PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih
dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit
ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan dini
demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7
hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.
B. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Demam tifoid.
b. Mengetahui etiologi Demam tifoid.
c. Mempelajari patofisiologi dari Demam tifoid.
d. Mengetahui manifestasi klinik dari Demam tifoid.
e. Mengetahui Komplikasi pada penderita Demam tifoid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Demam tifoid
g. Mengetahui Penatalaksanaan pada penderita Demam tifoid
h. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Demam tifoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, A,
2009).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus
halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
B. ETIOLOGI
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora
mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu : Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek
lipolisakarida), Antigen (flagella), dan Antigen VI dan protein membran hialin.
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi.
C. PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya >10.000
basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.
Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel
(sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal
dan kelejar getah bening mesenterika.
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke
aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh,
terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis
fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi
darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada
minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam
Pada kasus–kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya , yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk
dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.
Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung
ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Jarang stupor,
koma atau gelisah.
Disamping gejala–gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya
dtemukan alam minggu pertama demam kadang – kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula
ditemukan epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para
pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu,
buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama
terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang
andal (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2006). Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selamamasa inkubasi penderita tetap
dalam keadaan asimtomatis (soegijanto,S, 2002).
E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen
akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan salmonella sero group D bakteri.
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag.
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Ruangan : Interna Perawat yang Mengkaji :
Kamar : Anamnese diperoleh dari : Klien dan Keluarganya
Tanggal Masuk : 15 Maret 2013 Tanggal/Jam Anamnese :
Jam Masuk RS. : 15.00
1. A. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Tn. A
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Warga Negara : Indonesia
Suku : Bugis
Bahasa yang dipakai : Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pangkajene
2. Keluhan Umum
Demam
5. Genogram
6. Keadaan Umum
a. Cara Masuk : Brangkar
b. Keadaan Sakit : Klien Tampak Lemah
c. Tanda-tanda Vital :
Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
Suhu : 380C
Nadi : 84x/i
TD : 140/80 mmHg
Pernafasan : 24x/i
d. Istirahat Tidur
Di Rumah : klien tidur siang skitar jam 15.00-17.00 dan tidur malam sekitar jam 22.00 WITA. waktu tidur ± 6-7 jam
Di RS : tidur tdk menentu
e. Aktivitas
Di Rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik
Di RS :Aktivitas klien terganggu karena harus istirahat di tempat tidur karena keaadaan klien lemah dan aktivitas dibantu
dengan keluarganya
f. Kebersihan Diri
Di Rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, klien mencuci rambut 1x seminggu dan memotong kukunya jika
panjang
Di RS : klien tidak pernah mandi karena kondisinya lemah. Karena itu klien hanya di seka-seka(lap basah) oleh keluarganya.
g. Rekreasi
Di Rumah : klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau hari libur klien mengajak keluarganya
berjalan-jalan.
Di RS : klien tidak mempunyai hiburan apapun
8. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dank lien menganggap ini adalah
cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi dengan baik di lingkugan RS. Dan tim kesehatan.
B. Sosial
Hubngan klien dengan keluarganya tampak harmonis dilihat dari banyaknya keluarga yang berkunjung selama
klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat melakukan shalat, klien
hanya berdoa untuk minta kesembuhannya.
g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak terdapat peradangan dan leher dapat
digerakkan secara anatomis.
h) `Thorax (fungsi pernafasan)
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan ekspansi paru kiri dan kanan.
i) Abdomen
Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien kembung saat perkusi, saat
auskultasi bising usus 15x/menit (Normal: 8-12x/menit).
j) Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki, mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
k) Ekstremitas
Ekstremitas atas: dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra terpasang infuse.
Ekstremitas bawah: keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang lemah terpaksa klien istirahat
total ditempat tidur.
l) Integument
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
KLASIFIKASI DATA
Data Subjectiv:
Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
Klien mengatakan dia mual dan muntah
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang jika dikompres dan
beristirahat.
Klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak menentu.
Data Objectiv:
Klien tampak lemah
Badan klien tampak kurus
Porsi makanan tidak dihabiskan
Aktivitas klien terganggu dan hanya dibantu oleh keluarganya
Perkusi: kembung
Aukultasi : bising usus 15x/menit
TTV:
- TD: 140/80 mmHg
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit
ANALISA DATA
Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kuman thypoid
disebabkan kuman
salmonella thypi
Masuk kedalam
lambung maka
secret asam
lambung
Mempengaruhi
pusat medulla
oblongata
Terjadi muntah,
nafsu makan
menurun
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demam
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan behubungan dengan anorexia
RENCANA KEPERAWATAN
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Beri kompres pada daerah
dahi.
3. Anjurkan untuk banyak
minum air putih.
15 Maret 4. Kolaborasi pemberian
2013 antiviretik, antibiotic.
13.00 S:
1. Mengkaji pola tidur klien. Klien mengatakan tidur siang
13.15 dan malamnya tidak menentu
2. Memberikan bantal yang nyaman. Badan klien tampak kurus
O:
B. Saran
Dari uraian Asuahan Keperawatan yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran
untuk selalu menjaga kebersih lingkungan, makanan yang dikonsumsi harus higiene dan
perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA