Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

PERITONITIS

A.Defenisi peritonitis
Peritonitis adalah Inflamasi peritonium-lapisan membran serosa rongga
abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi bakteri. Organnisme
yang berasal dari penyakit saluran gagastrointestinal atau pada wanita dari organ
reproduktif internal
(Nurarif dan Kusuma, 2015).
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan komplikasi
berbahaya akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (apendiksitis,
pankreatitis, dan lain-lain) rupture saluran cerna dan luka tembus abdomen (Padila,
2012).
Peritonitis adalah inflamasi peritonium yaitu lapisan membrane serosa rongga
abdomen dan meliuti visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi (Rudi,
2012)

B.Etiologi
Penyebab peritonitis menurut (Hughes, 2012) adalah :
1. Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastrointestinal
b. Appendicitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptic (lambung/duodenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukak disentri amuba / colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
h.Diverticulitis (radang usus) Kuman yang paling sering ialah bakteri coli,
streptokokus U dan B hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling
berbahaya adalah clostrdiumwechii.
2. Secara langsung dari luar
a. Operasi yang tidak steril
b. Tercontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide, terjadi peritonitis yang
disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda
asing, disebut juga peritonitis granulomatosa serta merupakan peritonitis local.
c. Trauma pada kecelakaan seperti rupture limpa dan rupture hati
d. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis, terbentuk pula
peritonitis granulomatous.
3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit
akut seperti radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis,
glomerulonephritis, penyebab utama adalah streptokokus atau pnemokukus.

C. Patofisiologi
Awalnya mikroorganisme masuk kedalam rongga abdomen adalah steril tetapi
dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edema jaringan
dan pertahanan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan
bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak. Respon
yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotilitas, di ikuti oleh ileus paralitik
dengan penimbunan udara dan cairan didalam usus besar.
Timbulnya peritonitis peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler
dan membrane mengalami kebocoran. Jika deficit cairan tidak dikoreksi secara
cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan kematian sel. Pelepasan berbagai
mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon hiperinflamatorius,
sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak organ.
Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan
elektrolit oleh ginja. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tapi ini segera
gagal begitu terjadi hipovolemia. Organ-organ di dalam cavum peritoneum termasuk
dinding abdomen mengalami oedem. Oedem disebabkan oleh permeabilitas
pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan
didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh organ
intraperitoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal
menyebabkan hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan
yang tidak ada, serta muntah. Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen
usus, lebih lanjut meningkatkan tekanan intra abdomen, membuat usaha
pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan penurunan perfusi. Bila bahan
yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum.
Dengan perkembangan peritonitis umum, aktifitas peristaltic berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan
elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan
sirkulasi dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus
yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan
mengakibatkan obstruksi usus.
Peritonitis adalah komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran
infeksi. Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa. Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk diantara perlekatan
fibrinosa yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga
membatasi infeksi (Padila, 2012).

D.Manifestasi Klinis
(Suratun dan Lusianah, 2010).
1 Ransangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular : akibat
adanya darah dalam cavitas peritonium.
2 Psoas sign positif, tenderness pada palpasi (pada saat pemeriksaan pasien, posiis
lutut sebaikanya lebih tinggi agar dinding abdomen lebih relaks).
3 Pekak hati bisa menghilang: udara bebabs di bawah
diafragma.
.4 Peristaltik usus menurun sampai dengan hilang.
5 Hipertermia, hipotermia (sepsis berat)
6 Takikardia ( terjadi akibat mediator inflamasi dan hipovolemia vaskuler karena
anoreksia dan vornitus, demam serta hilangnya sepertiga ruang peritoneal).
7 Muntah, proses patologis organ visceral (obstruksi usus) secara sekunder akibat
iritasi peritoneal.
8 Keluahn nyeri sepertI pada setiap gerakan seperti jalan, bernafas, batuk, atau
mengejan.
.9 Klien mengeluh muntah dan merasa nyeri tumpul di perutnya.
10 Terdapat abses
11 Dehidrasi berat, kehilangan cairan dan elektrolit, hipotensi (dehidrasi yang
progresif)
12 Syok (ditandai dengan tanda-tanda syok: mencakup TD yang rendah, nadi
abnormal, dan kulit sianosis)
13 Letargik
14 Kegagalan paru-paru, ginjal atau hati dan bekuan darah yang menyebar.

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah : gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi abdomen ke paru,
pembentukan luka dan pembentukan abses (Rudi, 2012).

F.Pemeriksaan Penunjang
1 Pemeriksaan Laboratorium
a.Complete Blood Count (CBC). Dapat terjadi leukositosis karena adanya infeksi
intraabdomen (lekosit > 20.000 sel/ul) terjadi leukopenia pada pasien
yang mengalami penurunan daya tahan tubuh yang menderita infeksi jamur, serta
cytomegalovirus, sel darah merah meningkat (hemokonsentrasi)
b.Tes fungsi hati jaka ada dugaan gangguan liver, peningkatan SGOT/SGPT
c. Serum amilase dan lipase meningkat jika adanya dugaan pankreatitis.
d. Serum protein/albumin, menurun, karena keluar ke intersisiel.
e. Elektrolit serum : hipokalemia
f. Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran kemih
g. Analisa gas darah: asidosis metabolik dan alkolisis respiratorik.
2 Radiografi abdomen,
dapat terjadi distensi usus dengan akumulasi cairan, distensi gas pada abdomen
karena ada udara bebas pada abdomen, penebalan lumen, ileus paralitik,
dan terdapat perforasi usus, radiografi kemungkinan terdapat elevagi diaphragma.
3 USG pelvis,
mendiagnosa peritonitis yang disebabkan oleh ruptur apendiks.
4 Parasintesis abdomen, bertujuan untuk mengambil sampel cairan peritonium.
5 CT Scan, scintigrafhy, MRI (Suratun dan Lusianah, 2010).

G. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan pasien peritonitis penggantian cairan, koloid dan elektrolit
adalah focus utama. Analgetik diberikan untuk mengatasi nyeri antiemetic dapat
diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Terapi oksigen dengan kanul nasal
atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang
intubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan. Terapi medikamentosa
nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal,
terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada
bagian bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat
pasien dengan tanda peritonitis atau hipovolemia harus menjalani eksplorasi bedah,
tetapi hal ini tidak pasti bagi pasien tanpa tanda-tanda sepsis dengan hemodinamik
stabil.Semua luka tusuk di dada bawah dan abdomen harus di eksplorasi terlebih
dahulu. Bila luka menembus peritoneum maka tindakan laparatomi diperlukan.
Prolapse visera, tanda-tanda peritonitis, syok, hilangnya bising usus, terdapat darah
dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya udara bebas intraperitoneal dan
lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi melakukan laparatomi. Bila
tidak ada, pasien harus di observasi selama 24 – 48 jam. Sedangkan pada
pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparatomi (Rudi,2012
LAPORAN PENDAHULUAN

PERITONITIS DI RUANGAN BAJI KAMASE


RSUD LABUANG BAJI MAKSSAR

OLEH:

FILIMON Y.ANGGO
117491621

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………….) (………………..)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA
MAKASSAR 2021/2022
DAFTAR PUSTAKA

FKUI.1996.ilmu penyakit dalam,Jakarta:balai penerbit FKUL.

FKUL.1982 kapita selekta kedokteran edisi 2.jakarta:media Aesculapius

Hudak danGallo alih bahasa alledekania,beti susanto


,teressa,yasmin,1987.keperawatankritis edisi Iv, Jakarta(penerbit buku
kedokteran EGC)

Pearce,evelyin,c..alih bahasa sri yuliani hanyono,1985.anatomi dan fisiologi


untuk paramerdis Jakarta:gramedia

Ignatavicius ,donna d,et al,1995,medical surgical nursing a nursing procces


uproach edisiII USA;W.B.sauders company.
LAPORAN PENDAHULUAN

OPEN FRAKTUR RADIUS ULNA DI RUANG


BAJI KAMASE RSUD LABUANG BAJI
MAKASSAR

OLEH:

ERNA S.METALOBY
7119151716

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………….) (………………..)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA
MAKASSAR 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai