Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : TYPOID

A. Konsep Demam Typoid


1. Definisi
Demam typhoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonella thypi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau
air yang terkontaminasi (Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Etiologi
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah
bakteri gram negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O)
yang terdiri dari ologoskarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein
dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.
Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor R yang berkaitan
dengan resistensi terhadap multiple antibiotic (Nurarif & Kusuma, 2015)
3. Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus
halus melalui pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah
sampai diorgan-organ lain, terutama hati dan limfa. Basil yang tidak
dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limfe sehingga organ-
organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri pada perabaan,
kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus,
sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas
plak peyeri. Tukak tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan
perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin, sedangkan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)

1
4. Pathway

5. Manifestasi Klinis
a. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14
hari
b. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
c. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak
tertangani akan menyebabkan syok, stupor, dan koma

2
d. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
e. Nyeri kepala, nyeri perut
f. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
g. Pusing, bradikardi, nyeri otot
h. Batuk
i. Epiktaksis
j. Lidah yang berselaput
k. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
l. Gangguan mental berupa somnolen
m. Delirium atau psikosis
n. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu 1 Panas Gangguan saluran Bakteremia
berlangsung cerna
insidious, tipe
panas stepladder
yang mencapai
39-40º c,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare splenomegali, hiperplasi pada
atau konstipasi, hepatomegali peyer’s patches,
delirium nodul typhoid
pada limpa dan
hati
Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan ketegangan payer’s patches,
saluran cerna, abdomen, koma nodul tifoid pada
perforasi dan syok limpa dan hati
Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit Kolelitiasis, carrier
relaps, penurunan berat, kakeksia kronik
berat badan
(Nurarif & Kusuma, 2015)

3
6. Komplikasi
a. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka
terjadi melena yang dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda
renjatan.
b. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya
dan terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut
hebat, dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan
d. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat
sepsis, yaitu meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain
(Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)
7. Penatalaksanaan
a. Non farmakologis
1) Bed rest
2) Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa
makanan rendah serat
b. Farmakologis
1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari
2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan
dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilin
dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali,
pemberian oral/IV selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis
(tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral
selama 14 hari
3) Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50
mg/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari

4
4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic
adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama dan umur untuk panggilan dan membedakan klien yang satu
dengan yang lain. Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan,
kelompok umur yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun
(ngastiyah 1997:155). Faktor yang mendukung terjadinya Thyous
abdominalis adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi
lingkungan yang kurang.
b. Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam yang baik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu
minggu.
d. Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
f. Riwayat psiko social dan spritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta
terjadi kecemasan
g. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
1) Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B       
2) Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I
3) Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2
4) Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3
5) Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4
6) Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak
h. Riwayat tumbuh kembang

5
1) Antenatal : ibu tidak perna sakit selama masa kehamilan dan
selalu memeriksakan kehamilannya rutin yaitu pada trimester 1
dan 2 tiap 1 bulan 1x dan trimester 3 yaitu 2x tiap bulan
2) Natal : bayi dilahirkan secara spontan dan aterm/ cukup bulan
dan dilahirkan di bidan.
3) Postnatal :setelah kelahiran bayi tidak mengalami gangguan
apapun dan terkadang hanya sakit batuk pilek biaasa.
i. Activity daily life
1) Nutrisi
Pada klien dengan tyhus abdominalis didapatkan rasa mual,
muntah anoreksia kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
2) Eleminasi
Didapatkan konstipasi dan diare
3) Aktifitas
Badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat dengan
tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktifitas.
4) Istirahat tidur
Klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya
peningkatan suhu tubuh
5) Persona hygiene
a) Klien diajurkan bedres sehingga mengalami gangguan
perawatan diri.
b) Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene, seperti
tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan disembarang
tempat.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum
Kesadaran : Umumnya apatis sampai samnolen
Suhu : Adanya peningkatan suhu (36.50_37.50)
Nadi : Denyut nadi lemah dan bersifat dicrotik akan
tetapi jika terjadi resiko komplikasi (perdarahan
usus) nadi meningkat atau cepat dan kecil. (100-
120 x/menit)

6
Pernafasan : Pernafasan semakin cepat dengan gambaran
bronchitis kataral (15-30 x/menit)
TD : Terjadi peningkatan TD utamanya pada stadium
dua.
2) Pemeriksaan fisik
a) Sistem sensori Pengelihatan
Kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa pucat
kadang di dapat anemia ringan.
b) Sistem sensori pengengaran
Tidak ada keluhan/gangguan.
c) Sistem kardiovaskular
Jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada
komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
d) Sistem pernafasan
Terjadi peningkatan frekuensi pernafasan.
e) Sistem Pencernaan  
Mulut :   Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak
sedap. Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah
tampak kering dilatasi selaput tebal dibagian ujung dan tepi
lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang terjadi.
Perut : Terdapat meteorismus, terdapat rosiola thyposa,
adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan   limpah,
distensi abdomen, bising usus meningkat
f) Sistem urogenital
Tidak ada keluhan/gangguan.
g) Sistem muskuloskeletal
Ekstrimitas    :   Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
k. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
1) Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi
kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada

7
kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-
kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi
atau infeksi sekunder
2) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan
akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan
darah tergantung dari beberapa faktor:
a) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan
laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan
teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan
darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada
saat bakteremia berlangsung.
b) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu
berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif
kembali.
c) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau
dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini
dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan
obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan
terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
4) Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen
dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap

8
salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga
terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O
(berasal dari tubuh kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H
(berasal dari flagel kuman).
c) Aglutinin VI, yang dibuat karena rangsangan antigen VI
(berasal dari simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin
besar klien menderita typhoid.
2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Batasan karakteristik : Bakteri salmonella Gangguan
- Kulit memerah thypi (perantara SF) termogulasi
- Peningkatan suhu
tubuh diatas Masuk lewat
kisaran normal makanan
- Takikardia
- Takipneu Saluran pencernaan
- Kulit terasa hangat
Lambung (sebagian
kuman mati oleh
asam lambung)

Usus halus (jaringan


limfoid usus halus)

Infeksi usus halus

Inflamasi

Pembuluh limfe

Bakteri masuk ke
aliran darah

9
(bakteremia primer)

Bskteri yang tidak di


fagosit akan masuk
dan berkembang di
hati dan limfe

Inflamasi pada hati


dan limfe

Hepatomegali dan
splenomegali

Masa inkubasi 5-9


hari

Masuk ke dalam
darah (bakteremia
sekunder)

Bakteri mengeluarkan
endotoksin

Peradangan lokal
meningkat

Endotoksik
merangsang sintesa
dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan radang

Pirogen beredar
dalam darah

Hipotalamus

Gangguan
termogulator (pusat
pengaturan suhu)

Suhu tubuh
meningkat

Gangguan
termogulasi

2 Batasan karakteristik : Bakteri salmonella Nyeri akut


- Ketidakmampuan thypi (perantara SF)
untuk rileks

10
- Merintih Masuk lewat
- Berkeluh kesah makanan
- Menangis
- Melaporkan rasa Saluran pencernaan
tidak nyaman
Lambung (sebagian
kuman mati oleh
asam lambung)

Usus halus (jaringan


limfoid usus halus)

Infeksi usus halus

Inflamasi

Pembuluh limfe

Bakteri masuk ke
aliran darah
(bakteremia primer)

Bskteri yang tidak di


fagosit akan masuk
dan berkembang di
hati dan limfe

Inflamasi pada hati


dan limfe

Hepatomegali dan
splenomegali

Nyeri tekan

Nyeri akut

3 Batasan karakteristik : Bakteri salmonella Gangguan


- Menghindari thypi (perantara SF) nutrisi kurang
makanan dari kebutuhan
- Berat badan 20% Masuk lewat
atau lebih dibawah makanan
BB ideal
- Kurang nafsu Saluran pencernaan
makan
Lambung (sebagian
kuman mati oleh
asam lambung)

Nafsu makan

11
menurun, nausea dan
vomitus

Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

4 Batasan karakteristik : Bakteri salmonella Intoleransi


- Respon tekanan thypi (perantara SF) aktivitas
darah abnormal
- Respon frekuensi Masuk lewat
jantung abnormal makanan
terhadap aktivitas
- Ketidaknyamanan Saluran pencernaan
untuk melakukan
aktivitas Lambung (sebagian
- Dispnea setelah kuman mati oleh
beraktivitas asam lambung)
- Menyatakan
merasa letih Intake makanan untuk
- Menyatakan tubuh menurun
merasa lemah
Metabolisme turun

Energi yang di
hasilkan sedikit

Mudah lelah, lesu

Intolerensi aktivitas

5 Batasan karakteristik : Bakteri salmonella Konstipasi


- Nyeri abdomen thypi (perantara SF)
- Nyeri tekan
abdomen dengan Masuk lewat
teraba resistensi makanan
otot
- Anoreksia Saluran pencernaan
- Perubahan pola
defekasi Lambung (sebagian
- Penurunan kuman mati oleh
frekuensi asam lambung)
- Perubahan volume
feses Usus halus (jaringan
- Feses keras limfoid usus halus)
- Tidak dapat
makan, mual Infeksi usus halus
- Nyeri defekasi
Inflamasi

12
Peristaltik usus turun

Tidak terdengar bising


usus/bising usus
turun

Konstipasi

3. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan termogulasi tubuh berhubungan dengan proses infeksi
2) Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
5) Gangguan eliminasi : konstipasi berhubungan dengan penurunan
mortalitas usus

13
4. Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx. Kep Tujuan Rencana Rasional
1 Gangguan termogulasi Tujuan panjang : 2. observasi TTV pasien 1. mengetahui keadaan umum
tubuh berhubungan Setelah dilakukan terutama suhu tubuh setiap pasien
dengan proses infeksi tindakan keperawatan 2-4jam sekali
salmonella thyposa, selama 3x24 jam 3. anjurkan keluarga untuk 2. penghematan tenaga
diharapkan gangguan membatasi aktivitas pasien mengurangi kerja tubuh
termogulasi tubuh 4. beri kompres dengan air 3. mengurangi peningkatan
teratasi. hangat pada daerah axial, suhu tubuh
Tujuan pendek : lipatan paha bila terjadi
Setelah dilakukan panas
tindakan keperawatan 5. anjurkan pasien untuk 4. dengan memberikan anyak
selama 1x24 jam banyak minum minum maka akan dapat
diharapkan proses menyeimbangkan suhu tubuh
infeksi teratasi dengan untuk kembali normal
kriteria hasil : 6. anjurkan keluarga untuk 5. agar pasien mrasanyaman,
- suhu tubuh mencapai memakaikan pakaian yang menjaga kebersihan badan
36.6°C dapat menyerap keringat
seoerti katun
7. kolaborasi dengan dokrer 6. menurunkan panas dengan
dalam pemberian obat obat
antipiretik

2 Gangguan rasa Tujuan umum : 1. kaji skala nyeri 1. mengetahui tingkat kesakitan
nyaman nyeri Setelah dilakukan pasien
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. kaji lokasi nyeri 2. mengetahui bagian-bagian
proses inflamasi akibat selama 3x24 jam nyeri pada pasien
invasi bakteri. ganguan rasanyaman 3. anjurkan pasien untuk 3. dengan menarik nafas
nyeri teratasi melakukan teknik relaksasi panjang dan
Tujuan khusus : dengan menarik nafas mengeluarkannya secara

14
Setelah dilakukan panjang perlahan dapat mengurangi
tindakan keperawatan 4. Anjurkan pasien untuk efek masa nyeri
selama 1x24 jam nyeri berdoa dan beri penjelasan 4. dengan memberikan motivasi
yang dirasakan keluarga untuk memerikan dan menganjurkan teknik
berkurang dgn criteria motivasi kepada pasien distraksi maka fikiran pasien
hasil : tidak terfokus kepada rasa
a) nyeri berkurang dari nyeri, sehingga rasa nyeri
skala 3 menjadi 2 (1- 5. Kolaborasi dengan dokter akan dirasakan berkurang
5) dalam pemberian obat 5. mengurangi rasa nyeri
b) ekspresi pasien tidak dengan obat
kaku

