LANDASAN TEORI
A. MEDIS
1. Pengertian
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram
negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi dalam
sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran
darah. (Darmowandowo, 2006)
Thypus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
saluran pencernaan dan gangguan kesadaran.(FKUI, 2000)
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah
Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ) ( Patriani, 2008)
a. Duodenum,
di sebut juga usus 12 jari panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri
pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lendir yang membukit di sebut papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara
saluran empedu ( duktus koledokus) dan saluran pancreas ( duktus wirsungi/ duktus
pankreatikus).
Empedu di buat di hati untuk di keluarkan ke duodenum melalui duktus koledokus yang
fungsinya mengemulsi kan lemak, dengan bantuan lipase.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kalenjar,
kalenjar ini di sebut kalenjar-kalenjar brunner, berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum.
Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang
menyempurnakan makanan :
1. Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik
2. Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.
a. Lactase mengubah lactase menjadi monosakarida.
b. Maltose mengubah maltosa menjadi monosakarida.
c. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
(Syafuddin, 1997 hlm 78 )
3. Etiologi
4. Pathofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang
yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh
orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian
kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial.
Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung
empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada
usus halus.demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya
merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang.
5. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat bervariasi dimana timbul secara tiba-tiba atau berangsur-
angsur.adapun gejala awal ditandai dengan :
a. Malaise
b. Anorexia
c. Lidah kotor (tampak keputihan)
d. Sakit kepala
e. Rasa tak enak diperut
f. Nyeri seluruh tubuh (psykosomatis)
Gejala klinis :
Minggu I :
1. Demam tinggi bertahap
2. Nyeri kepala
3. Pusing
4. Nyeri otot
5. Anoreksia
6. Perasaan tidak enak diperut,batuk
7. Epistaksis
Minggu II :
1. Demam kontinyu
2. Apatis,lemah,delirium sampai dengan comatus
3. Bradikardia relative
4. Lidah yang khas (kotor di tengah, tepid an ujung merah dan tremor)
5. Hepatomegal, spenomegali
Minggu III :
1. Disorientasi mental
2. Dimungkinkan bisa timbul perdarahan atau perforasi
Minggu IV :
1. Demam mulai menurun
2. Perbaikan keadaan umum
(Sjaifoellah Noer, 1997 hlm 438)
6. Komplikasi
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif, aneosinofilia,
trombositopenia, anemia.
b. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita biasanya
dalam minggu pertama sakit.
c. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi.
d. Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan Tubex TF cukup akurat.
e. Pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi kembali ke normal setelah
sembuhnya dema typhoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
( Patriani, 2008)
8. Penatalaksanaan Medis
1. Tirah baring selama demam masih ada sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih 14 hari.
2. Diet TKTP tetapi rendah kalori
3. Bila terjadi deman beri kompres dingin
4. Obat-obat antimikroba :
Klorampenikol 4x500 gram selama 2 minggu
Amoksillin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
oral/intravena selama 21 hari dan ampisillin dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali.
Ko-trimoksasol dengan dosis 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari
Sefalosporin
fluorokinolon
5. obat-obat kortikosteroid, bila ada indikasi toxicosis dapat diberika kortikosteroid oral
atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap selama 5 hari.
6. Bila ada indikasi perforasi usus dilakukan operasi
7. Mobilisasi bertahap bila panas badan mulai menurun.
( Ummusalma, 2007)
9. Prognosa
Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan
tubuh, jumlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka
kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa adalah 7,4%, rata-rata 5,7%.
10. Pencegahan
B. KEPERAWATAN
1. Pengkajian
(Patriani, 2008)
2. Diagnosa Keperawatan
( Kasendaadhd, 2008)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan diet/ jumlah kalori, berikan makan sedikit dalam frekuensi sering.
Rasional: makan banyak sulit untuk diatur bila pasien anoreksia.
b. Anjurkan makan dalam posisi tegak.
Rasional: menurunkan rasa penuh pada andomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
c. Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen.
Rasional: bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/ toleran
bila makanan lain tidak dapat masuk.
d. Berikan obat antiemetic sesuai indikasi.
Rasional: diberikan ½ lam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan
toleransi pada makanan.
Intervensi:
a. Kaji karakteristik nyeri: tingkat nyeri, penyebab, kualitras nyeri, daerah, skala, waktu.
Rasional: mengetahuli tindakan yang tepat untuk mengendalikan nyeri.
b. Kaji tanda vital setiap 8 jam
Rasional: kenaikan suhu dan tekanan darah dimungkinkan nyeri bertambah parah.
c. Ajarkan teknik napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional: napas dalam sangat baik untuk relaksasi dan perasaan tenang.
d. Berikan analgetik sesuai indikadsi.
Rasional: mengurangi rasa nyeri.