Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam typhoid merupakan permasalahan kesehatan penting dibanyak
Negara berkembang. Secara global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit
ini tiap tahunnya. DiIndonesia diperkirakan insiden demam typhoid adalah 300810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, dengan angka kematian 2%. Demam
typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini di
seluruh daerah di provinsi ini merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat
yang dilaporkan dari seluruh 24 kabupaten. Di Sulawesi Selatan melaporkan
demam typhoid melebihi 2500/100.000 penduduk (Sudono, 2006). Demam tifoid
atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil
yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi.
Typhi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam tifoid yang tersebar di seluruh
dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan
sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Di
Indonesia penderita Demam Tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000
penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang
tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada
semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar, umur 5-9 tahun dan lakilaki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3: 1.12. Penularan dapat
terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi
makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang
bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus1

menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan
diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang
air besar atau diare beberapa hari (BahtiarLatif, 2008).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul di atas dapat diidentifikan masalah
keperawatan demam thypoid mulai dari pengkajian, riwayat kesehatan, pola
fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang berguna untuk
menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
ditentukan berdasarkan data focus yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh pasien dan keluarga. Dari keluhan yang dapat digunakan untuk
menentukan prioritas masalah keperawatan yang muncul, menentukan intervensi,
implementasi keperawatan dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan.

C. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui seluk beluk tentang demam
thypoid dan mengetahui secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang
berhubungan dengan penyakit demam thypoid.

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat (pembaca) Menambah wawasan untuk para pembaca
yang memiliki keluarga demam thypoid maupun yang berkemauan untuk
mencegah keluarga dan orang terdekat dari demam thypoid.

2. Bagi Institusi Mengembangkan ilmu Keperawatan anak dan menambah


literature tentang demam thypoid.
3. Bagi Penyusun Menambah pengetahuan dan wawasan tentang demam
thypoid yang dapat dijadikan tambahan referensi untuk persiapan
memasuki dunia kerja di bidang keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Defenisi
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran (Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2003).

Demam typoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejalagejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella tipe A, B
dan C. Penularan terjadi secara fecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansjoer Arief,2000).
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai
dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus,
pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum (Soegeng
Soegijanto, 2002).

Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut,


Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan
minuman yang terkontaminasi.

2. Etiologi
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang
bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurankurangnya 3 macam antigen, yaitu :
a) Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)
b) Antigen (flagella)
c) Antigen VI dan protein membrane hialin

2. Salmonella paratyphi A
3. Salmonella paratyphi B
4. Salmonella paratyphi C
5. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Rahmad
Juwono,2002)

Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
tifoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam
tifoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun.

3. Anatomi Fisiologi
Susunan saluran pencernaan terdiri dari : oris (mulut), faring (tekak),
esofagus (kerongkongan), ventrikulus (lambung), intestinum minor (usus halus),
intestinum mayor (usus besar), rectum dan anus. Pada kasus typoid, salmonella
thypi berkembang biak diusus halus.

Usus Halus adalah bagian dari system pencernaan makanan yang


berpangkal pada pylorus dan berakhir pada seikum, panjangnya lebih kurang 6
cm, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi
hasil pencernaan yang terdiri dari : Lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah

dalam), lapisan otot melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (muskulus


longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
Usus halus terdiri dari duodenum (usus 12 jari), yeyenum dan ileum.
Duodenum disebut juga usus dua belas jari, panjangnya lebih kurang 25 cm,
berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat
pancreas. Dari bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lender yang membukit
yang disebut dengan papilla vateri. Pada papilla vateri ini bermuara saluran
empedu (duktus koledikus) dan saluran pancreas (duktus pankreatikus). Dinding
duodenum ini mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar.
Kelenjar ini disebut kelenjar brunner yang berfungsi untuk memproduksi getah
intestinum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang lebih kurang 6 meter. Dua per lima
bagian atas adalah yeyenum dengan panjang lebih kurang 23 meter dari ileum
dengan panjang 4 5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum yang berbentuk kipas
dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan
masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe
dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung
dibawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang yang
bernama orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperlukan oleh spinter ileosseikalis
dan pada bagian ini terdapat katup valuva seikalis atau valuva baukhim yang
berfungsi untuk mencegah cairan dalam asendens tidak masuk kembali ke dalam
ileum.

Mukosa usus halus, permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorpsi. Lipatan ini
dibentuk oleh mukosa dan sub mukosa yang dapat memperbesar permukaan usus.
Pada penampang melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan
bermacam macam hormon jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif
dalam pencernaan. Didalam dinding mukosa terdapat berbagai ragam sel termasuk
banyak leukosit. Disana sini terdapat beberapa nodula jaringan limfe yang disebut
kelenjar.

4. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis demam typoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata rata 10 14 hari. Yang
tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama
sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman.
a. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual,
batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.

Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal yaitu perasaan


tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak semangat. Gejala Klinis
yang biasa ditemukan, yaitu :
1. Demam
Pada kasus kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris
remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur angsur meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu
kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga
suhu badan berangsur angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah pecah.
Lidah ditutupi selaput putih kotor, ujung ditemukan kemerahan , jarang ditemui
tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan
limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.

Biasanya didapatkan

konstipasi akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3. Gangguan keasadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu
apatis sampai samnolen. Jarang stupor, koma atau gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasanya ditemukan tersebut, mungkin pula
ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan bintik
bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan
dalam minggu pertama demam kadang kadang ditemukan bradikardia pada anak
besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis (Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2003)
9

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi


urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier. Lima F
(Finger, Files, Fomites, fluids dan feses) dapat menyebarkan kuman ke makanan,
susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat
terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang
berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang
handal (Samsuridjal D dan heru S, 2003). Masa inkubasi demam tifoid
berlangsung selama 10-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah
dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam
keadaan asimtomatis (Soegeng soegijanto,2002).

5. WOC Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

10

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman


salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh
orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan
dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella
thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk
ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid.
Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran
darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini
kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.
Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses
inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan
endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang.

11

6. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Leukosit
Menurut buku buku disebutkan pada demam typoid terdapat leucopenia dan
limfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit pada sediaan darah
tepi berada batas-batas normal, malahan kadang-kadang terdapat leukositosis.

12

Walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu,
pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosis demam typoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke normal setelah
sembuhnya demam typoid. Kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan
pembatasan pengobatan.
3. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darah negatif
menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah
bergantung pada beberapa factor antara lain :
a) Teknik Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium berbeda dengan yang lain, malahan hasil
satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan, karena jumlah
kuman yang berada dalam darah hanya sedikit, yaitu kurang dari 10
kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan. Pada anak-anak 2-5
ml. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa negative,
terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain ini
darah

tersebut

harus

langsung

dikirim

ke

laboratorium.

Waktu

pengambilan darah paling baik adalah saat demam tinggi pada waktu
bakterimia berlangsung.

b) Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit

13

Pada demam typoid biakan darah terhadap S.Typhi terutama positif pada
minggu pertama penyakit dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan bias positif lagi.
c) Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan antibody
dalam darah pasien. Antibodi ini dapat menekan bakteriemia
d) Pengobatan dengan antimikroba
Bila pasien sebelum pembiakan darah sudah mendapat obat antimikroba,
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan
mungkin negative.
4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody, aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam typoid
pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang pernah
divaksinasi terhadap demam typoid.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan diolah laboratorium. Maksud uji widal adalah menentukan
adanya aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam typoid.
Akibat infeksi oleh S.Typhi, pasien membuat anti bodi (aglutini), yaitu:
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
b. Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela kuman).
c. Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal sari simapi kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosis. Mungkin tinggi titernya, mungkin besar kemungkinan

14

pasien menderita demam typoid. Pada infeksi yang aktif, titer uji widal akan
meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang paling sedikit 5 hari.
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32, 1/64, 1/160, 1/320,
1/640. Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan (+). - Titer
1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan
titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+)
pada pasien dengan gejala klinis khas.

7. Diagnosis
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan negative
tidak menyingkirkan demam typoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis
klinis demam typoid. Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2 samapi
3 minggu memastikan diagnosis demam typoid. Reaksi widal dengan titer
antibodi O 1/320 atau titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis demam typoid
pada pasien dengan gambaran klinis yang khas. Pada beberapa pasien uji widal
tetap negatif pada pemeriksaan ulang, walaupun biakan darah positif.
8. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik

15

b. Komplikasi extra intestinal


1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma


uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

9. Penatalaksanaan
Medis
a. Anti Biotik (Membunuh Kuman)
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b. Antipiretik (Menurunkan panas)
1 ) Paracetamol
Perawatan
1) Isolasi, observasi dan pengobatan.
2) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam atau kurang
lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi perforasi usus.
16

3) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya kekuatan


pasien.
4) Pasien dengan kesadrannya yang menurun, posisi tubuhnya harus diubahubah poada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia
hipopastatik dan dekubitus.
5) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi konstipasi dan diare.

Diet
1)
2)
3)
4)

Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.


Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7
hari.

10. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan
setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan,
hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi), hindari minum air
mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas

17

11. Prognosis
Prognosis demam typoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat
kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella serta cepat dan tepatnya
pengobatan.Angka kematian pada anak-anak 2.6 % dan pada orang dewasa 7.4%

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS DATA
Nama
: An Ny. A
Tempat/tanggal Lahir : Pakam, 06 april 2003
Nama Ayah/Ibu : Tn. T / Ny. A
18

II.
III.

IV.

V.

Pekerjaan Ayah
: Wira Swasta
Pekerjaan Ibu
: IRT (ibu rumah tangga)
Alamat
: Jl. Gudang merah
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan demam naik turun selama 5 hari
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal
: 2. Natal
: 3. Postnatal
: RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Penyakit waktu kecil
: Batuk, Flu dan Demam
2. Pernah dirawat di rumah sakit
: Tidak pernah
3. Obat-obat yang di gunakan
: Paracetamol dan Bodrexin
4. Tindakan ( Operasi )
: Tidak Pernah
5. Alergi
: Tidak ada
6. Kecelakaan
: Tidak Pernah
7. Imunisasi
: Lengkap
RIWAYAT KELUARGA

19

Keterangan :
Laki-laki
Perempuan

klien
meninggal
klien
: tinggal dalam satu rumah

VI. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang mengasuh
2. Hubungan dengan anggota keluarga
3. Hubungan dengan teman sebaya
4. Pembawaan secara umum
5. Lingkungan rumah

: Orang tua
: Baik
: Baik
:: Sedikit kotor

VII. KEBUTUHAN DASAR


1. Makanan
Makanan yang di sukai/tidak di sukai
: Daging ayam/telur
Selera
: kurang
Alat makan yang di pakai
: Piring dan sendok
Pola makan/jam
: 2 kali dalam sehari
2. Pola tidur
Kebiasaan sebelum (perlu mainan, di bacakan cerita, benda yang di
bawa tidur)
Tidur siang
3. Mandi
4. Aktivitas bermain
5. Eliminasi

VIII.
1.
2.
3.
4.
5.

: Boneka
: 1 jam
: 3 kali dalam sehari
: aktivitas bermain pasien lemah dan dibantu
oleh keluarga dan perawat.
: BAB 3 kali, karakter feses cair dan
berampas. BAK 4 x/hari, karakter urine
sedikit keruh

KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


Diagnosis medis
: Thypoid Fever
Tindakan operasi
:Status cairan
: RL 20 tts/mnit
Status nutrisi
: M II tanpa rangsang
Obat-obatan
:
Cefotaxime 500 ml/12 jam
Ranitidine A/8 jam
Novalgin A/8 jam (bila Temp > 38,55 C).
Paracetamol 3x500mg
Diavome 3x1
20

Imunos syr 1x cth1


6. Aktivitas
7. Tindakan keperawatan
8. Hasil LAB
Leukosit < 3000
HB 12
Trombosit 250 mgdl
HT 35
Widal 1/320
9. Foto Rontgen
10. Lain-lain
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum

2. TB/BB
3. Lingkar kepala
4. Kepala

5. Mata

6. Leher
7. Telinga
8. Hidung

9. Mulut

10. Dada
11. Paru-paru
12. Jantung

: Lemah
: Infus, injeksi
:
: Normal 5000-10.000
: Normal lk: 14-16 pr: 12-14
: Normal 150.000-500.000
: Normal 35-45
: Normal 1/40
: Tidak ada pemeriksaan
: -

: Pasien dalam keadaan demam, anorexia,


mual , muntah, diare, rasa nyeri di perut,
pucat, nyeri kepala, nyeri otot,
lidah kotor,
: 110 cm / 22 kg, setelah masuk 20 kg
: : Keadaan kepala sedikit kotor, tidak
ada lesi/benjolan, distribusi rambut
merata dengan warna hitam, tipis, rambut
rontok tidak ada nyeri tekan.
: Kebersihan mata cukup, bentuk mata
simetris kiri dan kanan, sclera tidak
ikterik, konjungtiva kemerahan/tidak
anemis. Reflek pupil terhadap
cahaya baik.
: Kebersihan leher cukup, pergerakan
leher tidak ada gangguan.
: Kebersihan telinga bersih, bentuk tidak
ada kelainan, tidak terdapat peradangan.
: Kebersihan hidung cukup, bentuk
tidak ada kelainan, tidak terdapat
tanda-tanda peradangan pada mocusa
hidung. Tidak terlihat pernafasan
cuping hidung tidak ada epistaksis.
: Kebersihan mulut kurang dijaga,
Lidah tampak kotor, putih-putih,
Mukosa mulut/bibir kemerahan dan
tampak kering.
: Kebersihan dada cukup, bentuk
simetris, ada nyeri tekan. Tidak ada
sesak dan tidak ada batuk.
: Normal
: Normal
21

13. Perut
14. Punggung
15. Genitalia

16. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas

b. Ekstremitas bawah
17. Tanda vital
a. RR
b. HR
c. TD
d. Temp

: Kebersihan cukup ,bentuk simetris,


tidak ada benjolan/nyeri tekan,
bising usus 14x/i.
: Tidak ada benjolan, fleksibilitas,
tulang punggung baik
: Lengkap, terdapat labia mayora dan
Minora (+), urema (+), klitoris (+).
Jenis kelamin : Perempuan.
Anus : (Positif) tidak ada sumbatan.
: Tidak ada kelainan bentuk antara
kiri dan kanan,tidak terdapat
fraktur, genggaman tangan kiri dan
kanan sama kuat
: Tidak ada kelainan bentuk antara
kiri dan kanan.
: 25 x/i
: 90 x/i
: : 390 c

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian bergaul
: Sedikit lemah
2. Motorik halus
: Normal
3. Motorik kasar
: Tidak normal / Lemah
4. Kognitif
: 5. Bahasa
: Dapat dimengerti
XI.

INFORMASI LAIN
Perawat menganjurkan kepada pasien agar tidak jajan sembarangan.
Diit yang di anjurkan yaitu diit bubur atau MII tanpa rangsang (makanan
yang tidak pedas, tidak berminyak dan tidak berlemak).

XII.

RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Hari pertama pasien masuk dengan keluhan mual muntah, demam
mencapai 39 C, mencret (+) 3x sehari dengan karakter cair dan berampas.
Setelah dirawat pasien mendapat therapy cairan RL 20 ttes/mnit, inj
cefotaxime 1 gr/ 12jam, inj ranitidine A /8 jam, inj novalgin A/8 jam
(bila temp >38,5 C). Serta obat oral paracetamol 3x500mg, doavome
3x1,imunos syr 1x cth 1.

22

Hari ketiga rawatan demam pasien turun, mencret berkurang, suhu tubuh
tidak naik turun lagi/stabil. Hari kelima pasien PBJ.
XIII.

MASALAH KEPERAWATAN
ANALISA DATA

NO
1

PROBLEM
Ds : pasien mengatakan

ETIOLOGI
Infeksi

SYMTOM
Peningkatan suhu tubuh

badan terasa panas 390 c dan salmonella Typhi


tanda vital lain normal.
Do : pasien tampak
menggigil
2.

Ds : pasien mengatakan

Intake yang tidak

Gang. Pemenuhan

selera makan berkurang

adekuat

kebutuhan nutrisi kurang


dari pemenuhan tubuh.

Do : - makanan yang
dihabiskan habis porsi
- Pasien tampak lemah
dan BB sebelum
masuk 22 kg
- BB setelah masuk 20
3.

kg
Ds : pasien mengatakan

Bedrest total

tidak dapat melakukan


perawatan diri tanpa
bantuan keluarga.

23

Defisit perawatan diri

Do : - pasien tampak lemas


dan pucat

4.

- Pasien tampak kotor


Ds : pasien mengatakan

Kelemahan fisik

Gangguan mobilisasi

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

tidak dapat melakukan


aktivitas
Do : pasien tampak lemas
dan lemah.
5.

Ds : pasien mengatakan
kurang mengetahui

tentang penyakit

bagaimana pengobatan
demam typoid.
Do : pasien sering bertanya
dan tampak bingung.
PRIORITAS MASALAH
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total.
4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi
atau informasi yang tidak adekuat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi.
Tujuan

: suhu tubuh kembali normal

Kriteria hasil : - Suhu turun 360 370 C


24

- Nadi, RR dalam batas normal


- Klien mengatakan badan tidak panas lagi.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji pengetahuan pasien tentang Pemahaman
tentang
hipertermia.

hipertermi

membantu memudahkan tindakan.

Berikan penjelasan kepada klien dan Agar klien dan keluarga mengetahui
keluarga tentang penngkatan suhu

sebab dari peningkatan suhu dan

tubuh.

membantu

Anjurkan

klien

mengurangi

kecemasan

yang timbul.
menggunakan Untuk menjaga agar klien merasa

pakaian tipis dan menyerap keringat.

nyaman, pakaian tipis akan membantu

Batasi pengunjung.

mengurangi penguapan tubuh.


Agar klien merasa tenang dan udara

Observasi TTV tiap 4 jam sekali.

di dalam ruangan tidak terasa panas.


Tanda- tanda vital merupakn acuan
untuk mengetahui keadaan umum

pasien.
Anjurkan pasien minum 2.5 liter/24 Peningkatan
jam.

mengakibatkan

suhu
penguapan

tubuh
tubuh

meningkat sehingga perlu diimbangi


dengan asupan cairan yang banyak.
Untuk membantu menurunkan suhu

Berikan kompres hangat.

tubuh.
Kolaborasi dengan dokter dalam Antibiotik untuk mengurangi infeksi
pemberian

terapi

antibiotik

dan

antipiretik.

dan antipiretik untuk mengurangi


panas.

Dx 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan

: Nutrisi klien terpenuhi

Kriteria Hasil

: - Nafsu makan meningkat


25

- Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi


yang diberikan.
- BB dalam batas normal.
INTERVENSI

RASIONAL

Kaji nutrisi pasien.

Mengetahui

langkah

pemenuhan

nutrisi.
Jelaskan pada pasien dan keluarga Untuk meningkatkan

pengetahuan

tentang manfaat makanan/nutrisi.

klien

tentang

nutrisi

sehingga

motivasi makan meningkat.


Untuk mengetahui peningkatan dan

Timbang berat badan pasien.

penurunan berat badan.


Beri nutrisi dengan diet lembek, Untuk meningkatkan asupan makanan
tidak mengandung banyak serat,
tidak

merangsang

menimbulkan

banyak

karena mudah ditelan

maupun
gas

dan

dihidangkan saat masih hangat.


Beri makanan dalam porsi kecil dan Untuk menghindari mual dan muntah.
frekuensi sering.
Lakukan oral hygiene dan anjurkan Dapat mengurangi kepahitan selera
klien menggosok gigi setiap hari.

dan menambah rasa nyaman di mulut.

Kolaborasi dengan dokter untuk Antasida mengurangi rasa mual dan


pemberian antasida dan pemberian

muntah.Nutrisi parenteral dibutuhkan

nutrisi parenteral.

terutama jika kebutuhan nutrisi per


oral sangat kurang.

Dx 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total.


Tujuan

: Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri tanpa bantuan


keluarga

Kriteria Hasil : - Personal hygiene klien terpenuhi


- Klien tampak bersih

26

INTERVENSI

RASIONAL

Kaji tingkat personal hygiene klien.

Mengetahui

tindakan

personal

hygiene yang akan dilakukan.


Bantu

Klien

dalam

melakukan Membantu

perawatan diri seperti: mandi, gosok

untuk

memenuhi

kebutuhan personall hygiene klien.

gigi, cuci rambut dan potong kuku


Berikan motivasi pada klien untuk Terwujudnya perawatan diri secara
dapat beraktifitas secara bertahap.

bertahap secara mandiri.

Dx 4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan

: Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-ari secara


optimal.

Kriteria Hasil : Dapat melakukan gerakan yang bermanfaat bagi tubuh.


INTERVENSI
Kaji

kemampuan

RASIONAL

pasien

dalam Untuk

mengetahui

sejauh

mana

beraktivitas (makan dan minum).


kelemahan yang terjadi.
Beri motivasi pada pasien dan Agar pasien dan keluarga mengetahui
keluarga

untuk

melakukan

mobilisasi

sebatas

kemampuan

pentingnya mobilisasi bagi pasien


yang bedrest.

(misalnya miring kanan, miring kiri).


Dekatkan keperluan pasien dalam Untuk

mempermudah

pasien

dalam melakukan aktivitas.


jangkauannya.
Berikan latihan mobilisasi secara Untuk menghindari kekakuan sendi dan
bertahap sesudah demam hilang.

mencegah adanya dekubitus.

Dx 5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang


informasi atau informasi yang tidak adekuat.
Tujuan

: pengetahuan keluarga meningkat

27

Kriteria hasil : menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan


gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan.
INTERVENSI
sejauh
mana

Kaji

tingkat Untuk

pengetahuan keluarga klien tentang

RASIONAL
mengetahui sejauh

pengetahuan

keluarga

tentang

penyakit anaknya.
penyakitnya.
Beri pendidikan kesehatan tentang Agar klien dapat mengerti
penyakit dan perawatan klien,
Beri

kesempatan

bertanya

bila

ada

keluaga
yang

pengobatan

dan

mana

tentang

perawatan

penyakitnya yang benar.


untuk Agar dapat menambah pengetahuan
belum

dimengerti

terhadap
anaknya.

28

penyakit

yang

diderta

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran cerna dan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran
pencernaan dan gangguan kesadaran (Ilmu Kesehatan Anak,jilid 2,2003).
Etiologi:
1. 96 % disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram negative yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekuran-kurangnya 3 macam
antigen, yaitu :
a) Antigen O (somatic terdiri dari zat kompleklipolisakarida)
b) Antigen (flagella)
c) Antigen VI dan protein membrane hialin
6. Salmonella paratyphi A
7. Salmonella paratyphi B
8. Salmonella paratyphi C
9. Feces dan urin yang terkontaminasi dari penderita typus (Rahmad
Juwono,2002)
Pemeriksaan Laboratorium:
1. Pemeriksaan Leukosit
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
3. Biakan Darah
4. Uji Widal

29

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total.
4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang
informasi atau informasi yang tidak adekuat.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
bahaya TYPOID dalam kehidupan kita,dan diharapkan juga bagi pembaca agar
dapat lebih meningkatkan kebersihan lingkungan karena penularan typoid bisa
terjadi secara secara fecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
Kelompok menyadari makalah ini masih belum sempurna dan di harapkan
kepada pembaca untuk mengajukan kritik dan sarannya kepada kelompok yang
bersifat membangun agar kelompok dapat memperbaiki makalah ini guna untuk
menambah ilmu kita semua..

30

Anda mungkin juga menyukai