3 Nutrisi kurang dari Tujuan Panjang : 1. Menilai status nutrisi anak 1. mengetahui pola makan,
kebutuhan Setelah dilakukan kebiasaan makan,
berhubungan dengan tindakan keperawatan keteraturan waktu makan
selama 3x24 jam 2. Berikan makanan yag 2. meningkatkan nafsu makan
asupan nutrisi yang
diharapkan nutrisi kurang diesrtai dengan suplemen klien
tidak adekuat akibat dari kebutuhan tubuh nutrisi untuk meningkatkan
anoreksia teratasi. kualitas intake nutrisi
Tujuan pendek : 3. Menganjurkan untuk 3. mengurangi kerja usus dan
Setelah dilakukan orangtua untuk menghindari kebosanan
tindakan keperawatan memberikan makan makan
selama 1x24 jam dengan teknik porsi kecil

15
diharapkan intake nutrisi tapi sering
adekuat dengan kriteria 4. Timbang berat badan 4. mengetahui adanya
hasil : setiap hari dengan waktu penurunan atau kenaikan BB
nafsu makan pasien yang sama pasien
kembali normal dan tidak 5. Mempertahankan 5. kebersihan mulut yang kurag
terjadi penurunan BB kebersihan mulut anak membuat anak tidak nafsu
- 6. Jelaskan pentingnya intake makan
nutrisi yang adekuat untuk 6. mengetahui makanan apa
proses penyembuhan saja yang dianjurkan dan
penyakit makanan yang tidak boleh
dikonsumsi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi 7. ahli gizi adalah yang paling
untuk memenuhi kebutuhan tepat untuk memperbaiki
nutrisi. status nutrisi klien.
4 Intoleransi aktivitas Tupan : 1. kaji tingkat1. Menget
berhubungan dengan Setelah dilakukan ketidakmampuan klien, ahui kemampuan klien dalam
tindakan keperawatan kelemahan dan hal yang melakukan
selama 3x24 jam mempengaruhinya.
diharapkan gangguan 2. Ubah posisi untuk 2. Posisi
pemenuhan ADL kenyamanan dan yang tepat mengurangi
teratasi. mengurangi tekanan setiap penekanan dan mencegah
Tupen : 2 jam ketegangan otot
Setelah dilakukan 3. Bantu aktivitas yang
tindakan keperawatan tidak dapat dilakukannya 3. Memen
selama 1x24 jam sendiri (mandi, makan, uhi kebutuhan klien
diharapkan imobilitas minum, BAB, BAK, dll)
fisik teratasi, dengan 4. Libatkan keluarga dalam
kriteria hasil : memenuhi kebutuhan
- kebutuhan eliminasi keluarga 4. Memen
terpenuhi uhi kebutuhan klien
- kebutuhan nutrisi

16
terpenuhi
- kebutuhan personal
hygiene terpenuhi
- klien dapat
melakukan aktivitas
secara bertahap
- klien dapat
mempertahankan/
mencapai tingkat
aktivitas yang optimal
5 Gangguan eliminasi Tujuan panjang : 1. Tentukan pola defekasi 1. Untuk mengembalikan
BAB : Konstipasi Setelah dilakukan bagi klien dan latih klien keteraturan pola defekasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan untuk menjalankannya klien
penurunan mortalitas selama 3x24jjam 2. Atur waktu yang tepat 2. Untuk memfasilitasi refleks
usus diharapkan gangguan untuk defekasi klien seperti defekasi
eliminasi BAB teratasi. sesudah makan
Tujuan pendek : 3. Berikan cakupan nutrisi 3. Nutrisi serat tinggi untuk
Setelah diberikan berserat sesuai dengan melancarkan eliminasi fekal
tindakan keperawatan indikasi 4. Untuk melunakkan eliminasi
selama 1x24jam 4. Berikan cairan jika tidak feses
diharapkan penurunan kontraindikasi 2-3 liter per
mortalitas usus teratasi hari
dengan kriteria hasil : 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk melunakkan feses
laksatif atau enema sesuai
indikasi

17
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito – Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Jakarta : EGC
NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2012-2014.
Philadelphia : NANDA International
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagosa Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
EGC

18

Anda mungkin juga menyukai