PADA
TN.M DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI
DI RUANG MAWAR RSUD PROF.DR.MARGONO
SOEKARJO
Disusun Oleh :
RAHMA ROIHANNNA
2211040046
A. DEFINISI
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiper responsive sehingga
apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mucus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma
dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul di segala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak – anak usia di bawah 5
tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahun atau lebih (Saheh,
2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI
ANATOMI
1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara
yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh
sekat hidung ( septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang
masuk ke dalam lubang hidung
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher. Faring berfungsi sebagai penyalur. Jadi udara yang
masuk ke tubuh disalurkan lewat faring ke trakea
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea
di Bawahnya. Di bagian pangkal laring terdapat epiglotis yang
berfungsi sebagai katup pangkal tenggorokan. Fungsi dari katup
pangkal tenggorokan yakni membuka dan menutup trakea
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring
yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang
dilapisi oleh otot polos. Fungsi trakea dalam sistem pernapasan cukup
penting, yaitu mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea,
ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set
yang sama. Bronkus berfungsi mengantarkan udara dari saluran napas
atas ke dalam paru-paru sekaligus mengeluarkannya dari paru-paru
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Paru-paru dibagi dua
yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo
dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Fungsinya paru-paru
adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah
FISIOLOGI
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic danaspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanyasuatu predisposisi genetik terhadap
alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktorpencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadilebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
D. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita
dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karenaadanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga
bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulu
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinyaserangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita
asma yang mengalamistress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalahpribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya
orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik
asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita
lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan
serangan sesak nafas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-
waktu. Penderita lainnya hamper selalu mengalami batuk dan mengi
(bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu
infeksi virus, olahraga atau setelah terpapar oleh alergen maupun
iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya
gejala.
2. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba – tiba ditandai dengan
nafas berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas.
Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan
nafasnya. Dilain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan
dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
3. Pada keadaan kedua tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh
seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak
didada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa
berlangsung dalam beberapa jam, bahkan sampai beberapa hari.
4. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal didada atau dileher.
Batuk kering dimalam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa
merupakan satu-satunya gejala.
5. Selama serangan asma, sesak nafas bisa semakin berat, sehingga
timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga
akan mengelua rka n banyak keringat.
6. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk
berbicara karena sesaknya sangat hebat.
7. kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana
penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar
kemudian tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan)
merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat
terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan
8. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita
akan sembuh sempurna.
9. Kadang alveoli (kantong udara diparu- paru) bisa pecah dan
menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau
menyebabkan udara terkumpul disekitar organ dada. Hal ini akan
memperburuk sesak yang d irasakan oleh penderita (Nurarif, 2015)
F. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus
yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan
antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang
terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus
dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E
orang tersebut mmeningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang
kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru
selama ekspirasi paksa 3 menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama
selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu
paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest.
G. PATHWAY
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada pasien asma menurut Bare (2002) :
1. Asmatikus
2. Pneumothorax : udara di ronga pleura
3. Hipoksemiia
4. Atelectasis, bronkiektaksis, bronkopneumonia
5. Emfisema : kekakuan alveoli
6. Deformitas thorax : hasil dari emfisema
7. Gagal nafas
I. PROGNOSIS
Prognosis asthma umumnya baik apabila terkontrol. Apabila
asthma tidak terkontrol, maka dapat timbul komplikasi seperti penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK).
J. PENATALAKSANAAN
Menurut Nurarif (2015) tujuan utama penatalaksanaan asma adalah
meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma
dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu (perhimpunan
Dokter Paru Indonesia).
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortaliti.
Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi
juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan,
pembuat perencanaan bidang keehatan/ asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan monitoring asma oleh
penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
a. Gejala dan berat asma berubah sehingga membutuhkan perubahan
terapi
b. Pejanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
c. Daya ingat (memori) dan motifasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penangana n asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
4. Merencanakandanmemberikan pengobatan jangka
panjang.Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,
disebut sebagaiasma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu
dipertimbangkan:
a. Medikasi (obat-obatan)Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi
dan mencegah gejala obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol
dan pelega .
b. Tahap pengobatan
M. RENCANA KEPERAWATAN
1. Pola Nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
2. Ansietas b.d sulit tidur
N. RENCANA TINDAKAN