Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : TYPHOID

Disusun Oleh:

Titi Sulastri
30120119036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2022
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
a. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut pada usus halus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri tersebut akan menginvasi organ tubuh seperti, hati,
kelenjar limfe usus, limpa, dan Payer’s patch. Awal mula penyakit ini muncul, ditandai
dengan adanya demam yang berkepanjangan (Sumarno, dkk, 2012).
Menururt Marsiadi (2017), typhoid merupakan penyakit sistemik yang disebebkan
karena masuknya bakteri. Penyakit ini ditandai dengan munculnya demam dalam waktu
lama, badan lemas, splenomegali, sakit kepala berat, anoreksia dan batuk. Pada penderita
yang berkulit putih, akan ditemukan “rose spot” pada tubuhnya.
Demam typhoid adaah penyakit yang disebabkan karena adanya bakteri
Salmonella typhi yang menyerang sistem pencernaan. Dimana bakteri ini akan menyebar
ke organ tubuh lainnya. Bakteri tersebut dapat masuk ke tubuh melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi (Affan, 2020).

b. Anatomi Fisiologi

Usus halus terbentang dari pylorus sampai sekum, yang terbagi menjadi tiga
bagian yaitu duodenum, jejunum serta ileum. Panjangnya sekitar 300-350 cm, yang akan
bertambah panjang atau bertambah pendek seiring berjalannya usia. Dinding usus terbagi
menjadi empat lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskuler dan peritoneal. Struktur
membran mukosa terdiri dari lapisan sirkuler yang menglilingi bagian dalam usus halus,
berfungksi untuk meningkatkan absorpsi usus. Villi merupakan bagian yang menonjol
berupa lapisan epitel, berfungsi untuk membantu proses absorpsi (Affan, 2020). Bagian-
bagian usus halus terdiri atas:
1) Duodenum
Merupakan bagian terpendek dan terlebar, berbentuk seperti huruf C
mengelilingi caput pankreatis. Terbentang dari pylorus (sebelah kanan) sampai ke
duodenojejunal (sebelah kiri).
2) Jejunum dan Ileum
Jejunum terletak di regio umbilikal dan ileum di regio inguinal kanan.
Panjang keduanya sekitar 6-7 m. Ujung ileum biasanya berada didalam pelvis

1
yang nantinya akan melintas ke kranial untuk berakhir di permukaan medial
caecum.
Usus halus merupakan tempat terjadinya penyerapan dalam sistem pencernaan.
produk hasil pencernaan akan diabsorpsi oleh epitel usus halus, yang sebagian besar
terjadi di jejunum. Absorpsi yang terjadi berlangsung cepat. Segmentasi merupakan
metode usus halus dalam pencernaan, terjadi pencampuran dan mendorong kimus secara
perlahan. Kontraksi segmentasi menghasilkan irama listrik yang mengatur peristaltik
usus.
Ketika makanan sudah terabsorpsi, maka kontraksi segmentasi berhenti dan
diganti oleh migrating motility complex atau gelombang peristaltik. Memerlukan waktu
100-150 menit untuk menyapu sisa makanan dari lambung ke usus halus. Gelombang ini
diatur oleh hormon mitolin yang dihasilkan ketika keadaan tidak makan oleh sel endokrin
usus halus (Hartanto, 2018).

c. Etiologi
Penyebab utama typhoid adalah bakteri Salmonella typhi dari spesies Salmonella
enterica. Bakteri akan menginfeksi saluran pencernaan, basil akan diserap oleh usus
melalui kelenjar limfe dan selanjutnya masuk ke aliran darah lalu sampai di organ tubuh
lain, terutama limpa dan hati. Basil yang tidak hancur akan berkembang sehingga organ
tersebut akan membesar yang disertai nyeri.

d. Patofisiologi
Penularan Salmonella thypi dapat melalui banyak cara, dikenal dengan sebutan 5F
yaitu, food (makanan), fingers (jari-jari), fomitus (muntah), fly (lalat), dan feses. Makanan
dan minuman yang terkontaminasi akan masuk melalui mulut lalu masuk ke lambung.
Sebagian kuman akan dimusnahkan oleasam lambung dan sisanya masuk ke susu halus
hingga sampai di jaringan limpoid. Bakteri akan berkembang biak di dalam jaringan
limpoid, lalu masuk ke aliran darah hingga sampai ke sel retikuloendotelial. Selanjutnya
akan terjadi bakteremia, dimana sel melepas bakteri ke sirkulasi darah sehingga bakteri
akan masuk ke organ limpa, kantung empedu dan usus halus.
Ketika terjadi bakteremia, bakteri akan menghasilkan endotoksin yang membantu
proses peradangan di lokasi perkembangan bakteri. Endotoksin akan merangsang sintesis
pelepasan zat pirogen oleh leukosit sebagai pertahanan tubuh. Zat pirogen akan beredar
di sirkulasi darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus sehingga
menimbulkan gejala demam.

e. Manifestasi klinis
Menurut Dewi dan Meira (2016), masa inkubasi typhoid berlangsung sekitar 10-
14 hari,
1) Minggu 1

2
Demam berangsur naik, dari sore hingga malam hari. Terdapat nyeri otot, sakit
kepala, mual, diare dan rasa tidak nyaman di perut.
2) Minggu 2
Demam masih terjadi, bradikardi, lidah berwarna putih, hepatpmegali, penurunan
kesadaran, dan meteorismus.

f. Komplikasi
1) Komplikasi Intestinal
i. Peritonitis: nyeri perut hebat, dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan.
ii. Perdarahan usus: terjadi melena, disertai nyeri perut dengan tanda
renjatan.
iii. Perforasi usus: terjadi bila ada udara di hati dan diafragma pada foto RO
abdomen posisi tegak.
2) Komplikasi Ekstraintestinal
i. Hepar dan kandung kemih: hepatitis, dan kolelitiasis.
ii. Ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
iii. Kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis), miokarditis,
trombosis, dan tromboflebitis.
iv. Darah: anemia hemolitik, trombositopenia, atau koagulasi intravaskuler
diseminata dan sindrom uremia hemolitik.
v. Paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
vi. Tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan arthritis.
vii. Neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis perifer,
dan sindrom katstonia (Meira, 2016)

g. Tes diagnostik
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), terdapat 5 tes yang dapat dilakukan untuk
mengetahui typhoid yaitu,
1) Uji Darah Perifer
Untuk melihat kadar leukosit.
2) Uji SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum
glutamic oyruvic transaminase)
Adanya peningkatan jumlah SGOT dan SPGT.
3) Uji Widal
Mendeteksi antibodi terhadapat bakteri Salmonella typhi.
4) Kultur
- Kultur darah : positif pada minggu pertama
- Kultur urin : positif pada akhir minggu kedua
- Kultur feses: positif dari minggu kedua - minggu ketiga
5) Anti Salmonella Tiphi IgM

3
Unutk deteksi dini dimana IgM muncul pada hari ke-3 dan ke-4 saat demam.

h. Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes (2016) dan Nanda (2015),
i. Medis
- Kloramfenikol. Dosis 50 mg/kgBB/hari via oral atau IV selama 14 hari.
- Ampisilin dengan dosis 200 mg/kgbb/hari
- Amoksilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari
- Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbbb/hari
- Ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/kali
ii. Keperawatan
- Menganjurkan pasien untuk bed rest
- Melakukan manajemen hipertermi
- Memfasilitasi lingkungan yang nyaman

