Anda di halaman 1dari 20

ASKEP THYPOID

Sabtu, 02 November 2013

Demam Thypoid

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih
dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit
ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene
industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan dini
demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7
hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

B. Tujuan
a. Mengetahui pengertian Demam tifoid.
b. Mengetahui etiologi Demam tifoid.
c. Mempelajari patofisiologi dari Demam tifoid.
d. Mengetahui manifestasi klinik dari Demam tifoid.
e. Mengetahui Komplikasi pada penderita Demam tifoid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada penderita Demam tifoid
g. Mengetahui Penatalaksanaan pada penderita Demam tifoid
h. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada kasus Demam tifoid.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINSI
Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer, A,
2009).
Tifoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh
salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansjoer, A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus
halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi.
B. ETIOLOGI
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora
mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam antigen, yaitu : Antigen O (somatic terdiri dari zat komplek
lipolisakarida), Antigen (flagella), dan Antigen VI dan protein membran hialin.
2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin, makanan/minuman yang
terkontaminasi.

C. PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya >10.000
basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus.
Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel
(sel M) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal
dan kelejar getah bening mesenterika.
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk ke
aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotalial tubuh,
terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis
fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi
darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan
perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada
minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam minggu ke empat akan terjadi proses
penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Demam
Pada kasus–kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
 Minggu I
Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya , yaitu demam,
nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk
dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.
 Minggu II
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah dan tremor), hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa
somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.
 Minggu III
Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur – angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung
ditemukan kemerahan , jarang ditemui tremor.Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal
bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Jarang stupor,
koma atau gelisah.
Disamping gejala–gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada punggung
dan anggota gerak dapat ditemukan bintik – bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.Biasanya
dtemukan alam minggu pertama demam kadang – kadang ditemukan bradikardia pada anak besar dan mungkin pula
ditemukan epistaksis.
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para
pembawa kuman/karier. Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu,
buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama
terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang
andal (Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. 2006). Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari
(bervariasiantara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selamamasa inkubasi penderita tetap
dalam keadaan asimtomatis (soegijanto,S, 2002).

E. KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen
akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan salmonella sero group D bakteri.
2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia, etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit.
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi.
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag.
7. Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
8. Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid.
9. Pemeriksaan SGOT dan SGPT SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
G. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a. Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus.
b. Mobilisasi sesuai dengan kondisi.
c. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah dekubitus
2. Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti
menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan
disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta
diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada
penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan.
3. Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a. Ampisilin.
b. Amoxicillin.

KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Ruangan : Interna Perawat yang Mengkaji :
Kamar : Anamnese diperoleh dari : Klien dan Keluarganya
Tanggal Masuk : 15 Maret 2013 Tanggal/Jam Anamnese :
Jam Masuk RS. : 15.00
1. A. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Tn. A
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Warga Negara : Indonesia
Suku : Bugis
Bahasa yang dipakai : Bugis/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Pangkajene
1. B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Hubungan dengan Pasien : Istri Klien
Umur : 26 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT

2. Keluhan Umum
Demam
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut penuturan Klien demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelum masuk rumah sakit dan
demamnya tinggi pada waktu siang dan Malam Hari, disertai Mual, Muntah, keluhan bertambah berat bila
beraktivitas, dan kurang bila dikompres, istirahat dan minum obat. Melihat keadaan klien yang lemah, pada pukul
15.00 wita, tanggal 15 Maret 2013 Ny. M selaku Istri dari PS. Membawa Tn. A ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Menurut Klien, dirinya dan Keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dideritanya
sekarang dan tidak pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit. Kakek dan Nenek Tn. A semuanya sudah
meninggal karena faktor usia.
5. Genogram
6. Keadaan Umum
a. Cara Masuk : Brangkar
b. Keadaan Sakit : Klien Tampak Lemah
c. Tanda-tanda Vital :
 Kesadaran : Composmentis (GCS 15)
 Suhu : 380C
 Nadi : 84x/i
 TD : 140/80 mmHg
 Pernafasan : 24x/i
7. Pengkajian Pola Kesehatan
a. Nutrisi
Di Rumah : klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayur
Di RS : Klien Makan 2x sehari dengan komposisi bubur, lauk pauk dan buah, porsi tdk dihabiskan
b. Minum
Di Rumah : kbiasaan klien minum 6-8 gelas/hari, jenis minum air putih
Di RS : minum 5-6 glas/hari
c. Eliminasi
1. BAK
Di Rumah : 5-6x sehari, berwarna kuning
Di RS : 4-5x sehari warna kuning
2. BAB
Di Rumah : Frekuensi BAB klien 2x sehari
Di RS : Frekuensi BAB klien 1x sehari dengan konsistensi encer

d. Istirahat Tidur
Di Rumah : klien tidur siang skitar jam 15.00-17.00 dan tidur malam sekitar jam 22.00 WITA. waktu tidur ± 6-7 jam
Di RS : tidur tdk menentu
e. Aktivitas
Di Rumah : Klien dapat beraktivitas dengan baik
Di RS :Aktivitas klien terganggu karena harus istirahat di tempat tidur karena keaadaan klien lemah dan aktivitas dibantu
dengan keluarganya
f. Kebersihan Diri
Di Rumah : Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, klien mencuci rambut 1x seminggu dan memotong kukunya jika
panjang
Di RS : klien tidak pernah mandi karena kondisinya lemah. Karena itu klien hanya di seka-seka(lap basah) oleh keluarganya.
g. Rekreasi
Di Rumah : klien biasanya menonton TV dan mendengar musik dan terkadang kalau hari libur klien mengajak keluarganya
berjalan-jalan.
Di RS : klien tidak mempunyai hiburan apapun
8. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dank lien menganggap ini adalah
cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat beradaptasi dengan baik di lingkugan RS. Dan tim kesehatan.
B. Sosial
Hubngan klien dengan keluarganya tampak harmonis dilihat dari banyaknya keluarga yang berkunjung selama
klien dirawat. Klien juga dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lainnya.
C. Spiritual
Klien beragama islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat melakukan shalat, klien
hanya berdoa untuk minta kesembuhannya.
9. PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
a) Kepala
Bentuk mesosepalus, tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat digerakkan ke kiri
kekanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit kepala cukup bersih.
b) Rambut
Rambut klien pendek lurus, warna hitam dan rambut klien terlihat bersih.
c) Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, pupil dan reflex cahaya baik, klien
tidak memakai alat bantu penglihatan.
d) Hidung
Bentuk dan posisi hidung simestris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret atau benda asing yang
menempel, tidak terdapat epitaksis dan tidak ada peradangan.
e) Telinga
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen dan cairan pada lubang telinga,
tidak terdapat perdarahan dank lien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
f) Mulut dan gigi
Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mikosa bibir tampak kering, fungsi pengecapan baik,
tidak terdapat perdarahan dan pendengaran, mulut cukup bersih dank lien tidak menggunakan gigi palsu.

g) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak terdapat peradangan dan leher dapat
digerakkan secara anatomis.
h) `Thorax (fungsi pernafasan)
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan ekspansi paru kiri dan kanan.
i) Abdomen
Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien kembung saat perkusi, saat
auskultasi bising usus 15x/menit (Normal: 8-12x/menit).
j) Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki, mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
k) Ekstremitas
 Ekstremitas atas: dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra terpasang infuse.
 Ekstremitas bawah: keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien yang lemah terpaksa klien istirahat
total ditempat tidur.
l) Integument
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan Laboratorium
 Cholesterol 116 (< 200 Mg/dl)
 GDS 122 (70-120 Mg/dl)
 Trigliserida 138 (< 200 Mg/dl)
 Creatinin 76 (0,60-1,10 Mg/dl)
 GOT – AST 92 (< 47 u/l)
 GPT – AUT 57 (< 42 u/l)
 UREA 12,7 (10.00-50.00 Mg/dl)
 ASAM URAT 3,14 (3,40-7,00 Mg/dl)
 WIDAL Negatif
11. PENGOBATAN
 Inf RL 28 tpm
 Vicilin 1 gram / 8 jam
 PCT 3x1
 VIP albumin 3x1
 Ceftriaxon 2 gram/hr
 Baquanor 2x1
 Plasmodin 1x3
 Divavit 1x1
 Nurodex 2x1
 Dexamethason 1 amp / 8 jam
 Megazing 1x1
KLASIFIKASI DATA
Data Subjectiv:
 Klien mengatakan demam sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.
 Klien mengatakan demamnya tinggi pada waktu siang dan malam hari.
 Klien mengatakan dia mual dan muntah
 Klien mengatakan kurang nafsu makan
 Klien mengatakan keluhan bertambah jika melakukan aktivitas dan demamnya berkurang jika dikompres dan
beristirahat.
 Klien mengatakan tidur siang dan malamnya tidak menentu.
Data Objectiv:
 Klien tampak lemah
 Badan klien tampak kurus
 Porsi makanan tidak dihabiskan
 Aktivitas klien terganggu dan hanya dibantu oleh keluarganya
 Perkusi: kembung
 Aukultasi : bising usus 15x/menit
 TTV:
- TD: 140/80 mmHg
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit

ANALISA DATA

No Data Penyebab Masalah


1. Demam thyfoid Hipertermi
DS:
disebabkan oleh
 Klien mengatakan demam sudah
dirasakan sejak 3 hari yang lalu
Kuman salmonella
sebelum masuk RS. thypi dan edotoksin
 Klien mengatakan demamnya tinggi
pada waktu siang dan malam hari. Mempengaruhi
DO: pusat hipotalamus
 Klien tampak lemah
 Suhu: 380C Mengakibatkan
DS: gejala demam &
peningkatan suhu
 Klien mengatakan keluhan tubuh
bertambah jika melakukan aktivitas
dan demamnya berkurang jika
dikompres dan beristirahat.
DO:
2.  Klien tampak lemah. Gangguan pola
 Aktivitas klien terganggu dan hanya Peningkatan suhu tidur
dibantu oleh keluarganya tubuh

DS:
 Klien mengatakan kurang nafsu Lemah
makan
 Klien mengatakan dia mual dan
muntah
Gangguan pola
DO: tidur
 Porsi makanan tidak dihabiskan
 Perkusi: kembung
3.
 Aukultasi : bising usus 15x/menit

Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Kuman thypoid
disebabkan kuman
salmonella thypi

Masuk kedalam
lambung maka
secret asam
lambung

Mempengaruhi
pusat medulla
oblongata
Terjadi muntah,
nafsu makan
menurun

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan demam
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan behubungan dengan anorexia

RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Tujuan : Setelah 1. Observasi tanda-1. Tanda-tanda vital
Hipertermi
diberikan tindakan tanda vital. berubah sesuai
berhubungan keperawatan tingkat
dengan proses selama 3x24 jam, perkembangan
suhu tubuh penyakit dan menjadi
infeksi normal. indikator untuk
DS: Kriteria hasil : 2. Beri kompres melakukan intervensi
Tidak ada tanda- pada daerah dahi. selanjutnya
 Klien mengatakan tanda peningkatan
demam sudah suhu tubuh, 2. Pemberian kompres
dapat menyebabkan
dirasakan sejak 3
peralihan panas
hari yang lalu secara konduksi dan
sebelum masuk RS. 3. Anjurkan untuk membantu tubuh
banyak minum air untuk menyesuaikan
 Klien mengatakan putih. terhadap panas
demamnya tinggi
3. Peningkatan suhu
pada waktu siang tubuh
dan malam hari. 4. Kolaborasi mengakibatkan
pemberian penguapan sehingga
DO:
antiviretik, perlu diimbangi
 Klien tampak lemah antibiotic. dengan asupan cairan
 Suhu 380C yang banyak.
4. Mempercepat proses
Gangguan pola tidur
penyembuhan,
berhubungan menurunkan demam.
dengan demam. Pemberian antibiotik
menghambat
2. DS: pertumbuhan dan
 Klien mengatakan proses infeksi dari
1. Kaji pola tidur bakteri
keluhan bertambah Tujuan : Setelah klien.
jika melakukan dilakukan
tindakan
aktivitas dan
keperawatan
demamnya selama 3x24 jam,
berkurang jika pola tidur efektif.2. Berikan bantal 1. Mengetahui
Kriteria yang nyaman. kebiasaan tidur klien,
dikompres dan hasil : Melaporka mengetahui
beristirahat. n tidur 3. Berikan gangguan yang
nyenya,Klien lingkungan yang dialami,
DO: tidur 8-10 jam nyaman, batasi memudahkan
 Klien tampak lemah. semalam, Klien pengunjung intervensi
 Aktivitas klien tampak segar. selanjutnya.
terganggu dan 4. Anjurkan untuk
hanya dibantu oleh melakukan teknik2. Meningkatkan
keluarganya relaksasi nafas kenyamanan
dalam/masase pemenuhan istirahat
punggung tidur.
sebelum tidur.
3. Mengurangi
Pemenuhan nutrisi stimulus yang dapat
mengganggu
kurang dari istirahat tidur
kebutuhan
4. Meningkatkan
behubungan dengan relaksasi
anorexia menstimulasi
istirahat tidur yang
DS: nyaman.
 Klien mengatakan
kurang nafsu makan
3.
 Klien mengatakan
dia mual dan
1. Kaji kemampuan
muntah makan klien.
DO:
 Porsi makanan tidak
Tujuan : Setelah
dihabiskan
dilakukan 2. Berikan makanan
 Perkusi: kembung tindakan dalam porsi kecil
 Aukultasi : bising keperawatan tapi sering.
selama 3x24 jam
usus 15x/menit kekurangan nutrisi
3. Beri nutrisi
tidak terjadi dengan diet
Kriteria lunak, tinggi
hasil : Nafsu kalori tinggi
makan meningkat, protein. 1. Untuk mengetahui
Tidak ada keluhan perubahan nutrisi
anoreksia, nausea,4. Anjurkan kepada klien dan sebagai
Porsi makan orang tua indikator intervensi
dihabiskan. klien/keluarga selanjutnya.
untuk
memberikan 2. Memenuhi
makanan yang kebutuhan nutrisi
disukai. dengan
meminimalkan rasa
5. Anjurkan kepada mual dan muntah.
orang tua
klien/keluarga 3. Memenuhi
untuk kebutuhan nutrisi
menghindari adekuat.
makanan yang
mengandung
gas/asam, pedas.4. Menambah selera
makan dan dapat
6. Kolaborasi. menambah asupan
Berikan nutrisi yang
antiemetik, dibutuhkan klien.
antasida sesuai
indikasi.
5. Dapat meningkatkan
asam lambung yang
dapat memicu mual
dan muntah dan
menurunkan asupan
nutrisi.

6. Mengatasi
mual/muntah,
menurunkan asam
lambung yang dapat
memicu
mual/muntah.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No.Dx Tgl./Jam Implementasi Evaluasi


1. 15 Maret S:
2013 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. Klien mengatakan demam
06.00 sudah dirasakan sejak 3 hari
2. Memberi kompres pada daerah yang lalu sebelum masuk
07.15 dahi. RS.
 Klien mengatakan demamnya
07.45 3. Menganjurkan untuk banyak tinggi pada waktu siang dan
minum air putih. malam hari.
08.00 O:
4.Mengkolaborasi pemberian  Vicilin 1 gram / 8 jam
antiviretik, antibiotic.  PCT 3x1
 Ceftriaxon 2 gram/hr
 TTV:
- TD: 140/80 mmHg
- Suhu: 380C
- Nadi : 84x/menit
- Pernafasan : 24x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Beri kompres pada daerah
16 Maret dahi.
2013
06.00 S:
1. Mengobservasi tanda-tanda vital.  Klien mengatakan badannya
07.15 tidak teraba panas.
2. Memberi kompres pada daerah
dahi. O:
 Suhu: 370C

A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital.
2. Beri kompres pada daerah
dahi.
3. Anjurkan untuk banyak
15 Maret minum air putih.
2013 4. Kolaborasi pemberian
13.00 antiviretik, antibiotic.
1. Mengkaji pola tidur klien. S:
13.15  Klien mengatakan tidur siang
2. Memberikan bantal yang nyaman. dan malamnya tidak
menentu
14.00  Badan klien tampak kurus
2.
3. Memberikan lingkungan yang O:
nyaman, batasi pengunjung.  Aktivitas klien terganggu
19.00 dan hanya dibantu oleh
4. Menganjurkan untuk melakukan keluarganya.
teknik relaksasi nafas A : Masalah belum teratasi
16 Maret dalam/masase punggung sebelum P : Lanjutkan Intervensi
2013 tidur. 1. Kaji pola tidur klien
09.00 3. Memberikan lingkungan
yang nyaman, batasi
20.00 1. Mengkaji pola tidur klien. pengunjung
S:
2. Memberikan lingkungan yang  Klien mengatakan tidur siang
nyaman, batasi pengunjung. dan malamnya sudah
menentu
O:
 Pola tidur klien sudah
membaik
 Klien mampu beraktivitas
dengan baik tanpa dengan
bantuan keluaganya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Kaji pola tidur klien.
17 Maret 2. Berikan bantal yang
2013 nyaman.
08.15 3. Berikan lingkungan yang
1. Mengkaji kemampuan makan nyaman, batasi pengunjung.
09.00 klien. 4. Anjurkan untuk melakukan
12.15 teknik relaksasi nafas
2. Memberikan makanan dalam porsi dalam/masase punggung
kecil tapi sering. sebelum tidur.
13.00 3. Memberi nutrisi dengan diet S:
lunak, tinggi kalori tinggi protein. Klien mengatakan nafsu
13.15 makan sudah membaik
4. Menganjurkan kepada orang tua O:
klien/keluarga untuk memberikan  Porsi makanan sudah
makanan yang disukai. dihabiskan
3. 16.00 5. Menganjurkan kepada orang tua  Klien Nampak tidak mual
klien/keluarga untuk menghindari lagi
makanan yang mengandung  Aukultasi : bising usus
gas/asam, pedas. 10x/menit (normal)
 Nurodex 2x1
6. Mengkolaborasi. Berikan  Dexamethason 1 amp / 8 jam
antiemetik, antasida sesuai  Megazing 1x1
indikasi. A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
1. Kaji kemampuan makan
klien.
2. Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering.
3. Beri nutrisi dengan diet
lunak, tinggi kalori tinggi
protein.
4. Anjurkan kepada orang tua
klien/keluarga untuk
memberikan makanan yang
disukai.
5. Anjurkan kepada orang tua
klien/keluarga untuk
menghindari makanan yang
mengandung gas/asam,
pedas.
6. Kolaborasi. Berikan
antiemetik, antasida sesuai
indikasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang
dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5-9
tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3
komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadaran.

B. Saran
Dari uraian Asuahan Keperawatan yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran
untuk selalu menjaga kebersih lingkungan, makanan yang dikonsumsi harus higiene dan
perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA

Prince and Willson.2005.Patofisiologi Vol. 2.Penerbit Buku Kedokteran ECG:Jakarta


Nanda, 2011, Diagnosis Keperawatan, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai