Anda di halaman 1dari 48

KONSEP

SPIRITUAL

Oleh:
Ns. Yeni Iswari., M.Kep., Sp.
Kep. An
PENDAHULUAN

Perawat memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai


bagian dari kebutuhan menyeluruh klien
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien,walau
pun mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang
tidak sama.
PENGERTIAN

 Spiritualitas

 Keyakinan Merupakan hal yang Berbeda


 Agama
SPIRITUALITAS
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek sebagai
berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau
ketidakpastian dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemempuan untuk menggunakan sumber dan
kekuatan dalam diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan
dengan Yang Maha Tinggi.
SPIRITUALITAS
Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zetner,
(1993).
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan
ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik,
atau kematian. Kekuatan yang timbul diluar kekuatan
Manusia
SPIRITUALITAS

Mickley et al (1992)
Menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi,
yaitu dimensi ekstensial dan dimensia agama. Dimensi
ekstensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan,
sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan
seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
SPIRITUALITAS
Stoll (1989)
Spiritualitas sebagai konsep dua dimensi:
1. Dimensi verticalhubungan dengan Tuhan atau
Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang
2. Dimensi horizontalhubungan seseorang dengan
diri sendiri, dengan orang lain dan dengan
lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus
antara dua dimensi tersebut.
SPIRITUALITAS
Carson, 1989
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk
mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan
KEPERCAYAAN (FAITH)

Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti


mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu
atau seseorang.
Secara umum agama atau keyakinan spiritual merupakan
upaya seseorang untuk memahami tempat seseorang di
dalam kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat
dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan secara
menyeluruh
AGAMA

 Merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir atau teratur.


 Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual, dan praktik yang
biasanya berhubungan dengan kematian, perkawinan dan
keselamatan/penyelamatan (salvation).
 Mempunyai aturan-aturan tertentu yang dipraktikan dalam
kehidupan sehari-hari yang memberikan kepuasan bagi yang
menjalankannya.
 Perkembangan keagamaan individu merujuk pada penerimaan
keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu
KARAKTERISTIK SPRITUALITAS

Hubungan dengan diri sendiri

Hubungan dengan alam

Hubungan dengan Orang lain

Hubungan dengan Ketuhanan


1. Hubungan dengan diri sendiri.
Kekuatan dalam/dan self-reliance

a. Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat


dilakukannya).
b. Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada
kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran,
harmoni/keselarasan dengan diri sendiri).
2. Hubungan dengan alam Harmoni

a. Mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim.


b. Berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki),
mengabdi dan melindungi alam.
3. Hubungan dengan orang lain
Harmonis/suportif.
a.Berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal
balik.
b.Mengasuh anak, orangtua dan orang sakit.
c.Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi,
melayat, dll).

Tidak harmonis
a. Konflik dengan orang lain.
b. Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan
friksi.
4. Hubungan dengan ketuhanan

Agamais atau tidak agamais


a. Sembahyang/berdoa/meditasi.
b. Perlengkapan keagamaan.
c. Bersatu dengan alam.
Kebutuhan Spiritual Terpenuhi apabila….
a. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia/kehidupan
b. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah
dari suatu kejadian atau penderitaan.
c. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta.
d. Membina integritas personal dan merasa diri berharga.
e. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui
harapan.
f. Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif.
KETERKAITAN ANTARA SPIRITUALITAS,
KESEHATAN DAN SAKIT

Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena


dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku
selfcare klien.
Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu
dipahami adalah sebagai berikut:
1. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari

Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan


dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai
makna keagamaan bagi klien.
Contoh: ada agama yang menetapkan makanan diit
yang boleh dan tidak boleh dimakan. Begitu pula
metode keluarga berencana ada agama yang melarang
cara tertentu untuk mencegah kehamilan termasuk
terapi medik atau pengobatan.
2. Sumber Dukungan
Pada saat mengalami stress, individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini
sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan
sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut
memerlukan proses penyembuhan yang lama
dengan hasil yang belum pasti.
Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan
praktik keagamaan lainnya sering membantu
memenuhi kebutuhan spiritual yang juga
merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh.
3. Sumber Konflik
Pada suatu situasi tertentu, bisa terjadi konflik antara
keyakinan agama dengan praktik kesehatan.
Misalnya ada orang yang memandang penyakit
sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah
berdosa.
4. Sumber Kekuatan dan Penyembuhan

Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan


mudah dievaluasi (Taylor, Lilis & Le Mone, 1997).
Namun pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati
oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa
individu cenderung dapat menahan distress fisik
yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang
kuat.
Keluarga klien akan mengikuti semua proses
penyembuhan yang memerlukan upaya ekstra,
karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan
berhasil.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SPIRITUALITAS

Menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) dan Craven & Hirnle
(1996), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas
seseorang adalah:
1. Pertimbangan tahap Perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan
empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka
mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk
sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan
kepribadian anak.
2. Keluarga
 Peran orang tua sangat menentukan dalam
perkembangan spiritualitas anak.
 Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh
orangtua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa
yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan
diri sendiri dari perilaku orang tua mereka.
 Keluarga merupakan lingkungan terdekat dan
pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada
umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam
berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.
3. Latar belakang etnik dan budaya
 Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi
agama dan spiritual keluarga.
 Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan
agama, termasuk nilai moral dari hubungan
keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk
kegiatan keagamaan.
 Perlu diperhatikan apapun tradisi agama atau
sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap
saja pengalaman spiritual unik bagi tiap individu.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman
negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang.
Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang
mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman
tersebut.
5. Krisis dan perubahan
 (Tooth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996). Krisis sering
dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,
penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan
kematian, khususnya pada klien dengan penyakit
terminal atau dengan prognosis yang buruk.
Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi
tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga
pengalaman yang bersifat fisik dan emosional.
 Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman
spiritual seseorang
Krisis
.bisa berhubungan dengan perubahan
patofisiologi, treatment/terapi pengobatan yang
diperlukan, atau situasi yang mempengaruhi
seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit terminal
pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan
tentang sistem kepercayaan seseorang. Apabila klien
dihadapkan pada kematian, maka keyakinan spiritual
dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi
dibandingkan pada pasien yang berpenyakit tidak
terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
 Menderita sakit terutama yang bersifat akut,
seringkali membuat individu merasa terisolasi dan
kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan
sosial (social support system).
 Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan
yang asing baginya dan merasa tidak aman.
Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara
lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti
kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul
dengan keluarga atau teman dekat yang biasa
memberikan dukungan setiap saat diinginkan.
 Terpisahnya klien dari ikatan spiritual berisiko
terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.
7. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai

Perawat harus peka terhadap kebutuhan spiritual klien


 ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk
memberikan asuhan spiritual dengan alasan:
a. perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan
spiritualnya
b. kurang menganggap penting kebutuhan spiritual
c. tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek
spiritual dalam keperawatan
d. merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien
bukan menjadi tugasnya tetapi menjadi tanggung
jawab pemuka agama.
Isu moral terkait dengan terapi

Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan


dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan
kebesarannya, walaupun ada juga agama yang
menolak intervensi pengobatan.
 Prosedur medik seringkali dapat dipengaruhi oleh
pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi
organ, pencegahan kehamilan, strerilisasi. Konflik
antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering
dialami oleh klien dan tenaga kesehatan.
Empat isu nilai yang mungkin timbul antara
perawat dan klien adalah:

a. Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan


dengan spektrum yang luas.
b. Fear: berhubungan dengan ketidak mampuan
mengatasi situasi, melanggar privacy klien, atau merasa
tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri
sendiri.
c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang
memberikan arti dalam kehidupan , tujuan, harapan
dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat.
d. Bingung: bingung terjadi karena ada perbedaan antara
agama dan konsep spiritual.
MANIFESTASI PERUBAHAN FUNGSI
SPIRITUAL

1. Verbalisasi distress
Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya
memverbalisasikan distress yang dialaminya atau
mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan.
Misalnya seorang istri mengatakan: “Saya merasa bersalah
karena saya seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami
saya mengalami serangan jantung”.
Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang
kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti
hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik
kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distress yang dialami
klien.
2. Perubahan perilaku
– Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau
menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil
pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distress
spiritual.
– Reaksi:
a. mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu
situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat
menjelaskan situasi tersebut merupakan manifestasi
gangguan fungsi spiritual,
b. emosional dan mencari informasi serta dukungan dari
keluarga atau teman.
c. Perasaan bersalah, rasa takut, depresi dan ansietas
mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual.
Taylor, Lilis & Le Mone (1997),
dalam hal ini perawat akan:
1. Mempunyai pegangan tentang keyakinan spiritual yang
memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan arti dan
tujuan hidup, mencintai dan berhubungan serta
pengampunan.
2. Bertolak dari kekuatan spiritual dalam kehidupan sehari-hari
ini, terutama ketika menghadapi nyeri, penderitaan dan
kematian dalam melakukan praktik profesional.
3. Meluangkan waktu untuk memupuk kekuatan spiritual diri
sendiri.
4. Menunjukkan perasaan damai, kekuatan batin, kehangatan,
keceriaan, caring dan kreativitas dalam interaksinya dengan
orang lain.
.
5. Menghargai keyakinan dan praktik spiritual orang
lain walaupun berbeda dengan keyakinan spiritual
perawat.
6. Meningkatkan pengetahuan perawat tentang
bagaimana keyakinan spiritual klien
mempengaruhi gaya hidup mereka, berespon
terhadap penyakit, pilihan pelayanan kesehatan
dan pilihan terapi/treatment.
7. Menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan
spiritual klien.
8. Menyusun strategi asuhan keperawatan yang
paling sesuai untuk membantu klien yang sedang
mengalami distress spiritual.
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian

1. Afilasi Agama:
a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan
secara aktif atau tidak aktif.
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
2. Keyakinan agama, spiritual:
a. Praktik kesehatan: diet, mencari dan menerima terapi,
ritual atau upacara agama.
b. Persepsi penyakit: hukuman, cobaan terhadap keyakinan.
c. Strategi koping.
A. Pengkajian
3. Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:
a. Tujuan dan arti hidup.
b. Tujuan dan arti kematian.
c. Kesehatan dan pemeliharaannya.
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain.
A. Pengkajian
4. Pengkajian data subjektif
Pedoman Pengkajian Spiritual yang disusun oleh Stoll
dalam Craven & Hirnle (1996) mencakup empat area
yaitu:
a. Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan;
b. Sumber harapan dan kekuatan;
c. Praktik agama dan ritual;
d. Hubungan antara keyakinin spiritual dan kondisi
kesehatan.
5. Pengkajian data objektif
Pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi,
hubungan interpersonal dan lingkungan melalui
observasi.
A. Pengkajian
6. Karakteristik klien yang mengalami distress spiritual :
a. Tampak kesepian dan sedikit pengunjung,
b. Mengekspresikan rasa takut dan cemas,
c. Mengekspresikan keraguan terhadap sistem
kepercayaan/agama,
d. Mengekspresikan rasa takut terhadap kematian,
e. Klien yang akan dioperasi,
f. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau
implikasi sosial dan agama.
g. Mengubah gaya hidup
h. Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
A. Pengkajian

i. Tdk mampu/menolak melakukan ritual spiritual


j.Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari Tuhan,
k. Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
l.Mempertanyakan rencana terapi karena
bertentangan dengan keyakinan agama.
m. Sedang menghadapi sakratul maut (dying).
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d


ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit dengan keyakinan
spiritual.
2. Koping individu tidak efektif b/d kehilangan agama sebagai
dukungan utama (merasa ditinggal oleh Tuhan).
3. Takut b/d belum siap untukmenghadapi kematian dan
pengalaman kehidupan setelah kematian.
4. Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d keyakinan
bahwa agama tidak mempunyai arti.
5. Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada yang peduli
termasuk Tuhan.
.
6. Ketidakberdayaan b/d parasaan menjadi korban.
7. Ggn harga diri b/d kegagalan untuk hidup sesuai dengan
ajaran agama.
8. Disfungsi seksual b/d konflik nilai.
9. Ggn pola tidur b/d distress spiritual.
10. Resiko tindak kekerasan thd diri sendiri b/d perasaan
bahwa hidup ini tidak berarti.
C. Rencana Keperawatan

Tujuan difokuskanmenciptakan lingkungan yang


mendukung praktik keagamaan dan keyakinan yang
biasanya dilakukan.
Tujuan ditetapkan secara individual dengan
mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko, dan
tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan.
1. Distress spiritual:
a. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang memenuhi
kebutuhan untuk memperoleh arti dan tujuan,
mencintai dan keterikatan serta pengampunan.
b. Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan dan rasa
nyaman ketika menghadapi tantangan berupa
penyakit, cidera atau krisis kehidupan lain.
c. Mengembangkan praktek spiritual yang memupuk
komunikasi dengan diri sendiri, dengan Tuhan dan
dengan dunia luar.
d. Mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan
antara keyakinan spiritual dengan kehidupan sehari-
hari.
2. Perencanaan bersifat individual

a. Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.


b. Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
menantang keyakinan spiritual.
c. Menggali alternatif: mengingkari, memodifikasi atau
menguatkan keyakinan; mengembangkan keyakinan
baru.
d. Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca kitab
suci, kelompok pengajian, dsb).
e. Melaporkan atau mendemonstrasikan berkurangnya
distress spiritual setelah keberhasilan intervensi
3. Perencanaan memenuhi kebutuhan spiritual
klien
a. Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.
b. Membantu klien menggunakan sumber dari dalam dirinya
dengan cara lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang
dialaminya.
c. Membantu klien mempertahankan atau membina hubungan
personal yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang
menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan.
d. Membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi yang
sedang dihadapinya.
e. Meningkatkan perasaan penuh harapan.
f. Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan.
D. Implementasi

Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.


Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan
spiritualnya.
Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.
Berespon scr singkat, spesifik dan faktual.
Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti
menghayati masalah klien.
Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik
mendukung, menerima, bertanya, memberi informasi, refleksi,
menggali perasaan dan kekuatan yang dimiliki klien.
 Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan
. verbal klien.
atau pesan
 Bersikap empati yang berarti memahami dan mengalami
perasaan klien.
 Memahami masalah klien tnp menghukum walaupun
tidak berarti menyetujui klien.
 Mentukan arti dan situasi klien, bagaimana klien
berespon terhadap penyakit?
 Apakah klien menganggap penyakit yang dideritanya
merupakan hukuman, cobaan atau anugerah dari Tuhan?
 Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi
kewajiban agama.
 Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di RS.
D. Evaluasi
Tujuan tercapai apabila secara umum klien:
Mampu beristirahat dengan tenang.
Menyatakan penerimaan keputusan moral/etika.
Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan.
Menunjukkan hubungan yang hangat, dan terbuka dengan
pemuka agama.
Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan marah, rasa
bersalah dan ansietas.
Menunjukkan perilaku lebih positif.
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya.

Anda mungkin juga menyukai