Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM RESPIRASI : ASMA BRONKIAL

Disusun Oleh:

Titi Sulastri
30120119036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2021
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
a. Pengertian
Asma berasal dari kata “Asthma” dari bahasa Yunani yang artinya “sulit
bernapas”. Penyakit ini berupa peradangan pada saluran pernafasan, sehingga saluran
napas menjadi hiperesponsif untuk terjadinya hipersekresi kelenjar, edema paru, dan
bronkokonstriksi. Kondisi tersebut menyebabkan terbatasnya aliran udara masuk ke
saluran pernapasan, ditandai dengan rasa sesak, dada terasa berat, serta batuk terus-
menerus terutama pada dini hari (Global Initiative for Asthma, 2018).
Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran napas yang ditandai dengan
gejala seperti batuk, suara napas mengi dan sesak pada dada akibat tersumbatnya saluran
pernapasan. Hiperaktivitas paru-paru oleh faktor tertentu dapat mengakibatkan saluran
pernafasan mengalami penyempitan sehingga menyebabkan peradangan. Faktor-faktor
tersebut antara lain usia, genetik, lingkungan serta status atopi (Wahid,2012., Paulina,
2019).

b. Anatomi Fisiologi
Pernapasan adalah kegiatan menghirup udara berupa oksigen (O2) dari luar tubuh,
dan mengeluarkan udara berupa karbondioksida (CO2) dari tubuh ke luar tubuh.
Menghirup udara disebut inspirasi dan mengeluarkan udara disebut ekspirasi. Oksigen
masuk melalui hidung dan mulut, lalu disalurkan melalui trakea dan bronkial ke alveoli.
Setelah masuk, oksigen akan terikat dengan haemoglobin yang kemudian dibawa ke
jantung lalu disalurkan ke seluruh tubuh melalui arteri. Karbondioksida merupakan sisa
metabolisme, dari kapiler darah ke alveoli lalu ke bronkial dan trakea, dan dikeluarkan
melalui hidung dan mulut.

a) Hidung
Merupakan saluran keluar masuknya udara, terdiri dari dua lubang (kavum
nasi) dan dipisahkan oleh sekat (septumnasi). Terdapat rambut-rambut yang
berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran dari udara yang dihirup.
b) Faring

1
Merupakan persimpangan antara saluran pernapasan dan saluran makanan,
terletak di belakang rongga hidung dan mulut. Rongga faring dibagi menjadi 3,
yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.
c) Laring
Merupakan saluran udara yang terletak di depan faring. Pada saluran ini
terdapat epiglotis yang terletak di pangkal saluran, fungsinya untuk menutupi
laring ketika menelan makanan sehingga makanan tidak masuk ke saluran
pernapasan.
d) Trakea
Merupakan terusan dari laring yang terdiri dari 16-20 tulang rawan dan
berbentuk huruf C, dengan panjang sekitar 9-11 cm. Di dalamnya terdapat sel
bersilia dan dilapisi otot polos.
e) Bronkus
Memiliki 2 cabang berbeda, bronkus kanan besar dan pendek daripada bronkus
sebelah kiri. Terdapat cabang kecil yang disebut bronkiolus, yang diujungnya
terdapat gelembung udara disebut alveoli.
f) Paru-paru

Dibagi menjadi 2 bagian, paru kiri dan paru kanan. Paru-paru kanan
tersusun atas lobus pulmo dextra superior, lobus media dan lobus inferior.
Sedangkan paru-paru kiri tersusun atas pulmo sinistra superior dan lobus
inferior. Dilapisi oleh selaput yang melindungi paru-paru, yaitu pleura.
Padapleura terdapat cairan untuk menghindari gesekan paru-paru dengan dinding
dada ketika bernapas.

c. Etiologi
Asma disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu (Putri, 2014., Suprapto, 2013):
i. Asma ekstrinsik (alergi)
Asma muncul karena danya faktor alergi yang telah dimiliki sejak kecil,
contohnya alergi makanan, debu, binatang, dan sebagainya.
ii. Asma intrinsik (idiopatik)

2
Disebabkan oleh faktor non-spesifik diantaranya, aktivitas fisik yang melelahkan,
emosional yang tidak menentu, dan juga flu. Biasanya muncul pada lansia 40
tahun keatas yang menderita penyakit sinus.
iii. Asma campuran
Terjadi akibat adanya komponen intrinsik dan ekstrinsik.
Adapun faktor resiko terjadinya penyumbatan saluran pernapasan yaitu,
i. Kontraksi otot daerah bronkus
ii. Membran bronkus yang membengkak
iii. Terdapat mukus kental dalam bronkus
Sedangkan faktor predisposisi terjadinya asma ialah genetik. Adanya riwayat alergi pada
keluarga menyebabkan seseorang lebih mudah terkena serangan asma jika terpapar faktor
pencetus, yaitu:
i. Alergen
- Ingestan, alergi disebabkan karena ada sesuatu yang masuk ke tubuh
melalui mulut seperti obat-obatan (penisilin, beta blocker, dll) dan
makanan.
- Inhalan, alergi disebabkan karena ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernapasan seperti bulu binatang, serbuk bunga dan debu.
- Kontaktan, alergi disebabkan karena adanya kontak dengan benda, seperti
logam, emas, dan lainnya.
ii. Perubahan cuaca
Perubahan cuaca seringkali memunculkan gejala asma, terutama ketika cuaca
dingin.
iii. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang dapat memicu reaksi alergi atau penyempitan pernapasan
dapat memicu serangan asma, contohnya penambang pasir, pabrik kayu, dan
sebagainya.
iv. Aktivitas berat
Asma dapat muncul ketika melakukan aktivitas berat, baik olahraga maupun
kerja. Hal ini bisa disebabkan karena faktor kelelahan dan pasokan oksigen yang
rendah di dalam tubuh.
v. Stress
Emosi yang tidak stabil dapat menimbulkan kecemasan dan kepanikan, jika
berlebihan dapat menyebabkan pernapasan yang tidak teratur sehingga dapat
terjadi serangan asma.

d. Klasifikasi
Asma diklasifikasikan berdasarkan tingkatan berat penyakit asma, sebagai berikut
(Setiawan, 2018):
i. Intermitten
Pada tahap ini, gejala muncul bulanan dengan durasi yang singkat.
3
ii. Persisten Ringan
Gejala muncul mingguan dan terkadang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
maupun saat beristirahat. Memerlukan pemakaian obat untuk mengontrol
serangan.
iii. Persisten Sedang
Gejala muncul harian yang dapat mengganggu aktivitas harian serta waktu
istirahat dan memerlukan obat pengontrol harian.
iv. Persisten Berat
Gejala muncul secara terus-menerus dan sering muncul tiba-tiba, sehingga
membatasi aktivitas dan mengganggu saat tidur.

e. Patofisiologi
Asma disebebkan karena adnya obstruksi saluran pernapasan. Obstruksi
disebabkan oleh kontraksi otot pada bronki sehingga mengakibatkan penyempitan atau
pembengkakan membran bronki yang disertai dengan adanya sputum yang kental.
Akibatnya, alveoli menjadi hiperinflasi dan banyaknya udara yang terperangkap dalam
paru-paru. Mekanisme ini melibatkan sistem imun dan sistem otonom.
Ketika terjadi proses sistem imunologis, antibodi (IgE) akan menyerang sel mast.
Adanya ikatan antara antigen dan antibodi menyebabkan pelepasan produk sel mast atau
yang disebut mediator kimiawi yaitu, bradikinin, histamin, prostaglandin dan anafilaksis.
Pelepasan yang dilakukan di dalam paru akan mempengaruhi otot dan kelenjar saluran
pernapasan, sehingga menyebabkan bronkospasme, edema membran dan produksi sekret
yang banyak.
Pada sistem saraf otonom, impuls saraf vagal mengatur kinerja tonus otot bronkial
melalui sistem parasimpatik. Ketika ujung saraf pernapasan dirangsang dengan faktor
penyebab seperti aktivitas fisik, cuaca dingin, emosi, infeksi dan lainnya, maka akan
terjadi peningkatan jumlah asetilkolin. Pelepasan ini dapat menyebabkan
bronkokonstriksi yang akan merangsang produksi mediator kimiawi.
Sistem parasimpatis memiliki reseptor α- dan β- adrenergik yang terletak di dalam
bronki. Keseimbangan antara dua reseptor tersebut diatur oleh siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Akan terjadi bronkokonstriksi ketika reseptor α- dirangsang, sehingga terjadi
penurunan cAMP untuk meningkatkan pelepasan mediator kimiawi. Dan terjadi
bronkodilatasi ketika reseptor β- dirangsang, yang mengakibatkan peningkatan cAMP
sehinga menghambat pelepasan mediator kimiawi (Wijaya, 2014).

f. Manifestasi klinis
Menurut Zullies (2016), tanda dan gejala asma dibedakan menjadi 2 yaitu,
i. Stadium awal
Faktor hipersekresi:
- Batuk berdahak

4
- Belum ada wheezing
- Bentuk thorak normal
- Blood gas analysis belum patologis
- Peningkatan IgE dan eosinofil darah
- Ronchi hilang timbul
Faktor spasme bronkiolus dan edema:
- Ada wheezing
- Terdapat ronchi basah
- Sesak napas
ii. Stadium lanjut (kronis)
- Batuk menerus dengan ronchi
- Sesak nafas dan dada berat
- Terdapat sputum yang sulit dikeluarkan
- Silent chest
- Barrel chest
- Sianosis
- Blood gas analysis kurang dari 80%

g. Komplikasi
Asma yang sering terjadi dalam waktu lama dapat menimbulkan emfisema dan
menyebabkan perubahan bentuk thoraks, dimana thoraks menjadi maju dan memanjang.
Ketika dilakukan rontgen, akan terlihat bahwa diafragma rendah, jantung menyempit dan
hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronis dapat muncul barrel chest atau bentuk
dada seperti burung dara, serta nampak sulkus Harrison.
Penumpukan sekret dapat menyebabkan bronkus tersumbat sehingga terjadi
atelektasis. Jika atelektasis berlangsung dalam waktu yang lama, maka dapat berubah
menjadi bronkietasis, dan berubah menjadi bronkopneumonia jika terdapat infeksi. Jika
serangan asma yang muncul terus-menerus tidak diobati dengan benar maka dapat
menyebabkan kegagalan pernapasan, gagal jantung bahkan kematian (Paulina, 2019).

h. Tes diagnostik
i. Uji faal paru
Pemeriksaan menggunakan alat peak flow meter, dimana pasien meniup
kuat flow meter. Digunakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai bronkus,
serta mengikuti perjalanan penyakit.
ii. Pemeriksaan darah
Pada pasien asma akan terlihat eosinofilia pada darah tepi. Juga dilakukan
uji alergen serta uji tuberkulin.
iii. Foto thoraks

5
Digunakan untuk memeriksa bentuk thoraks, terutama pada pasien
kunjungan pertama untuk memastikan penyakit dan menghindari kemungkinan
penyakit lain. Jika pasien mengalami asma, maka terdpaat kelainan berupa
atelektasis dan hiperinflasi. (Ngastiyah, 2013)

i. Penatalaksanaan
Menurut Bruner dan Suddarth (2017), terdapat 2 jenis penatalaksanaan yaitu,
i. Medis
- Antikolinergik: Iptropiem bromid (atrovont)
- Kortikosteroid: Predrison, hidrokortison, orodexon.
- Agonis adrenergik – beta 2 kerja – pendek.
- Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
- Metilxantin
ii. Keperawatan
- Kaji status respirasi dengan memonitor gejala yang muncul, tingkat
oksigen dan tanda-tanda vital.
- Kaji riwayat alergi terhadap oabat.
- Identifikasi medikasi yang sedang dilaukan pasien.
- Berikan rencana pengobatan yang telah diresepkan dokter dengan tetap
memantau respon pasien.
- Beri asupan cairan tambahan jika ada indikasi dehidrasi.
- Beri prosedur pengeluaran sekret atau pembersihan jalan napas, jika
diperlukan.
-
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Yang perlu dikaji pada pasien asma menurut Paulina (2019) yaitu,
1. Pengkajian riwayat kesehatan.
a. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang sebelumnya apakah ada
anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa?
2) Kaji riwayat alergi atau sensifitas terhadap zat/ factor lingkungan
mungkin terdapat alergi debu, bulu binatang, ataupun juga makanan.
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien apakah setiap hari selalu berhubungan
dengan zat allergen
b. Pernafasan
1) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
2) Nafas memburuk ketika pasien berbaring telentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat bantu pernafasan. Misalnya meninggikan bahu,
melebarkan hidung, atur posisi penderita misalnya dengan semi fowler.

6
4) Kaji suara bunyi nafas apakah ada bunyi nafas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
c. Hubungan social
1) Keterbatasan mobilitas fisik.
2) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
3) Adanya ketergantungan pada orang lain.
d. Aktifitas
1) Ketidakmampuan melakukan aktifitas karena sulit bernafas.
2) Adanya penurunan kemampuan/ penurunan peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktiifitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi modifikasi dengan semi fowler.
e. Sirkulasi
1) Adanya peningkatan tekanan darah.
2) Adanya peningkatan frekuensi jantung.
3) Warna kulit/ membrane mukosa normal/ abu abu/ sianosis.
4) Kemerahan atau berkeringat.
f. Asupan nutrisi
1) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
2) Penurunan berat badan karena anoreksia.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi thoraks
Untuk mengetahui struktur musculoskeletal, nutrisi, dan status system
pernafasan. Serta memeriksa warna dan turgor kulit, penipisan jaringan
subkutan, dan asimetri.
b. Palpasi thoraks
Untuk mengetahui nyeri tekan, massa, lesi, ekskursi p-ernafasan dan
femitus vokalis.
c. Perkusi thoraks
Untuk menentukan apakah di dalam jaringan paru terdapat udara,
cairan, atau bahan padat serta untuk memperkirakan ukuran dan letak
struktur seperti diafragma, jantung, dan hepar.
d. Auskultasi thoraks
Mengkaji aliran udara melalui pohon bronchial dan untuk melihat
adanya cairan atau obertruksi dalam paru. Auskultasi bertujuan untuk
mengetahui kondisi paru-paru, bunyi nafas normal, bunyi nafas
tambahan, dan bunyi suara.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan.
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret

7
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya pasokan oksigen
dalam tubuh.
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
. Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
b.d keletihan otot tindakan Observasi
pernafasan. keperawatan - Monitor pola nafas
diharapkan pola Terapeutik
nafas klien - Posisikan semifowler atau
membaik. fowler
- Berikan oksigen jika perlu
Kriteria hasil: Edukasi
- Ekspirasi dan - Ajarkan teknik batuk efektif
inspirasi
meningkat Dukungan ventilasi
- Frekuensi Observasi
nafas membaik - Identifikasi adanya
- Kedalaman kelelahan otot bantu nafas
- Monitorr status respirasi dan
nafas membaik
oksigenasi
Terapeutik
- Pertahankan kepatenan
jalan nafas
- Berikan posisi
semifowler atau fowler
- Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
Edukasi
- Ajarkan malakukan
teknik relaksasi nafas
dalam
2 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
tidak efektif b.d tindakan Observasi
peningkatan produksi keperawatan - Monitor bunyi nafas
sekret
diharapkan jalan tambahan
nafas klien - Monitor sputum
membaik. Terapeutik
- Posisikan semifowler atau
Kriteria hasil: fowler
1) Produksi - Berikan minum hangat
sputum - Berikan oksigen jika perlu

8
menurun Edukasi
2) Mengi menurun - Ajarkan teknik batuk efektif
3) Wheezing Kolaborasi
menurun - Kolaborasi pemberian
4) Frekuensi nafas bronkodilator, ekspektoran,
membaik mukolitik
5) Pola nafas
membaik Manajement Asma
Observasi
- Monitor frekuensi dan
keadaan nafas
- Monitor tanda dan gejala
hipoksia
- Monitor bunyi nafas
tambahan
Terapeutik
- Berikan posisi
semifowler 30-45o
Edukasi
- Anjurkan meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan kebutuhan
oksigen
- Anjurkan bernafas lambat
dan dalam
- Ajarkan mengidentifikasi
dan menghindari pemicu
3 Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Manajemen Energi
tidak adekuatnya tindakan Observasi
pasokan oksigen dalam keperawatan - Identifikasi gangguan
tubuh. diharapkan jalan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
nafas klien
- Monitor kelelahan fisik
membaik. dan emosional
- Monitor pola dan jam
Kriteria hasil: tidur
- Kemudahan Terapeutik
beraktivitas - Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
- Dispnea stimulus
menurun - Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
- Frekuensi
- Berikan fasilitas duduk
nafas membaik disisi tempat tidur, jika tidak

9
- Perasaan lemah dapat berpindah atau
menurun berjalan
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang diinginkan
dengan kriteria hasil pada rencana keperawatan. Format yang dipakai adalah format
SOAP:
1) S : Data Subjektif Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2) O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
3) A : Analisis Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.
4) P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Ikawati Zullies. (2016). Penatalaksanaan Terapi : Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta :


Bursa Ilmu.
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :Nusa Medika.
Paulina Anugraeni. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. N. A Dengan Asma Bronkial Di
Ruangan Kenanga Rsud Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang.

11

Anda mungkin juga menyukai