Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep medis
1. Pengertian
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii A, B, C pada saluran
pencernaan. (Suratum, 2010)
Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam
kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit
infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai
saluran pencernaan (Hasan dan Atlas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang
demam dengan dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut,
dan sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau
lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005).
2. Etiologi
Bakteri Salmonella Typhi Wujud dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu
antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan
antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C
(optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem
imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.
3. Patofisiologi
1.      Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa
(IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan
selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di
ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.

2.      Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hiperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa
melalui sirkulasi portar dari usus.
3.      Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ
ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga
mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental
koagulasi).
4.      Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri
yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung
hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil
menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada
minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri.
Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu
ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan
meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
4. Manifestasi klinik
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari,
jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari,
jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal,
yaitu perasaan tidak enak badan, nyeri kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat, yang
kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis seperti demam, gangguan pada saluran
pencernaan seperti napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor
(coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai
nyeri pada perabaan dan terjadi gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen.
5. Pemeriksaan penunjang
a) Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan
salmonella sero group D bakteri
b) Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
c) Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia,
etc
d) Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit
e) Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya
perdarahan usus dan perforasi
f) Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
g) Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)
h) Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid
i) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
6. Penatalaksanaan
1.      Perawatan
a)      Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b)      Mobilisasi sesuai dengan kondisi
c)      Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus
2.      Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa
peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan
penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin
maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari
makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan
harus lebih di perhatikan

3.      Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a)      Ampisilin
b)      Amoxicillin
7.komplikasi
1.      Perdarahan usus
2.      Miokarditis
3.      Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4.      Meningitis ensefalopati

Anda mungkin juga menyukai