagnosis dan memantau gejala pernapasan dan penyakit,
persiapan operasi, penelitian epidemiologi serta penelitian lain. Pengukuran faal
b. paru digunakan untuk menilai obstruksi jalan napas, reversibilitas kelainan faal paru
dan variabilitas faal paru sebagai penilaian tidak langsung hiperesponsif jalan napas
(Azhar & Berawi, 2015).
c. Sputum : eosinofil meningkat
d. Eosinofil darah meningkat
e. Uji Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma (Tanjung, 2003).
f. RO dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
g. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian fase lanjut normocapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
h. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar
pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.

8. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan Asma (Pusdatin Kementrian Kesehatan RI,
2015) adalah mencapai asma terkontrol sehingga penderita asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya
penatalaksanaan asma dibagi menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma jangka panjang
dan penatalaksanaan asma akut/saat serangan.

a. Tatalaksana Asma Jangka Panjang adalah edukasi, obat Asma (pengontrol dan
pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat pelega diberikan pada saat
serangan, obat pengontrol ditujukan untuk pencegahan serangan dan diberikan
dalam jangka panjang dan terus menerus.
b. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa Tujuan tatalaksana
serangan Asma akut:
1) Mengatasi gejala serangan asma
2) Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan
3) Mencegah terjadinya kekambuhan
4) Mencegah kematian karena serangan asma
Menurut (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003) dalam (Nurarif Huda,2016)
ada program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu :
a. Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan energi pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
kesehatan/asma, profesi kesehatan.
b. Monitor berat asma secara berkala dan penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan
dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada
penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan terapi
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka Panjang Penatalaksanaan
asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan :
1) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala obstruksi
jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
2) Tahapan pengobatan
3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma) hubungan penderita dokter yang
baik adalah dasar yang kuat untuk terjadi kepatuhan dan efektif
penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai
kondisi penderita, realistik/ memungkinkan bagi penderita dengan maksud
mengontrol asma.
e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut Pengobatan pada serangan akut
antara lain : Nebulisasi agonis beta 2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis beta 2
subcutan, Aminofilin IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila
mungkin Kortikosteroid sistemik.
f. Kontrol secara teratur pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal
yang penting diperhatikan oleh dokter yaitu:
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila diperlukan
g. Pola hidup sehat
1) Meningkatkan kebugaran fisik
Senam asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang
dianjurkan karena melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan
khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
3) Lingkungan kerja kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat
menimbulkan asma
Penatalaksanaan pada pasien menggunakan pendekatan keluarga (Alfa et al., 2020)
sebagai berikut :
a. Kunjungan keluarga pertama dilakukan pendekatan dan pengenalan terhadap
pasien serta menerangkan maksud dan tujuan kedatangan, diikuti dengan
anamnesis tentang keluarga dan perihal penyakit yang diderita
b. Intervensi secara non farmakologis dilakukan dengan bantuan media intervensi
berupa poster yang berisikan tentang penyakit asma, penyebab, faktor risiko,
faktor pencetus pencegahan.
c. Edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai jenis aktivitas fisik/olahraga
yang dapat dilakukan oleh pasien.
d. Edukasi dan evaluasi cara pemakaian obat. Agar obat yang digunakan lebih efektif
dan dapat mengontrol asma pasien dengan dosis yang tepat.

9. KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada penyakit asma (Wijaya & Putri, 2013) dalam
(Wiyanti, 2019) meliputi:

a. Status asmatik
b. Gagal nafas (respiratory failure)
c. Pneumothorax
d. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
e. Atelektasis
f. Aspirasi
g. Sumbatan saluran nafas yang meluas/gagal nafas
h. Asidosis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah proses pengumpulan data yang relevan dan
berkesinambungan tentang respon manusia, status kesehatan, kekuatan dan masalah
klien (Dermawan, 2012).
Adapun komponen-komponen dalam pengkajian yaitu :
a. Pengumpulan Data
1) Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orangtua, pekerjaan orang tua, tanggal
masuk rumah sakit, nomor medrec, tanggal pengkajian, diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Biodata penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
hubungan dengan klien dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea (bisa
sampai sehari-hari atau berbulan-bulan), batuk, mengi (pada beberapa kasus
lebih banyak proksimal).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang yang mendukung keluhan utama dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai sesak nafas yang dialami klien
secara PQRST menurut Rohman dan Walid (2012) yaitu :
P : Provokatus –Paliatif
Apa yang menyebabkan gejala, apa yang bisa memperberat, apa yang bisa
mengurangi.
Q : Qualitatif/quantitatif
Bagaimana gejala dirasakan, sejauh mana gejala dirasakan.
R : Region
Dimana gejala dirasakan
S : Skala-Severity
Seberapa tingkat keparahan dirasakan, pada skala berapa.
T : Time
Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala dirasakan, tiba-tiba atau
bertahap, seberapa lama gejala dirasakan.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti adanya infeksi
saluran pernafasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-alergen yang dicurigai
sebagai pencetus serangan, serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk
meringankan gejala asma (Muttaqin, 2012).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat penyakit asma
atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena
hipersensitivitas pada penyakit asma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan (Muttaqin, 2012).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan kesehatan pada gangguan sistem pernafasaan : asma meliputi
pemeriksaan fisik umum secara persistem berdasarkan hasil obsevasi keadaan
umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, dan pengkajian psikososial. Biasanya
pemeriksaan berfokus pada dengan pemeriksaan penyeluruh pada sistem
pernafasan yang dialami klien.
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah, nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan, sianosis, batuk dengan lendir
lengket dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, serta adanya bekas atau
tanda urtikaria atau dermatitis. Pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban
dan kusam atau tidak.
3) Kepala
Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma,
adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kejang ataupun hilang
kesadaran.
4) Mata
Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang dirasakan
klien. Serta riwayat penyakit mata lainnya.
5) Hidung
Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan fungsi
olfaktori.
6) Mulut dan laring
Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah,
dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara.
7) Leher
Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran tiroid serta
penggunaan otot-otot pernafasan.
8) Thorax
a. Inspeksi
Dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah
disebabkan oleh udara dalam paru-paru susah untuk dikeluarkan karena
penyempitan jalan nafas. Frekuensi pernafasan meningkat dan tampak
penggunaan otot-otot tambahan.
b. Palpasi
Pada palpasi dikaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus. Pada
asma, paru-paru penderita normal karena yang menjadi masalah adalah jalan
nafasnya yang menyempit.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah disebabkan karena kontraksi otot polos
yang mengakibatkan penyempitan jalan nafas sehingga udara susah
dikeluarkan dari paru-paru.
d. Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari
4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, bunyi pernafasan wheezing atau tidak
ada suara tambahan.
9) Kardiovaskuler
Jantung dikaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan
hiperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat.
10) Abdomen
Perlu dikaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat
merangsang serangan asma frekuensi pernafasan, serta adanya konstipasi
karena dapat nutrisi.
11) Ekstrimitas
Dikaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas
karena dapat merangsang serangan asma
d. Aktivitas Sehari-hari (ADL)
1) Nutrisi
Untuk klien dengan asma sering mengalami mual dan muntah, nafsu makan
buruk/anoreksia.
2) Eliminasi
Pola eliminasi biasanya tidak terganggu.
3) Pola Istirahat
Pola istirahat tidak teratur karena klien mengalami sesak nafas.
4) Personal hygine
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas
sehari-hari.
5) Aktivitas
Aktivitas terbatas karena terjadi kelemahan otot.
e. Data Psikologi
Dengan keadaan klien seperti ini dapat terjadi depresi, ansientas, dan dapat terjadi
kemarahan akibat berpikir bahwa penyakitnya tak kunjung sembuh.
f. Data Spiritual
Bagaimana keyakinan klien akan kesehatannya, bagaimana persepsi klien terhadap
penyakitnya dihubungkan dengan kepercayaan yang dianut klien, dan kaji
kepercayaan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
g. Data Sosial
Hubungan ketergantungan dengan orang lain karena ketidakmampuan melakukan
aktivitas mandiri, sendiri dan hubungan sosialisasi dengan keluarga.
h. Data Penunjang
1) Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler)
2) Sputum : eosinofil meningkat
3) Eosinofil darah meningkat
4) Uji kulit
5) Rongent dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
6) AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 dan hiperkapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut
normokapnia naik)
7) Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar
pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. (Nurarif, 2015)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan dan
deformitas dinding dada
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia)
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
metabolik,dispnea saat makan,kelemahan otot pengunyah
g. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.

3. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi keperawatan pada klien asma menurut Nurarif (2015) &
Doenges (2018):

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah


berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli dan bronkospasme.
1) Tujuan
Mempertahankan jalan nafas yang paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
2) Kriteria hasil
Menunjukan perilaku untuk memperbaiki kebersihan jalan nafas, misal : batuk
efektif dan mengeluarkan sekret.
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan dan
deformitas dinding dada
1) Tujuan
Mempertahankan pola nafas yang paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
2) Kriteria Hasil
- Menunjukan suara nafas yang bersih, tidak ada nafas cuping hidung, tidak
ada sianosis, dan dyspnea.
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontakbilitas dan volume
sekuncup jantung
1) Tujuan
Penurunan cardiac output klien teratasi
2) Kriteria Hasil
- Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah,Nadi,Respirasi) , tidak
ada penurun kesadaran.
- Dapat mentoleransi aktivitas,tidak ada kelelahan
- Tidak ada edema paru, perifer,dan tidak ada asites
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbondioksida
1) Tujuan
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.
2) Kriteria Hasil
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis
atau dsypnea
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
metabolic dispnea saat makan,kelemahan otot pengunyah.
1) Tujuan
Menunjukan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
2) Kriteria Hasil
Menunjukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatan dana atau
mempertahankan berat badan yang kuat.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (hipoksia)
1) Tujuan
Menunjukan mampu dalam melakukan aktivitas secara mandiri
2) Kriteria Hasil
Mampu melakukan aktivitas secara mandiri

g. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang di derita


1) Tujuan
Berkurang sampai hilang rasa aman cemas
2) Kriteria Hasil
- Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala yang ada dari proses penyakit dan
menghubungkan dengan faktor penyebab
- Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi,2010).

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurun,
2011).
Lembar Pengesahan

Tanggal…………………………
Mengetahui,

Penyusun

(………………………………….)

Dosen Pembimbing CI Ruangan

(…………………………………) (………………………………….)
DAFTAR PUSTAKA

Alfa, N., Mayasari, D., Kedokteran, F., Lampung, U., Komunitas, B. K., Kedokteran, F.,
& Lampung, U. (2020). Penatalaksanaan Asma dengan Faktor Risiko Debu Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga Asthma Management with Dust Risk Factors through the
Family Medicine Approach. J Agromedicine Unila, 7, 58–66. .

Carla, D. (2020). Apa Benar Cuaca Dingin Dapat Memicu Asma Kambuh?

Firdausiyah, A. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dan Ny.M Dengan Asma
Bronkial Yang Mengalami Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di
Ruang Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang.

Hasdianah, I. S. (2014). PaHasdianah, I. S. (2014). Patologi & Patofisiologi Penyakit (1st


ed.). Nuha Medika.tologi & Patofisiologi Penyakit (1st ed.). Nuha Medika.

Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. (2019). Latihan Pernapasan Diafragma
Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1), 53–64.
https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.691

Khairani. (2019). Penderita Asma di Indonesia. Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.

Nuari, A., Soleha, T. U., & Maulana, M. (2018). Penatalaksanaan Asma Bronkial
Eksaserbasi pada Pasien Perempuan Usia 46 Tahun dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga di Kecamatan Gedong Tataan. Majority, 7(3), 144–151.

Nurarif Huda, K. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1 (R. Hamdani (ed.)).
MediAction.

Nurul, Wa. (2020). 10 Penyebab Asma dan Faktor Pemicunya, Kenali Sedini Mungkin.
Kapanlagi.Com.

Online, D. (2020). ALERGI MAKANAN DAN GANGGUAN PERTUMBUHAN.


Pery Abenita. (2019). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N. A
DENGAN ASMA BRONKIAL.

PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.). Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I). Dewan Pengurus


Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

RISKESDAS. (2018). HASIL RISET KESEHATAN DASAR. Journal of Physics A:


Mathematical and Theoretical,.

Saliha, Z. (2017). Analisis Pemahaman Penderita Asma tentang Penyakit Asma sebagai
Cara untuk Mengontrol Penyakit Asma.
Setiyohadi, B. et al. (2010). Buku ajar ilmu penyakit dalam (5th ed.).

Sumiyati, et al. (2021). Anatomi Fisiologi (K. Abdul (ed.); 1st ed.). Yayasan Kita Menulis.

Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Universitas Sumatra Utara, 1–


10.
Utama Ardhi Yudha Saktya. (2018). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.
Deepbublish.

Widia, L. (2015). ANATOMI FISIOLOGI DAN SIKLUS KEHIDUPAN MANUSIA (1st ed.).
Nuha Medika.

Wijaya, I. M. K. (2017). Aktivitas Fisik (Olahraga) Pada Penderita Asma. Proceedings


Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA, 5(1), 336–341.

Anda mungkin juga menyukai