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
Menurut Susilaningrum (2012), pengkajian pasien dengan demam typhoid berupa:
1) Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan
nafsu makan kurang.
2) Terjadi febris remiten. Pada minggu pertama suhu tubuh perlahan naik setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Pada minggu
ketiga suhu bertahap turun dan normal pada akhir minggu ketiga.
3) Umumnya kesadaran pasien menurun Pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam
kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang
ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada anak besar.
4) Pemeriksaan fisik
- Terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah
(ragedan). Lidah tertutup selaput putih kotor (coted tongue), ujung dan
tepinya kemerahan, jarang disertai tremor.
- Abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (metorismus). Bisa
terjadi konstipasi dapat juga terjadi diare atau normal.
- Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
- Usia, tingkat kesadaran, antropometri, tanda-tanda vital.
5) Pemeriksaan laboratorium
- Darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif, dan
aneosinofilia pada permukaan sakit.
- Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.
4
- Biakan empedu basil Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah
pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan
dalam urin dan feses.
- Pemeriksaan widal Untuk membuat diagnosis yang diperlukan ialah titer
zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih
menunjukkan kenaikkan yang progresif.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit Nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
2) Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan.
3) Resiko hipovolemik berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
. Keperawatan
1 Defisit Nutrisi dari Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh b.d tindakan Observasi
intake yang tidak keperawatan - Identifikasi status nutrisi
adekuat. - Identifikasi alergi dan
diharapkan defisit
intoleransi makanan
nutrisi dapat
- Identifikasi makanan yang
teratasi.
disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori
Kriteria hasil: dan jenis nutrient
- Nafsu makan - Monitor asupan makanan
meningkat - Monitor hasil pemeriksan
- Intake adekuat laboratorium
- Verbalisasi Tindakan
keinginan - Lakukan oral hygiene
untuk sebelum makan, jika perlu
meningkatkan - Fasilitasi menentukan
nutrisi pedoman diet
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tingi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan,jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu

5
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
2 Nyeri akut b.d proses Setelah dilakukan Manajemen Muntah
peradangan. tindakan Observasi
keperawatan - Identifikasi karakteristik
diharapkan nyeri muntah ( mis. warna
konstitensi,adanya darah,
akut dapat teratasi.
waktu, frekuensi dan durasi)
- Periksa volume muntah
Kriteria hasil: - Identifikasi factor penyebab
- Gelisah muntah Monitor efek
menurun manajemen muntah secera
- Kesulitan tidur Tindakan
membaik - Kontrol faktor lingkungan
- Mual muntah penyebab muntah
menurun - Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab muntah
- Atur posisi untuk mencegah
aspirasi
- Bersihkan mulut dan hidung
- Berikan kenyamanan selama
muntah
Edukasi
- Anjurkan membawah
kantong plastic untuk
menampung muntah
- Anjurkan memperbanyak
istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengelolah muntah
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
3 Resiko hipovolemik Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
b.d intake yang tidak tindakan Observasi
adekuat keperawatan - Periksa tanda dan gejala

6
diharapkan masalah hipovolemia (mis. Frekuensi
hipovolemik dapat nadi meningkat, madi teraba
teratasi. lemah,tekanan darah
menurun, turgor kulit
menurun,membrane mukosa
Kriteria hasil:
kering,hematokrit
- Turgor kulit meningkat,haus,lemah)
membaik - Monitor intake dan output
- Perasaan lemah cairan Tindakan
menurun - Hitung kebutuhan cairan
- Suhu tubuh - Berikan asupan cairan
normal - Berikan posisi modified
Trendelenburg
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonic (mis. RL)
- Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis ( mis.glukosa
2,5%, Nacl 0,4%)

Pemantauan Cairan Tindakan


Observasi
- Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor elastisitas atau
turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
- Monitor intake dan output
cairan
- Monitor kadar albumin dan
protein total
Tindakan
- Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan

7
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan,jika perlu

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang diinginkan
dengan kriteria hasil pada rencana keperawatan. Format yang dipakai adalah format
SOAP:
1) S : Data Subjektif Perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan klien.
2) O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau
tim kesehatan lain.
3) A : Analisis Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakah berkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.
4) P : Perencanaan Rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.

8
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesi: Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Rahmat Fauzan. (2019). Asuhan Keperawatan Pada An. Z dengan Demam Typoid Diruangan
Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang.
Affan Ikhtiar Al Madani. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Usia Sekolah Demam Typoid
Dengan Hipertermi di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis.
Universitas Bhakti Kencana Bandung.
Tiyas Arum Sari,. Deoni Vioneery. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Typhoid
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman Nyaman. Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
Budiman Parapat. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. P dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Demam Typhoid di Ruang Anak Kelas II Rumah Sakit Umum Rantauprapat
Tahun 2020. Poltekkes Kemenkes Medan.
Florensi Pongmalibu. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Demam
Typhoid Dengan Masalah Keperawatan Defisit Nutrisi di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar. Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

Anda mungkin juga menyukai