Anda di halaman 1dari 19

Konsep

Spiritual
Disusun oleh kelompok 2
- Bernadus Aldo William Nugraha (30120119005)
- Maria Vania Gitaswari (30120119006)
- Agnes Agustina Widyaningrum (30120119007)
- Enida Kurniasih P (30120119008)
- Shanty Caroline Ecclesia (30120119045)
Aspek Spiritual
dalam
Keperawatan
Spiritualitas adalah keyakinan
dalam hubungannya dengan yang
Pengertian Maha Kuasa dan Maha Pencipta.
Spiritualitas atau Contonya seperti seseorang yang
Keyakinan percaya kepada Allah sebagai
Spiritual Pencipta atau sebagai Maha
Kuasa
● Berhubungan dengan sesuatu
yang tidak diketahui atau

Menurut Burkhardt ●
ketidakpstian dalam kehidupan.
Menemukan arti dan tujuan

(1993), spiritual ●
hidup.
Menyadari kemampuan untuk

meliputi spek
menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri.

sebagai berikut :
Mempunyai perasaan
ketertarikan dengan diri sendiri
dan dengan Yang Maha Tinggi
Mickley et al (1992) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama.
Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama berfokus pada hubungan seseorang
dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Stoll (1989) menguraikan
bahwa spiritual sebagai konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal
dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan seseorang
dengan Tuhan. Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang
dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan linkungan.
Karakteristik Spiritualitas

● Hubungan dengan diri sendiri.


Kekuatan dalam atau/dan ● Hubungan dengan alam harmonis
self-reliance ● Mengetahui tentang tanaman,
● Pengetahuan diri : Siapa dirinya, pohon, margasatwa, dan iklim.
apa yang dapat dilakukannya. ● Berkomunikasi dengan alam
● Sikap : Percaya pada diri sendiri, (bertanam dan berjalan kaki),
percaya pada kehidupan/masa mengabadikan dan melindungi
depan, ketenangan pikiran, alam.
harmoni/keselarasan dengan diri
sendiri.
● Hubungan dengan orang lain
harmonis/suportif.
● Berbagi waktu, pengetahuan, dan ● Hubungan dengan ketuhanan
sumber secara timbal balik. (agamis/tidak agamis)
● Mengasuh anak, orang tua, dan orang ● Sembahyang/berdoa/meditasi
sakit.
● Perlengkapan keagamaan
● Meyakini kehidupan dan kematian
(mengunjungi, melayat, dll) ● Bersatu dengan alam.
● Bila tidak harmonis akan terjadi :
Konflik dengan orang lain, resolusi
yang menimbulkan
ketidakharmonisan dan friksi
Seseorang dapat terpenuhi kebutuhan spiritualnya
jika mampu :
1. Merumuskan arti personal yang lebih positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan.
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu
kejadian atau penderitaan.
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa
percaya, dan cinta.
4. Membina integitas personal dan merasa diri berharga.
5. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan.
6. Mengembangkan hubungan antara-manusia yang positif
Perkembangan Spiritual
Hamid (2000) menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi merupakan dasar
untuk perkembangan spiritual selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral
untuk mengenal arti spiritual. Keluarga yang spiritualnya baik dan perawat dapat
menjalin kerja sama agar terbentuk nilai-nilai spiritual pada bayi.
• Masa kanak-kanak awal (18 bulan-3 tahun)
Mulai mengalami peningkatan kemampuan kognitif.
• Anak masa pra sekolah (3-6 tahun)
Berhubungan erat dengan kondisi psikologis dominannya yaitu super ego, mulai
memahami kebutuhan sosial, norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan
dengan norma keluarga. Usia sekolah merupakan masa yang paling banyak
mengalami peningkatan kualitas kognitif pada anak.
• Anak usia sekolah (6-12 tahun)
Mereka berfikir secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat menggunakan konsep
abstrak untuk memahami gambaran dan makna spriritual dan agama mereka.
• Remaja (12-18 tahun).
Pada tahap ini individu sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup, Menggunakan
pengetahuan misalnya untuk mengambil keputusan saat ini dan yang akan datang.
• Dewasa muda (18-25 tahun).
Pada tahap ini, individu melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk
memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha
melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri. Spiritual bukan perhatian utama
pada usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup walaupun mereka tidak
memungkiri bahwa mereka sudah dewasa.
• Dewasa pertengahan (25-38 tahun)
Pada tahap ini, mereka sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang
salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari
sistem nilai. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah
dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual.
• Dewasa akhir (38-65 tahun)
Pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual.
Biasanya, pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat.
• Lanjut usia (65 tahun sampai kematian)
Pada masa ini mereka membayangkan kematian dan menggeluti spiritual sebagai isu
yang menarik, karena bagi mereka agama sebagai faktor yang mempengaruhi
kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Lansia yang spiritualnya baik mereka
tidak takut mati dan lebih mampu menerima kehidupan.
Faktor Yang Mempengaruhi Spiritualitas
● Tahap perkembangan: ● Keluarga: peran orang tua sangat
berdasarkan hasil penelitian penting dalam perkembangan
terhadap anak-anak dengan spiritualitas seorang anak karena
empat agama yang berbeda orang tua sebagai role model.
ditemukan bahwa mereka Keluarga juga sebagai orang
terdekat di lingkungan dan
memiliki konsep spiritualitas
pengalaman pertama anak dalam
yang berbeda menurut usia, jenis
mengerti dan menyimpulkan
kelamin, agama dan kepribadian kehidupan di dunia, maka pada
anak. umumnya pengalaman pertama
anak selalu berhubungan dengan
orang tua ataupun saudaranya
● Latar belakang etnik budaya: ● Pengalaman hidup sebelumnya:
sikap, keyakinan dan nilai Pengalaman hidup baik positif
dipengaruhi oleh latar belakang maupun negatif dapat mempengaruhi
spiritualitas seseorang. Selain itu juga
etnik dan sosial budaya. Hal dipengaruhi oleh bagaimana
yang perlu diperhatikan adalah seseorang mengartikan secara
apapun tradisi agama atau system spiritual kejadian atau pengalaman
keagamaan yang dianut individu, tersebut . Pada saat ini, kebutuhan
tetap saja pengalaman spiritual spiritual akan meningkat yang
memerlukan kedalaman spiritual dan
tiap individu berbeda dan
kemampuan koping untuk
mengandung hal unik memenuhinya.
● Krisis dan perubahan: krisis dan ● Terpisah dari ikatan spiritual:
perubahan dapat memperkuat individu yang biasa melakukan
kedalaman spiritual seseorang. kegiatan spiritual ataupun tidak
Krisis sering dialami ketika dapat berkumpul dengan orang
individu dihadapkan dengan hal terdekat biasanya akan
sulit. Apabila klien mengalami mengalami terjadinya perubahan
krisis, maka keyakinan spiritual fungsi spiritual.
dan keinginan untuk melakukan
kegiatan spiritual menjadi lebih
tinggi.
Spiritual, Kesehatan, Dan Sakit
1. Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan
dan perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami
adalah :
2. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari
3. Sumber dukungan
4. Sumber kekuatan dan penyembuhan
5. Sumber konflik
Perubahan Fungsi Spiritual
1. Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai oleh
perawat, karena klien bias mengalami masalah spiritual. Ekspresi kebutuhan spiritual yang
adaptif dan maladaptif dapat membantu perawat dalam mengkaji potensial distress spiritual
yang dimanifestasikan oleh klien atau keluarga klien.
2. Verbalisasi distress. Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminua atau mengekspresikan kebutuhan untuk
mendapatkan bantuan.
3. Perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakna manifestasi gangguan fungsi spiritual
Menurut Taylor, Lilis , dan Le Mone (1997) , dalam hal ini perawat akan :
1. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang memenuhi kebutuhannya untuk
mendapatkan arti dan tujuan hidup , mencintai berhubungan , dan pengampunan.
2. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari , terutama ketika menghadapi
nyeri , penderitaan , dan kematian dalam melakukan praktik professional.
3. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri sendiri.
4. Menunjukkan perasaan damai , kekuatan batin , kehangatan , keceriaan , caring, dan kreativitas
dalam interaksinya dengan orang lain.
5. Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang lain walaupun berbeda dengan keyakinan
spiritual perawat.
6. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang bagaimana keyakinan spiritual klien
memengaruhi gaya hidup mereka berespons terhadap penyakit, pilihan pelayanan kesehatan
dan pilihan terapi.
7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan spiritual klien.
8. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang paling sesuai untuk membantu klien yang sedang
mengalami distress spiritual.
Perilaku Self care :
-Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain.
-Gali praktik yang mendukung secara spiritual.
-Hargai sistem kepercayaan orang lain.
-Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri
sendiri dan orang.
-Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah stres , krisis , dan
kehilangan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai